Kamis, 14 Juni 2012

Swetaswatara Upanisad (bab 1)


ÚVETÀÚVATARA UPANIÛAD

Úvetàúvatara Upaniûad termasuk dalam aliran Taittirìya dari Yajur Veda. Nama ini diambil dari åûi yang memberi ajaran ini. Bersifat tauhid dalam karakternya dan menyamakan Yang Maha Tinggi brahman dengan Rudra yang diartikan sebagai penyebab kebendaan dan penyebab yang berdaya guna dari alam semesta dan bukan saja penciptanya melainkan juga pelindungnya dan pembimbing. 
Unsur-unsur yang berhubungan dengan aliran Ketuhanan, Kepribadian, Tuhan dan bhakti kepada-Nya yang pasti akan ditemukan dalam Upaniûad lainnya, menjadi bahan pokok dalam Úvetàúvatara Upaniûad. Penekanannya bukan dalam brahman Yang Mutlak yang dengan kesempurnaannya yang menyeluruh tidak memungkinkan adanya perubahan atau perkembangan melainkan atas kepribadian Ìúvara. Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang merupakan perwujudan brahman


Istilah-istilah yang nantinya dipergunakan oleh falsafah Sàýkhya terdapat dalam Upaniûad ini, tetapi kegandaan Sàýkhya, puruûa dan prakåti diatasi. Alam atau pradhàna bukanlah hal yang berdiri sendiri tetapi adalah milik Tuhan,  devàtma-úakti. Tuhan adalah màyin pencipta dunia yang màyà atau yang dibuat olehNya Upaniûad ini mengajarkan tentang manunggalnya jiwa-jiwa dan alam semesta dalam Yang Nyata dan Maha Tinggi. Upaniûad ini ingin mempertemukana pandangan falsafah dan keagamaan yang berbeda yang hangat dalam jaman penyusunannya.

BAB I

Kesimpulan Mengenai Penyebab Pertama


b[õvaidno vdiNt - ik' kar,' b[õú k¦t" Sm jataú j¢vam kwnú
Kv c sMp[itîa"ú Ai/iîta" kwn su%etrezu vtaRmhe b[õivdo Vyv Sqam( --1--

I.1. brahmavàdino vadanti: kiý kàraóam brahma, kutaá sma jàtà, jìvàma kena, kva ca sampratiûþhàá, adhiûþhitàá kena sukhetareûu vartàmahe brahma-vido vyava-sthàm. 

1. Mereka yang berbincang tentang brahman berkata: Apakah penyebabnya? (Apakah) ini brahman? Kapan kita terlahir? Dengan apa kita hidup? Dan di atas apa kita menjalani hidup? Wahai yang mengetahui Brahman, (beritahulah kami) yang memimpin atas apa yang kita jalani keadaan yang berbeda-beda dalam kesenangan dan hal lain yang berbeda dari kesenangan.



kal" Sv.avo inyityRd*C^a .Utain yoin" puäz —it icNTya -
sMyog Ezm{ TvaTm .avadaTmaPyn¢x" su%du"% heto" --2--

I.2. kàlaá svabhàvo niyatir yadåcchà bhùtàni yoniá puruûa iti cintyà. samyoga eûam na tvàtma-bhàvàd àtmàpy anìúaá sukha-duákha-hetoá 

2. Waktu, sifat yang di dalam, kesempatan, keperluan, unsur-unsur, kandungan atau wujud, semestinyakah mereka dianggap sebagai penyebab? Tidaklah bisa digabungan dari hal-hal ini sebab keberadaan dari jiwa. Bahkan jiwa juga tidak berdaya dalam hubungannya dengan penyebab kenikmatan dan kesengsaraan.
  • cintyà: c.cintyam.
  • Dalam Atharva Veda XIX.531, kita diberitahu bahwa “waktu adalah kuda dengan tujuh kendali…….pujangga yang mengerti akan menungganginya”. kàlo aúvo vahati sapta raúmiá…tam àrohanti kavayo vipaúcitàá. Dalam mantra yang sama juga diceritakan bahwa “semua alam semesta adalah roda-rodanya”. tasya cakrà bhuvanàni viúvà.
  • Fungsi pencipta dan penghancur dari kàla diceritakan dalam M.B.
    kàlaá pacati bhùtàni, kàlaá saýharate prajàá.
    kàlaá supteûu jàgarti, kàlo hi duratikramaá.
  • Ini juga menegaskan bahwa ada unsur yang mengatasi waktu yang bahkan mengalahkan waktu:
    kàlaá pacati bhùtàni, sarvàóy evàtmanàtmani.
    yasmin tu pacyate kàlas taý vedeha na kaú cana.
  • àtmà: jiwa, diri yang hidup, jiwa yang bukan penyebab yang bebas, tetapi tetap tunduk kepada hukum karma.
  • yoniá: rahim. prakåti yang adalah ibu dari semua kemungkinan di alam semesta.
  • Perbedaan-perbedaan pandangan disebutkan sebagai juga diceritakan mengenai sejarah-sejarah masa silam dari pemikiran di Timur. Yang bukan sadar tidak mungkin penyebab dari yang sadar. Manusia yang sadar bukan dan tidak dapat dibilang sebagai penyebab pokok sebab dia tidak menentukan nasibnya sendiri.


te ?yan yoganugta ApXyNdevaTm xiµ' Svgu,WinRgU!am( -
y" kar,ain ini%lain tain kalaTm yuµaNyi/itîTyek" --3--

I.3. te dhyàna-yogànugatà apaúyan devàtma-úaktiý sva-guóair nigùðhàm, yaá kàraóàni nikhilàni tàni kàlàtma-yuktàny adhitiûþhaty ekaá. 

3. Mereka yang tiada hentinya (berbakti dengan) samàdhi melihat kekuatan diri Tuhan yang tersembunyi dalam sifatnya sendiri. Dialah penguasa semuanya dari semua sebab-sebab dari waktu sampai kepada jiwa.
  • dhyàna-yoga: Bd. dhyàna I.14; sekali lagi I.10-11.
  • tasyàbhidyànàt. Ini sepertinya mendahului praóidhàna dari Yoga Sùtra. I.23. Bhakti adalah perkembangan yang alamiah dari dhyàna. VI.22.
  • devàtma-úakti: kekuatan diri dari Tuhan. Ini tidak seperti prakåti dari falsafah Sàýkhya yang tidak tergantung kepada Tuhan. Kekuatan, úakti dari Yang Maha Tinggi adalah penyebab alam semesta. Ini adalah sifat dari Yang Maha Tinggi dan karena itu tidak berdiri sendiri.
    devasya dyotanàdi-yuktasya màyinaá parameúvarasya paramàtmanaá àtmabhùtatàm asvatantràm, na sàýkhya-parikalpita-pradhànàdivat påthag-bhùtàm svatantràm úaktim. Ú.
  • Lihat IV.10: Lihat B.G.IX.10.
  • Bd. Brahma Puràóa:
    eûà catur-viýúati-bheda-bhinnà màyà parà-prakåtis tat-samutthà.
  • tidak ada sebab seperti yang dikatakan Plotinus, kenapa jiwa harus tetap saja pada dirinya sendiri. Bukan berarti jiva itu tidak mempunyai kekuatan sebagaimana dia adalah sumber dan kemungkinan daripada semua benda. Enneads V.6.1.
  • Tidak ada yang hilang karena kegiatan penciptaannya. Menurut Plotinus, kekuatan jiwa memasuki semua dunia rohani dan jiwa-jiwa.
    Sva-guóair nigùðhàm: tersembunyi dalam sifat-sifatnya sendiri.
  1. Kekuatan sendiri dari Tuhan tersembunyi dalam sifat-sifatnya dari Yang Maha Kuasa, devàtmanà, iúvara-rùpeóa avasthitàm. Ú. Kekuatan perwujudan (màyà-úakti) adalah dalam bentuk iúvara, Penguasa Maha Tinggi. Lihat juga III.2; IV.1.9. dan VI.1.
  2. “Kekuatan sendiri dari Tuhan tersembunyi oleh tiga sifat sattva, rajas, tamas. Ini adalah penyebab penciptaan, pemeliharaan dan peleburan dunia. devasya parameúvarasya àtma-bhùtàm, jagad-udaya-sthiti-laya-hetu-bhùtàm, brahma-viûóu-úivàtmikàm. Ú.
    Bd. sarga-sthity-anta-kàrìóìm brahma-viûóu-úivàtmikàm
    sa saýjñàm yàti bhagavàn eka eva janàrdanaá.
  3. Sifat ini mungkin yang berhubungan dengan modifikasi prakåti, puruûa dan ìúvara. Brahmaparatantraiá prakåtyàdi-viúeûaóaiá upàdhibhiá nigùðhàm. Ú.
    devàú ca àtmà ca úaktiú ca yasya para-brahmaóaá avasthà-bedàá tàý prakåti-puruûeúaràóàý sva-rùpa-bhùtàý brahma-rùpeóa avasthitàm paràt-parataràý úuktiý kàraóam apaúyan. Ú. Lihat 1.9 dan 12.
  4. “Kekuatan dari Yang Maha Kuasa untuk mencipta, memelihara dan melebur dunia dilihat sebagai penyebab”.
    Devàtmanaá dyotanàtmanaá prakàúa-svarùpasya prajñàna-ghana svarù pasya param-àtmanaá jagad-udaya-sthiti-laya-niyamana viûayàý úaktiý sàmarthyam apaúyan. Ú.
  • Brahman, Yang Mutlak dan tanpa sifat, tidak bisa dibilang sebagai penyebab dunia. Ini hanya bisa diterangkan secara negatif. Ú. berkata: na kàraóaý nàpy akàraóaý na cobhayaý nàpy anubhayaý na ca nimittaý na copàdànaý na cobhayam. Ú.
  • Karena itulah penyebab dari segalanya ditelusuri ke dalam màyà atau prakåti, yang merupakan kekuatan dari brahman dan dimengertikan sebagai iúvara


Jiwa Individu Dalam  Keadaan Tertekan


tmek neim' t*v*t' zo@xaNt' xta/aRr' iv'xit p[Tyrai." -
AìkW" ziÎ" ivëåpWk pax' i]magR .ed' iÜin imiTtWk mohm( --4--

I.4. tam eka-nemiý tåvåtam ûoðaúàntaý úatàrdhàraý viýúati pratyaràbhiá. aûþakaiá ûaðbhiá viúva-rùpaika-pàúaý tri-màrga-bhedaý dvini-mittaika-moham.

4. Kita mengerti Dia sebagai (roda) dengan satu velg, dengan tiga ban, 16 ujung, 50 jari-jari, 20 tempat jari-jari dan enam pasang dari yang delapan, yang satu tambangnya adalah rangkap, yang mempunyai tiga jalan yang berbeda, yang satu ilusinya (timbul) karena dua penyebab.
  • Di sini dan dalam rangkaian mantra berikutnya, dunia dibandingkan dengan roda yang berputar atau air yang mengalir. Sifat pokoknya adalah gerak dan bayangan-bayangan ini membawanya keluar.
  • Eka-nemim: dengan satu velg, Ìúvara adalah penyebab tunggal dari alam semesta. Akar penyebab dari semuanya ini diceritakan berbeda-beda tetapi mempunyai sumbernya dalam Ìúvara.
  • ya ekaá kàraóàni nikhilàny adhitiûþhati tam eka-nemim, yoniá kàraóam avyàkåtam àkàúaý parama-vyomamàyà prakåtiá úaktis tamo’vidyà chàyàjñànam anåtam avyaktam ity evam àdi-úabdair abhilapyamànaikà kàraóavasthà, nemir iva nemiá sarvàdhàro yasyàdhiûþhàtur advitìyasya param-àtmanas tam eka-nemim. Ú.
  • ìúvara mempergunakan prakåti dalam penciptaan.
  • Adalah biasa untuk melukiskan dunia sebagai roda, ekam pàdam nokûipati. Sanatsujàtìya VI.11.
  • tåvåtam: dengan tiga ban, tiga kali. Maksudnya tiga guóa, sattva, rajas dan tamas.
  • ûoðaúàntam: enam belas ujung. Maksudnya lima unsur, lima alat pengerti (jñànendriya), lima alat bergerak (karmendriya) dan pikiran dan pikiran (manas). Prakåti dengan 23 putarannya keadang-kadang dibagi menjadi dua golongan 8 dan 16. Golongan 8 disebut prakåti atau mùla-prakåti dan terdiri dari prakåti, buddhi, ahaý-kàra dan lima unsur. Golongan 16 terdiri dari vikàra yaitu pikiran, sepuluh alat raga dan lima obyek indriya. Lihat M.B.XII, 7670,11394-6; 11552 ff. Buddha-carita XII. 18-19. Pendapat ini diterima oleh Tattva-samàsa 1 dan 2; Garbha U.4 dan Bhàgavata Puràóa VII.7.22.
  • Sàýkhya Kàrikà membagi yang 24 dalam 5 golongan: 1. Prakåti; 2. Disebut prakåti-vikåti; dan 3. 16 vikåti. Yang terakhir disebut ûodaúaka gaóa (22).
  • Pernyataan ini mungkin dimaksudkan dengan 16 kala yang terdapat dalam Praúna VI.2.
  • úatàrdhàram: 50 roji. Mereka mewakili kekuatan-kekuatan yang memutar roda. Ú. menyebutkan kelima viparyayas, tamas, moha, mahà-mohas, tàmisra dan andhatàmisra (mereka disebut juga kebodohan, ego, cinta, benci dan ketakutan. Yoga Sùtra I.8; II.2. Sàýkhya Sùtra III.37); 28 aúaktis atau ketidak mampuan. Sàýkhya Sùtra III.28; sembilan yang berlawanan dari tuûþis, kepuasan, Ibid III.39; delapan yang berlawanan dari siddhis, kesempurnaan (II.40). Pembagain-pembagian yang berbeda dari viparyaya, aúakti, tuûþi dan siddhi diberikan dalam Sàýkhya Kàrikà 46 ff., membentuk pasangan limapuluh. Lihat E.H. Johnson: Some Sàýkhya and Yoga Conceptions of the Úvetàúavatara Upaniûad. Journal of the Royal Asiatic Society, October 1940, h. 855 ff.
  • pratyaràbhiá: tempat jari-jari. Ini adalah sepuluh alat penerima dan penggerak dan obyek-obyeknya. Praúna IV.8 Ini juga dimaksudkan dengan liam zat dengan lima obyek indriya dan sepuluh alat. Lihat M.B.XII.112. 38-41.
  • aûþakaiá ûaðbhiá: enam pasang dari 8. Yang enam adalah: 1c. prakåti dengan delapan penyebab-penyebab dari lima unsur pikiran (manas), buddhi, ego (ahaý-kàra), Lihat B.G.VII.4.2; 2c. dhàtu: dengan delapan wakil dari raga; 3c. aiúvarya: penguasa dengan delapan bentuk; 4c. bhàva: delapan kondisi; 5c. deva: dewata dengan delapan kelasnya; dan 6c. àtma-guna: kebajikan-kebajikan yang juga delapan.
    aóimà mahimà caiva garimà laghimà tathà.
    pràptiá pràkamyam ìúitvam vaúitvaý ca’ûþabhùtayaá
  • viúva-rùpaika-pàúam: Yang satu tali tambangnya adalah rangkap. Ini adalah nafsu atau kama.
  • viúva-rùpa, nànà-rùpa ekaá kàmàkhyaá pàúaá. Ú. Viúva-rùpa kadang-kadang diartikan sebagai jiwa yang terkena penitisan kembali. I.9; V.7: Maitrì II.5. Viúvàkhya; V. 2, Viúva dan VII.7, Viúvarùpa. Bandingkan juga dengan M.B.XIII.112.33, tathaiva bahu-rùpatvàd viúva-rùpa iti úrutaá.
  • tri-màrga-bhedam: yang mempunyai tiga jalan yang berlainan ke arah pembebasan, dan dimaksudkan dengan dharma, saleh, adharma tidak saleh dan jñàna atau kebajikan.
  • moha: ilusi atau kebodohan diri yang disebabkan oleh dua hal, perbuatan baik dan buruk. Kedua-duanya membawa kepada penitisan kembali.


pÆñoto_Mbu' pÆyoNyug[ v¹a' pÆp[a,oim| pÆbu×)aid mUlam( - 
pÆavta| pÆdu"%O` vega' pÆzÙeda' pÆpvaRm/¢m" --5--

I.5. pañca-sroto’mbum pañca-yony ugra-vakràm pañca-pràóormim pañca-buddhyàdi-mùlàm, pañcàvartàm pañca-duákhaugha-vegàm pañca-ûad-bhedàm pañca-parvàm adhìmaá. 

5. Kita samàdhi kepadanya seperti sungai dengan lima aliran anak sungai, dari lima sumber, terjal dan berbelok-elok, yang ombak-ombaknya adalah kelima nafas vital (prana), yang sumber aslinya adalah kelima alat penerima, dengan lima puseran air, banjir tiba-tiba dari lima penderitaan, dibagi menjadi lima macam (penderitaan) dengan lima cabang-cabangnya.
  • Kenyataan dunia dan hubungannya dengan iúvara Yang Maha Tinggi dijelaskan di sini.
  • pañca-sroto’mbum: mempunyai sumber air dari lima aliran anak sungai. Srotas juga dipakai untuk alat indriya.
  • indriya: aliran pengertian yang diterima tiap indriya dari dunia luar. Aliran ini datang dari indriya kepada pikiran yang dikatakannya mempunyai lima aliran anak sungai. Bandingkan dengan pañca-srotas dalam M.B. XII.7890-1, di mana Nilakaòtha menyamakan hal ini dengan pikiran atau manas.
  • Yoga Sùtra II.2 menyebut lima kleúa yaitu avidyà, asmità, asakti, ràga, abhiniveúa.
  • Vàcaspati Miúra dalam komentarnya mengenai Sàýkhya Kàrikà (47) menerangkan pañca-viparyaya-bhedàh dengan kutipan dari Vàrûagaóya Pañca-parva-vidyà. Lihat juga Tattva-samàsa 14. Buddha carita XII.33.

b[õvaidno vdiNt - ik' kar,' b[õú k¦t" Sm jataú j¢vam kwnú
Kv c sMp[itîa"ú Ai/iîta" kwn su%etrezu vtaRmhe b[õivdo Vyv Sqam( --6--

I.6. sarvàjìve sarva-saýsthe båhante asmin haýso bhràmyate brahma-cakre. påthag àtmànam preritàraý ca matvà juûþas tatas tenàmåtatvam eti. 

6. Dalam roda-brahma yang luas ini, yang menghidupkan semua benda, dimana semua benda beristirahat, jiwa berayun dalam pikiran bahwa àtman yang ada padanya dan Penggerak (yang Maha Kuasa) adalah berbeda. Kemudian ketika diberkati olehnya, dia mencapai kehidupan abadi.
  • asmin v. tasmin.
    Bandingkan dengan B.U.I.4.10.
  • Kaþha IV.10; T.U.II.7.1; B.G.XVIII.61. Viûóu Dharma mempunyai ayat ini:
    paúyaty àtmànam anyaý tu yàvad vai param-àtmanaá.
    tàvad sàmbhràmyate jantur mohito nijakarmaóà.
    saýkûìóàúeûakarmà tu param brahma prapaúyati.
    abhedenatmanaú úuddhaý úuddhatvàd akûayo bhavet.

    Keduanya, iúvara dan jiwa individu termasuk dalam dunia yang tercipta.
  • brahma-cakram: lihat juga VI.1. Gauðapàda menyamakan brahman dengan prakåti. Lihat Gauðapàda tentang Sàýkhya Kàrikà 22. Jiwa manusia adalah musafir yang berkelana dalam lingkaran brahmà ini, yang luar biasa besarnya, keseluruhan daripada kehidupan, keseluruhan daripada keadaan-keadaan, memikirkan dirinya berbeda dengan penyebab daripada Kelana itu. Jiva mencapai tujuan keabadian ketika dia diterima oleh Yang Maha Tinggi.

Menjaga Pengetahuan Tentang  Brahman


£Ô¢t' EtTprm' tu b[õ tiSm'S]y' sup[itîa=r' c -
A]aNtr' b[õivdo_ividTva lIna b[õi, tTpra yoin muµ" --7--
 

I.7. udgìtam etat paramaý tu brahma tasmiýs trayaý supratiûþhàkûaraý ca. atràntaram brahma-vido’viditvà lìnà brahmaói tat-parà yoni-muktàá. 

7. Ini telah dinyanyikan sebagai brahman Yang Maha Tinggi dan di dalam inilah terdapat yang tiga. Ini adalah penopang yang kukuh, yang tidak bisa dikalahkan. Mereka yang mengerti brahman dengan mengetahui apa yang terdapat di dalamnya akan bersatu dengan brahman dan terbebas dari kelahiran.
  • supratiûþhà: v. sapratiûþhà, svapratiûþha.
  • brahma-vido: v. veda-vido, yang mengerti Veda.
  • paramam: Yang Maha Tinggi, prapañca-dharma-rahitam. Ú.
  • trayam: yang tiga, jiwa individu, alam semesta dan penguasa kosmis, bhoktà, bhogyam, preritàram. Ú.

'sMyuµmetT=rm=r' c VyµaVyµ' .rte ivëm¢x" -
An¢xéaTma b?yte .oKt* .avaTDaTva dev' muCyte svRpaxW" --8--
 

'I.8. samyuktam etat kûaram akûaraý ca vyaktàvyaktam bharate viúvam ìúaá. anìúas càtmà badhyate bhoktå-bhàvàt jñàtvà devam mucyate sarva-pàúaiá. 

8. Yang Maha Kuasa menopang semuanya ini yang merupakan kombinasi antara yang berubah dengan yang tidak berubah, yang terwujud dan tidak terwujud. Dan jiwa, karena bukan Yang Maha Kuasa, adalah terikat karena dia menjadi penikmat. Dengan mengerti Tuhan, (jiwa ) terbebas dari semua ikatan.
  • Lihat B.G.XV.16-17. Ajaran yang belakangan dari Úiva-siddhànta dengan perbedaan-perbedaannya dari paúu, pati pàúa, makhluk, penguasa dan ikatan, diusulkan di sini.

DaDO Üavjav¢xn¢xavja öeka .oKt*.oGyaqR yuµa -
AnNtéaTma ivëåpo öktaR ]y' yda ivNdte b[õmett( --9--
  
 
I.9. jñàjñàu dvàv ajàv ìúanìúàv ajà hy ekà bhoktå-bhogyàrtha-yuktà. anantaú càtmà viúva-rùpo hy akartà trayam yadà vindate brahman etat. 

9. Ada dua yang tidak dilahirkan, yang mengerti dan tidak mengerti. Yang satu sangatlah kuat, yang satu lagi tidak berdaya. Sesungguhnya ada seorang lagi yang tidak dilahirkan, yang berhubungan dengan yang menikmati dan obyek dari kenikmaran. Dan ada àtman yang tidak terbatas, dalam bentuk semesta dan tidak bergerak. Ketika seseorang menemukan yang tiga ini, inilah brahman.
  • Jiwa individu, kepribadian Tuhan dan prakåti atau alam semuanya ada pada brahman: jìveúvara-prakåti-rùpa-trayam brahma. Ú. Ajaran kesatuan dari yang tiga yang belakangan ini dikembangkan oleh Ràmànuja dinyatakan disini. Menurut Ràmànuja Tuhan adalah jiwa alam dan juga jiwa daripada jiwa-jiwa. Lihat I.12.
  • Perbedaan antara penikmat, kenikmatan dan yang dinikmati semuanya ada pada brahman: bhoktå-bhoga-bhogya-rùpam. Ú.
  • akartå: tidak bergerak, kartåvàdi-saýsàra-dharma-rahitaá. Ú.
  • Dalam menafsirkan mantra ini, Ú. mengatakan bahwa dunia yang terwujud adalah karena kekuatan màyà, yang tidak terlepas dari brahman dan karena itu bukan merupakan yang lain dari hal ini. Karena dia bertanggung jawab terhadap dunia yang terwujud, dia bukanlah sesuatu yang tidak ada. Sifatnya adalah tidak bisa dilukiskan.
    màyàyà anirvàcyatvena vastutvàyogàt tathàha;
    eûà hi bhagavan-màyà sad-asad-vyakti-varjità
    , Ú.


=r' p[/anmm*ta=r' hr" =raTmanav¢xte dev Ek" -
tSyai.ÛanaÛojnaTtÑv .avaÙUyéaNte ivë maya inv*iTt" --10--
  
 
I.10. kûaram pradhànam amåtàkûaram haraá kûaràtmànàv ìúate deva ekaá. tasyà-bhidyànàd yojanàt tattva-bhàvàd bhùyaú cànte viúva màyà-nivåttiá.

10. Apa yang bisa musnah adalah pradhàna (benda pokok). Apa yang abadi dan tidak bisa musnah adalah hara (Yang Maha Kuasa). Di atas yang bisa musnah dan jiva, Tuhan Yang Esa memerintah. Dengan samàdhi kepada Dia, dengan bersatu kepada Dia, dengan semakin memikirkan Dia, akan ada penghapusan seluruhnya dari ilusi dunia.
  • hara: salah satu nama Úiva; Ú., menerangkan hara sebagai seorang yang melenyapkan kebodohan, avidyàder haraóàt.
  • Bd. Úiva-mahimna Stotra:
    bahula-rajase vìsvotpattau bhavàya namo namaá.
    prabala-tamase tat-saýhàre haràya namo namaá.
    jana-sukha-kåte sattvodåiktau måðàya namo namaá.
    pramahasi pade nistraiguóye úivàya namo namaá.

    Puja kepada Bhava atau Brahmà dimana rajas lebih berkuasa untuk menciptakan alam semesta, penghormatan kepada Hara atau Úiva, dimana tamas lebih berkuasa untuk penghancuran alam semesta. Penghormatan kepada Måda atau Viûóu dimana sattva lebih berkuasa dalam memberikan kebahagiaan kepada orang-orang. Puja kepada Úiva, yