Kamis, 10 Mei 2012

Katha Upanisad (3)

PERMINTAAN NACIKETA YANG KETIGA


yey' p[ete ivicikTsa mnuZye_St¢Tyekw naymSt¢it cWkw -
EtiTvÛamnuixìs( Tvyahm( - vra,amez vrSt*t¢y" --20--


20. yeyam prete vicikitsà manuûye’stìty eke nàyam astìti caike. etat vidyàm anuúiûþas tvayàham, varàóàm eûa varas tåtìyaá
20. Ada keraguan mengenai seseorang yang meninggal, sebahagian berkata dia memang demikian dan sebahagian lagi bilang bahwa dia tidak. Paduka-lah yang hamba mohon untuk mengajarkan pengetahuan ini. Inilah permintaan hamba yang ketiga.
  • prete: meninggal. Naciketa tidak ragu-ragu mengenai kehidupan. Dia sudah berkata: “seorang manusia akan matang seperti jagung dan seperti jagung dia akan dilahirkan kembali”.I,1,6. Masalah baginya adalah mengenai keadaan jiwa yang terbebas, muktàtma-svarùpa. Madhva berkata bahwa prete berarti mukte. 
  • nàsti: dia bukan. Keraguan mengenai jiwa yang terbebas bukan hanya ada pada jaman kita saja. Pada B.U. Yajñàvalkya berkata jiwa yang terbebas setelah lewat (pretya) tidak lagi mempunyai kesadaran yang terpisah (saýjñà). Dia larut pada kesadaran yang mutlak  seperti  segenggam garam laut di air. Dia membenarkan tiadanya kesadaran terpisah kepada istrinya dan kebingungan Maitreyì. Dia mana segala sesuatunya sudah menjadi àtman yang satu, kapan dan dengan apa kita bisa melihat, mendengar dan berpikir? “Dia yang sudah terbebas dari keterbatasan nama dan bentuk, yang telah menjadi satu dengan semua, keberadaannya tidak bisa diartikan dalam pengertian biasa. Dia tidaklah dibatasi untuk satu jenis kesadaran tertentu; tidak pula bisa dikatakan dia tidak  ada, sebab dia telah menjadi keberadaan yang sesungguhnya. (II.4. 12-14). Pertanyaan yang diulang-ulang ditanyakan kepada Buddha adalah: “Apakah Thatàgata hidup setelah kematiannya atau tidak?” Sang Buddha menolak menjawab pertanyaan ini dengan alasan bahwa dengan menjawab bahwa dia masih hidup akan menimbulkan satu jenis kekeliruan sedang kalau menjawab tidak, akan menimbulkan kekeliruan lain  
  

devWr]aip ivicikiTst' pura - n ih suivDeym( - Anurez /mR" -
ANy' vr' nickwto v*,¢Zv - ma moproTs¢rit ma s*jWnm( --21--

21. devair atràpi vicikitsitam purà, na hi suvijñeyam, aóur eûa dharmaá. anyaý varaý naciketo våóìûva, mà moparotsìr ati mà såjainam.
21. (Yama berkata): Bahkan dewatapun ragu-ragu mengenai hal ini. Adalah sangat sukar untuk mengertikannya : sangatlah halus kebenaran ini. Ajukanlah permintaan yang lain wahai, Naciketa. Jangan memaksaku. Bebaskanlah aku dari pertanyaan ini.
  


devWr]aip ivicikiTst' ikl - Tv' c m*Tyo yÞ suivDeymaTq - vµa caSy Tvad*g( ANyo n l>y" - naNyo vrStuLy EtSy kiét( --22--

22. devair atràpi vicikitsitaý kila, tvaý ca måtyo yan na suvijñeyam àttha. vaktà càsya tvàdåg-anyo na labhyaá; nànyo varas tulya etasya kaúcit.
22. (Naciketa berkata): bahkan para dewata mempunyai keragu-raguan mengenai hal ini dan Anda, wahai, Kematian, berkata bahwa tidaklah gampang untuk mengertikannya. Mencari  guru seperti Anda mengenai hal ini tidak mungkin didapat. Tidak ada permintaan yang bisa dibandingkan mengenai hal ini.
  • Dewata tidak punya keraguan mengenai hidup: adalah mengenai keadaan sesungguhnya dari pembebasan yang mengatasi keadaan empiris yang tidak ada kepastian.  


xtyuz" pu]pO]aNv*,¢Zv - bhUNpxUNhiStihr<ymëan( -
.UmemRhdaytn' v*,¢Zv Svy' c j¢v xrdo yavidC^is --23--

23. úatàyuûaá putra-pautràn våóìûva, bahùn paúùn hasti-hiraóyam aúvàn. bhùmer mahad-àyatanaý våóìûva svayaý ca jìva úarado yàvad icchasi
23. (Yama berkata): Mintalah anak, cucu-cucu yang bisa hidup seratus tahun, ternak sebanyak-banyaknya, gajah, emas dan kuda. Mintalah tanah seluas-luasnya atau hidup berapa tahun saja yang kamu mau.
  • mahad-àyatanam: luas sekali. Ú. mengartikan kedaulatan atas satu daerah yang luas di bumi. bhùmeá påthivyà mahad vistìróam àyatanam àúrayam maóðalam ràjyam.
   

EtTtuLy' yid mNyse - vr' v*,¢Zv - ivTt' icrj¢ivka' c -
mha.UmO nickwtSTvmei/ - kamana' Tva kam.aj' kroim --24--

24. etat tulyam yadi manyase, varaý våóìûva, vittaý cira-jìvikàý ca. mahà-bhùmau naciketas tvam edhi, kàmànàý tvà kàmabhàjaý karomi.
24. Jika Anda mengajukan permintaan seperti ini, pilih jugalah kekayaan dan umur panjang, Wahai, Naciketa, akan makmurlah Anda pada tanah yang luas ini. Aku akan membuatmu menjadi penikmat dari nafsu-nafsumu.
  • edhi: makmur, jadilah kamu raja. ràjà bhava. Ú.  


ye ye kama duâl.a mTyRlokw svaRNkama'X^Ndt" p[aqRySv - —ma rama" - srqa" stUyaR" - n h¢d*xa lM.n¢ya mnuZyW" - Aai.mRTp[aÑaai." pircarySv - nickwto - mr,' manup[a=¢" --25--

25. ye ye kàmà durlabhà martya-loke sarvàn kàmàýú chandataá pràrthayasva. imà ràmàá, sarathàá satùryàá, na hìdåúà lambhanìyà manuûyaiá. àbhir mat-prattàbhiá paricàrayasva, naciketo, maraóam mànupràkûìá.
25. Apa saja keinginan-keinginan yang sukar untuk diperoleh pada dunia manusia, mintalah hal-hal tersebut sesukamu. Lihatlah di sini gadis-gadis bangsawan dengan kereta dan alat-alat musiknya: hal-hal seperti itu yang tidak akan bisa diperoleh oleh manusia biasa. Biarkanlah Anda dilayani oleh mereka yang kuberikan kepadamu. wahai, Naciketa, janganlah bertanya tentang kematian.
  • Ceritera tentang godaan oleh Måtyu terdapat pertama pada Upaniûad ini dan bukan pada Taittirìya Bràhmaóa. Godaan terhadap Naciketa punya kemiripan dengan godaan-godaan kepada Buddha Gautama. 
  • Bd. juga godaan terhadap Yesus. 
  • Naciketa tidak bergeming atas janji-janji kenikmatan semu dan memperoleh dari Dewata Kematian, rahasia tentang brahman yang memberinya berkah hidup kekal. Buddha Gautama juga menolak tawaran dari Màra sehingga memperoleh kearifan yang kekal. Tetapi ada bedanya, di mana Yama setelah keraguannya sirna, dia langsung memperlihatkan kebenaran pembebasan kepada Naciketa sedang Màra adalah kejahatan, pengganggu/penggoda.  
  

ëo.ava mTyRSy ydNtkWtTsveRiNd–ya,a' jryiNt tej" -
Aip sv| j¢ivtmLpmev tvWv vahaStv n*Tyg¢te --26--

26. úvo-bhàvà martyasya yad antakaitat sarvendriyàóàm jarayanti tejaá. api sarvaý jìvitam alpam eva tavaiva vàhàs tava nåtya-gìte. 
26. (Naciketa berkata): Semua yang Anda sebutkan adalah bersifat sementara Wahai, Yama, hanya berupa kekuatan-kekuatan serba indriya dari manusia. Semua kehidupan (kehidupan penuh) adalah singkat. Paduka-lah pengendara kereta, paduka-lah tarian dan lagunya
  • úvobhàvàh: bersifat sementara, ada sampai besok, jadi barang sehari, tidak kekal. Apa untungnya orang mempunyai barang yang cepat menguap? 
  • antaka: Yama: yang mengakhiri semuanya. Bahkan pencipta juga tidak kekal. Ú. berkata: sarvam yad brahmaóo’pi jìvitam àyuá alpam eva kim utàsmadàdi dìrgha-jìvikà. 
  • Naciketa menggambarkan aspirasi manusia untuk mencapai yang kekal sebagai tujuan yang sebenarnya paling aman dari penyakit dan kebingungan oleh pengalaman yang terbatas. 
  • Pandangan agama Buddha bahwa segala yang ada adalah tidak kekal dijelaskan di sini.


n ivÑaen tpR,¢yo mnuZy" - lPSyamhe ivÑamd–a+m ceÑva - j¢ivZyamo yavd¢ixZyW Tv' vrStu me vr,¢y" s Ev --27--

27. na vittena tarpaóìyo manuûyaá, lapsyàmahe vittam adràkûma cet tvà. jìviûyàmo yàvad ìúiûyai tvaý varastu me varaóìyaá sa eva. 
27. Manusia tidaklah puas dengan kekayaan. Apakah kita masih harus menikmati kekayaan setelah melihat Anda? Bisakah kita hidup kekal selama Anda masih berkuasa? Hal ini sajalah yang tetap menjadi permintaanku.
  • Manusia tidaklah puas dengan kekayaan. Jaminan kebendaan dari keamanan manusia adalah rapuh. Ini adalah falsafah keduniawian yang membuat manusia sebagai akhir dan tujuan dari hidup, dan tidak mengakui nilai dari sifat-sifat yang berdasarkan kerohanian transendent. Apakah nilainya kekayaan dan hidup yang tidak kekal? Selama kematian masih berkuasa kita tidak akan bisa menikmati kekayaan dan hidup sebab ketakutan akan kematian akan menghancurkan semangat untuk hidup. Karena itulah Naciketa meminta tentang pengetahuan àtman, àtma-vijñànam, yang berada di luar kematian. 
  • Naciketa berkata: kita akan terus hidup, selama masih ada Yama. Dengan kata lain, dia sudah pasti akan kelanjutannya pada lingkaran kosmis yang dipimpin oleh Yama. 
  • Kelanggengan sampai peleburan semua unsur utama disebut kekal: àbhùtasamplavaý sthànam amåtatvam hi bhàûyate, dikutip dari Bhàmatì oleh Vàcaspati I. 1-1. 
  • Apa yang diragukan oleh Naciketa, apa yang dikatakan Yama bahkan para dewata saja ragu-ragu, adalah sebenarnya mengenai keadaan pembebasan. 


Aj¢yRtamm*tanamupeTy j¢yRNmTyR" Kv/Sq" p[jann( - Ai.?yayNv,Rritp[modanitd¢`eR - j¢ivte ko rmet --28--

28. ajìryatàm amåtànàm upetya jìryan martyaá kvadhasthaá prajànan. abhidhyàyan varóaratipramodàn atidìrghe, jìvite ko rameta. 
28. Setelah mendekati kelanggengan yang tidak menua, apakah seorang manusia biasa di bumi ini yang mengerti dan samàdhi atas keindahan dan cinta, akan senang dengan hidup panjang umur?
  • Seseorang yang disini sudah mengetahui sukacita dari hidup langgeng tidak akan tertarik lagi atas keinginan duniawi. Tiada seseorangpun yang sudah mengerti sebelumnya apa yang tidak bakal lenyap atau berubah akan menemukan kesenangan yang bersifat duniawi.


yiSmind' ivicikTsiNt m*Tyo yTsMpraye mhit b[Uih nStt( -
yo_y' vro gU!mnup[ivìo nMy' tSman{ickwta v*,¢te --29--

29. yasmin idam vicikitsanti måtyo yat sàmparàye mahati brùhi nas tat. yo’yaý varo gùðham anupraviûþo namyaý tasmàn naciketà våóìte. 
29. Ceriterakanlah kepada hamba apa-apa yang mereka ragukan wahai, Kematian, ada apa di dalam sesudah keadaan ini. Permintaan ini yang akan memecahkan misteri, inilah dan bukan yang lain dipilih Naciketa.
  • sàmparàya: sesudah keadaan ini. Apakah yang ada di luar sana? Apa yang sesudah pembebasan? Pertanyaan-pertanyaan ini dengan sendirinya akan beruntun kepada pertanyaan-pertanyaan lain. Apakah sifat dari kenyataan yang langgeng? Apakah hubungan manusia dengan hal ini? Bagaimana dia bisa mencapainya? 
  • Naciketa sudah mencapai svarga-loka dan tidak mengajukan pertanyaan mengenai keadaan sesudah mati. Dia mempertanyakan masalah kepergian yang besar, mahàn sàmparàya, dimana seorang tidak akan kembali, yang adalah nirupàdhiúeûa nirvàóa menurut itivuttaka 44. Majjhima Nikàya II mempertentangkan samparàyika attha kepada diþþha-dhammika attha.
  • Pengetahuan tentang kehidupan sesudah kematian adalah maha penting. Lihat C.U. V. 3, 1-4 di mana Úvetaketu diberitahu bahwa dia belajarnya belum cukup karena tidak mengetahui ke mana makhluk akan pergi sesudah meninggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar