Kamis, 14 Juni 2012

Swetaswatara Upanisad (bab 2)

ÚVETÀÚVATARA UPANIÛAD 2

Úvetàúvatara Upaniûad termasuk dalam aliran Taittirìya dari Yajur Veda. Nama ini diambil dari åûi yang memberi ajaran ini. Bersifat tauhid dalam karakternya dan menyamakan Yang Maha Tinggi brahman dengan Rudra yang diartikan sebagai penyebab kebendaan dan penyebab yang berdaya guna dari alam semesta dan bukan saja penciptanya melainkan juga pelindungnya dan pembimbing. 
Unsur-unsur yang berhubungan dengan aliran Ketuhanan, Kepribadian, Tuhan dan bhakti kepada-Nya yang pasti akan ditemukan dalam Upaniûad lainnya, menjadi bahan pokok dalam Úvetàúvatara Upaniûad. Penekanannya bukan dalam brahman Yang Mutlak yang dengan kesempurnaannya yang menyeluruh tidak memungkinkan adanya perubahan atau perkembangan melainkan atas kepribadian Ìúvara. Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang merupakan perwujudan brahman


Istilah-istilah yang nantinya dipergunakan oleh falsafah Sàýkhya terdapat dalam Upaniûad ini, tetapi kegandaan Sàýkhya, puruûa dan prakåti diatasi. Alam atau pradhàna bukanlah hal yang berdiri sendiri tetapi adalah milik Tuhan,  devàtma-úakti. Tuhan adalah màyin pencipta dunia yang màyà atau yang dibuat olehNya Upaniûad ini mengajarkan tentang manunggalnya jiwa-jiwa dan alam semesta dalam Yang Nyata dan Maha Tinggi. Upaniûad ini ingin mempertemukana pandangan falsafah dan keagamaan yang berbeda yang hangat dalam jaman penyusunannya.

BAB II

PEMUJAAN SAVITRI



yuÇan" p[qn' mnStÑvay sivta i/y" -
Ag{eJyoRitinRcaYy p*iqVya A?ya.rt( --1--
 

II.1. yuñjànaá prathanam manas tattvàya savità dhiyaá, agner jyotir nicàyya påthivyà adhyàbharat. 

1. Savitri (yang memberi ilham) pertama mengendalikan pikiran dan ukuran kebenaran yang berhubungan dengan sinar Agni (api) dan membawanya keluar dari bumi.
  • Lima mantra pembukaan diambil dari Taittirìya Saýhità IV.1.1.
  • 1-5; Vàjasaneyi Saýhità XI. 1-5; Úatapatha Bràhmaóa V.3. 1. 12-17.
  • Rangkaian Upaniûad menyatakan dirinya sebagai kelanjutan dari tradisi Veda. Ini adalah suatu kebiasaan yang diterima di Timur bahwa penemuan-penemuan terbesar hanyalah pengembangan dari yang lama. Bahkan Buddha sendiri berkata bahwa ajarannya hanyalah suatu pernyataan kembali dari empat kebenaran dahulu kala, catvàri àrya satyàni Lihat Dhammapada, kata Pendahuluan.


yuµwn mnsa vy' devSy sivtu" sve -
suvgeRyay xµ)a --2--
  
 
II.2. yuktena manasà vayaý devasya savituá save. suvargeyàya úaktyà.

2. Dengan pikiran yang dikendalikan, kita berada dalam perintah dari dewata Savitri, sehingga kita mempunyai kekuatan (untuk memperoleh) svarga.
  • suvargeyàya; untuk (memperoleh) svarga, svarga pràpti hetu bhùtàya.


yuKTvay mnsa devaNsuvyRto i/ya idvm( -
b*hJJyoit" kirZytSsivta p[suvait tan( --3--
  
 
II.3. yuktvàya manasà devàn suvaryato dhiyà divam, båhaj jyotiá kariûyatas savità prasuvàti tàn

3. Semoga Savitåi, setelah mengendalikan (melalui pikiran) dewata yang naik ke svarga yang terang benderang, memberi ilham kepada mereka untuk membuat cahaya yang agung menyinari.



yuÇte mn £t yuÇte i/yo ivp[a ivp[Sy b*hto ivpiét" -
iv ho]a d/e vyunaivdek —Nmh¢ devSy sivtu" pirìuit" --4--
  
 
II.4. yuñjate mana uta yuñjate dhiyo viprà viprasya båhato vipaúcitaá. vi hotrà dadhe vayunàvid eka in mahì devasya savituá pariûþutiá. 

4. Para åûi yang serba mengerti mengendalikan pikiran mereka. Seseorang yang mengerti tentang hukum telah memerintahkan guna mengadakan upacara. Besarlah puja kepada Savitåi.



yuje va' b[õ pUVy| nmoi.ivRêok Etu pQyev sUre" -
x*<vNtu ivë Am*tSy pu]a Aa ye /amain idVyain tSqu" --5--
 

II.5. yuje vàm brahma pùrvyam namobhir viúloka etu pathy eva sùreá. úåóvantu viúve amåtasya putrà à ye dhàmàni divyàni tasthuá. 

5. Aku mengikuti doamu yang abadi dengan penuh cinta kasih. Semoga doaku sampai seperti jalannya sinar matahari. Semoga semua putra-putra dari Yang Abadi mendengarkannya, bahkan mereka yang sudah kepada kerajaan svarga.
  • amåtasya putràá: putra-putra dari mereka yang abadi.
  • Bandingkan dengan: “Karena kamu sekalian ini adalah anak-anak terang dan anak-anak siang”. I Thessalonians V.5; Hebrews III.6.
    deho devàlayaá proktaá jìvaá úivo hi kevalaá.


Aig{yR]ai.mQyte vayuyR]ai/ä?yte -
somo y]aitirCyte t] s'jayte nm" --6--
 
 
II.6. agnir yatràbhimathyate vàyur yatràdhirudhyate. somo yatràtiricyate tatra saýjàyate manaá. 

6. Dimana api itu dinyalakan, kemana angin diarahkan, kemana air soma mengalir, di sanalah pikiran dilahirkan.
  • Lihat B.G. X.11.
  • Pikiran dilahirkan dimana yang routine atau yang dengan sendirinya berjalan menjadi macet.


siv]a p[sven juzet b[õ pUVyRm( -
t] yoin' ²,vse n ih te pUtRmi=pt( --7--
  
 
II.7. savitrà prasavena juûeta brahma pùrvyam. tatra yoniý kåóavase na hi te pùrtam akûipat. 

7. Dengan Savitåi yang memberi ilham, seseorang seharusnya bersuka cita dalam doa yang abadi ini. Buatlah sumbermu (tempat tinggalmu) di sana. Perbuatanmu tidak akan mempengaruhimu.
  • Lihat C.U.V.24.3; B.G. IV. 37.


PRAKTEK YOGA



i]äÞt' SqaPy sm' xr¢r' òd¢iNd–yai, mnsa s'inveXy -
b[õo@upen p[tret ivÜaNñota'is svaRi, .yavhain --8--
  
 
II.8. trirunnataý sthàpya samaý úarìraý hådìndriyàói manasà saýniveúya. brahmo-ðupena pratareta vidvàn srotàýsi sarvàói bhayàvahàni. 

8. Posisi raga tegak dengan yang tiga tegak lurus (bagian raga atas yaitu dada, leher dan kepala), menyebabkan indriya dan pikiran masuk ke dalam jantung, hendaklah seseorang yang bijaksana menyeberangi semua aliran sungai yang menyebabkan ketakutan dengan perahu brahman.
  • Lihat B.G. VI. 13.
  • saýniveúya v. saýnirudhya.
  • trìói: tiga, urogrìvaúiràýsi, dada, leher, dan kepala. Ú. Pada saat samàdhi kita harus menjaga leher, kepala dan tulang belakang dalam satu garis lurus. Teori àsana atau sikap raga adalah pengembangan dari pandangan ini. Pengendalian indriya dengan pikiran adalah jawaban atas pratyàhàra yang belakangan.
  • Raga, dan pikiran dan jiwa membentuk satu kesatuan dan disini apa yang dinamakan doa raga disebutkan.
  • brahma: aksara, aum, brahma úabdam praóavaý varóayanti. Ú.


p[a,aNp[p¢@)eh s'yuµ ceì" i=,e p[a,e naiskyo_C^u As¢t -
duìaëyuµimv vahmen' ivÜaNmno /aryeta p[mTt" --9--
  
 
II.9. pràóàn prapìðyeha saýyukta-ceûþaá kûióe pràóe nàsikayo’ cchvasìta. duûþàúva-yuktam iva vàham enaý vidvàn mano dhàrayetà pramattaá 

9. Mengendalikan nafasnya (dalam raga), hendaklah dia yang sudah mengen-dalikan seluruh gerakannya, bernafas melalui lubang hidung, dengan nafas yang semakin halus; hendaklah orang yang bijaksana mengendalikan pikirannya dengan keras seperti juga seorang kusir kereta mengendalikan kuda-kuda-kuda yang buas.
  • Lihat B.G.VI,12. Mantra ini menjelaskan mengenai pràóàyàma atau pengendalian nafas.


sme xucO xâkra viô valuka ivvijRte xBd jlaè[ya idi." -
mno_nuk§le n tu c=u p¢@ne guha invataè[y,e p[yojyet( --10--
  
 
II.10. same úucau úarkarà-vahni-vàlukà-vivarjite úabda-jalàúrayà-dibhiá. mano’nukùle na tu cakûu-pìðane guhà-nivàtàúrayaóe prayo-jayet. 

10. Ditempat yang datar, bersih dan tenang, bebas dari kerikil dan api, yang menyenangkan untuk pikiran seperti suara air atau hal yang lain, tidak mengganggu mata, dalam tempat peristirahatan yang terlindung dari angin, hendaklah dia melaksanakan latihannya (biarkanlah dia berlatih yoga).
  • Lihat B.G. VI. 11. Maitrì VI. 30.
  • Pentingnya lingkungan fisik diceritakan di sini. Kùrma Puràóa menyebutkan jantuvyàpta dan saúabda sebagai tempat yang tidak layak untuk samàdhi. II.11:M.B. mengatakan nirjane vane. XIV.567; juga nadìpulinaúàyì, nadìtìraratiú ca.


n¢har /UmakaRinlanlana' %Ûot ivÛuTSfi$k xx¢nam( -
Etain åpai, purSsrai, b[õ<yi.Vyiµkrai, yoge --11--
  
 
II.11. nìhàra-dhùmàrkànilànalànàý khadyota-vidyut-sphaþika úaúìnàm. etàni rùpàói purassaràói brahmaóy abhivyaktikaràói yoge. 

11. Kabut, asap, matahari, angin, api, kunang-kunang, kilat, kristal, bulan inilah bentuk-bentuk pertama dari perwujudan bûahman dalam yoga.
  • Kita membaca dalam Laòkàvatàra Sùtra: “Dalam latihannya seorang yogi melihat (secara imajinatif) bentuk dari matahari atau bulan atau sesuatu yang seperti teratai, atau dunia bawah atau berbagai bentuk seperti api di langit dan sebangsanya. Bila semua hal ini dikesampingkan dan ada keadaan tanpa bayangan, maka kemudian keadaan yang sesuai dengan hal itu (bhùta tathatà) memperlihatkan dirinya dan para Buddha akan datang dari seluruh negeri dan dengan tangan-tangan mereka yang gemerlapan akan menyentuh kepala orang yang beruntung ini”.
  • Lihat juga Maóðala Bràhmaóa Upaniûad. II.1.
  • àdau tàrakavad dåúyate, tato vajradarpaóam, tataá paripùróacandra maóðalam, tato navaratnaprabhàmaóðalam, tato madhyàhnàrka-maóðalam tato vahniúikhàmaóðalam … sphatika, dhùmra, bindu, nàda, kalà, nakûatra, khadyota, dìpa, netra, suvaróa nava-ratnàdi prabhà dåúyante.
  • Pertama kelihatan tanda seperti bintang, kemudian secara bertahap muncul cermin permata, sesudah itu lingkaran bulan penuh, sesudah itu kelompok dari sembilan permata, sesudah itu matahari pada tengah hari, sesudah itu lingkaran api, kemudian kristal, lingkaran hitam, titik, suara, angka, binatang, matahari, lampu untaian emas dan sembilan permata akan kelihatan. Para mistikus berbicara mengenai visi dan suara-suara. Kebenaran dilihat melalui cermin dari pantulan pikiran manusia. Pikiran manusia dibatasi sifat dari pemiliknya, oleh macam apa orang yang bersangkutan. Apa yang dipikirkan itulah orangnya, bukan pikirannya. Indriya kita membuat terbatas apa yang sebenarnya mempunyai sifat yang tidak terbatas. Kita mengurangi yang tidak kelihatan sampai kepada tingkatan kita.
    Sebab kita tidak akan bisa lama berdiam di tempat yang tinggi tanpa menderita kepusingan, kita kembali turun ke dunia indriya dan mempergunakan bayangan-bayangan yang merupakan milik dunia indriya. Walaupun Tuhan mengatasi semua bentuk Dia mungkin saja mempergunakannya dan menyampaikan kehadiran-Nya melalui hal-hal itu.
    Bayangan-bayangan ini dikirimkan untuk membahagiakan dan memberikan kita instruksi-instruksi. Mantra ini menjelaskan bahwa bayangan-bayangan itu bukanlah kegiatan subyektif dari diri manusia. Disamping itu, beberapa dari visi ini mempunyai sifat sebagai perlambang. Kata-kata dan istilah-istilah yang kita pergunakan untuk menerangkan rasa dibuat oleh benda-benda lur terhadap diri kita dipakai untuk menerangkan kejadian-kejadian dari pengalaman rohani kita. Ini adalah proses dibendakannya pengalaman rohani. Kebenaran dari hidup rohani tidak bisa secara sempurna diwakili melalui lambang-lambang. Saint Hildegran (1098-1180) mempunyai visi dan dia berkali-kali menyakinkan kita: “Visi-visi yang saya lihat ini saya mengalaminya bukan pada waktu tidur atau mimpi, bukan pula kegilaan dan juga bukan dengan mata telanjangku, tidak juga dengan kuping-kuping yang dari daging, tidak di tempat yang tersembunyi; tetapi keadaan waktu bangun, siapa, dengan mata jiwa dan dengan telinga yang di dalam dan aku mengenalinya dengan pandangan yang terbuka dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan bagaimana hal ini diarahkan adalah sukar bagi manusia lahiriah untuk mencarinya. “Dikutip dari Study in the History and Method of Science, Charles Singer (1917), h.53. Suso, Theresa, Muhammad dan banyak lain mempunyai visi-visi ini.



p*iqVyPytejo_inl%e smuiTqte pÆaTmkw yog gu,e p[v*Tte -
n tSy rogo n jra n m*Tyu" p[aPtSy yogaig{ my' xr¢rm( --12--
  
 
II.12. påthvyapyatejo’nilakhe samutthite pañcàtmake yoga-guóe pravåtte. na tasya rogo na jarà na måtyuá pràptasya yogàgni-mayaý úarìram. 

12. Ketika lima sifat dari Yoga dihasilkan, seperti kemunculan tanah, air, udara, api, dan antariksa, kemudian tidak akan ada lagi penyakit, umur tua, tidak ada kematian, bagi dia yang memperoleh raga yang dibuat oleh apinya yoga.
  • Mantra ini dan berikutnya menekankan sisi ragawi dari yoga. Melalui yoga kita ingin membangun raga yang sehat dan bersih. Kita berusaha untuk membuat agar yang terhalus dari raga kita tidak bobrok.
  • Empat tingkat Yoga, àrambha, ghata, paricaya dan nispatri diceriterakan dalam mantra 13, 14, 15 dan 26 berturut-turut. Untuk menjamin raga yang sehat kita mulai dengan yoga, yoga pravåtti. Dalam mencapai kebebasan dari kesedihan kita mencapai tahap kedua. Dalam tahap ketiga jejak-jejak kegandaan lenyap, maha úùnyaý, tato bhàti sarva-sidhhi-samàúrayani. Dalam tingkat yang keempat ada identitas dari individu dengan àtman Yang Maha Tinggi. Yogi itu bukannya menjadi tidak memiliki raga. Unsur-unsur yang membentuk raga-nya ditingkatkan kepada tingkatan mereka yang halus, sùkûmatva. Dia meninggalkan raga-nya dan memperoleh raga yang tidak akan bisa ditinggalkannya. Ini adalah raga kesadaran yang sama dengan yang Maha Tinggi dengan siapa yang samàdhi telah menyamakan dirinya.



l`uTvmaroGymlolupTv' v,R p[sad' Svr sOîv' c -
gN/Xxu.o mU] pur¢zmLp' yog p[v*iTt' p[qma' vdiNt --13--
  
 
II.13. laghutvam àrogyam alolupatvam varóa-prasàdaý svara-sauûþhavaý ca, gandhaú úubho mùtra-purìûam alpaý yoga-pravåttim prathamàý vadanti.

13. Perasaan ringan, perasaan sehat, ketegaran, kemantapan, perkataan yang menyenangkan, bau badan yang enak, buang kotoran sedikit inilah mereka katakan sebagai hasil pertama dari Yoga.


VISI TUHAN




yqWv ibMb' m*dyo_pilPt' tejomy' .[ajte tTsu/aNtm( -
tÜaTmtÑv' p[sm¢+y deh¢ Ek" ²taqoR .vte v¢t xok" --14--
 

II.14. yathaiva bimbam mådayo’paliptaý tejomayam bhràjate tat sudhàntam, tad vàtmatattvam prasamìkûya dehì ekaá kåtàrtho bhavate vìta-úokaá.

14. Bahkan seperti cermin dikotori oleh debu akan bersinar gemerlapan setelah dibersihkan, demikian juga tubuh seseorang yang sudah melihat sifat (asli) dan Àtman menjadi digabungkan, dan tujuan yang terpenuhi dan bebas dari kesedihan.



ydaTm tÑven tu b[õtÑv' d¢popmene_h yuµ" p[pXyet( -
Aj' /[uv' svR tÑvWivRxu×' DaTva dev' muCyte svR paxW" --157--
  
 
II.15. yadàtma-tattvena tu brahma-tattvaý dìpopamene’ha yuktaá prapaúyet, ajaý dhruvaý sarva-tattvair viúuddhaý jñàtvà devam mucyate sarva-pàúaiá.

15. Bila dengan melalui sifatnya (yang asli) dari atman-nya dia melihat bagai memakai lampu di sini sifat (asli) dari Brahman, dengan mengerti Tuhan yang tidak terlahir, tabah, bebas dari semua sifat, dia terbebas dari semua ikatan.


IMANENSI TUHAN


  
Ez h dev" p[idxo_nu svaR" pUvoR ih jat" s £ g.eR ANt" -
s Ev jat" sjinZyma," p[Ty;( jna'iStîit svRto mu%" --16--
 

II.16. eûa ha devaá pradiúo’nu sarvàá pùrvo hi jàtaá sa u garbhe antaá. sa eva jàtaá sajaniûyamàóaá pratyaò janàýs tiûþhati sarvato-mukhaá.

16. Dia sesungguhnya adalah Tuhan yang ada dimana-mana. Dia adalah terlahir pertama dan dia yang ada dalam kandungan. Dia telah terlahir dan akan terlahir. Dia berdiri berhadapan dengan semua orang, dan memiliki muka yang menghadap ke segala jurusan.
  • Lihat Vàjasaneyi Saýhità, 32. 4.
    pùrvo hi jàtaá: yang terlahir pertama sebagai Hiraóya garbha.


yo devo_g{O yo_Psu yo ivë' .uvnmaivvex -
y Aoz/¢zu yo vnSpitzu tSmW devay nmo nm" --17--
 

II.17. yo devo’gnau yo’psu yo viúvam bhuvanam àviveúa, ya oûadhìûu yo vanaspatiûu tasmai devàya namo namaá.

17.  Tuhan yang ada di api, yang ada di air, yang memasuki semua alam semesta, Tuhan yang ada pada tumbuh-tumbuhan, yang di pohon, puja kepada Tuhan itu, ya, puja kepada Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar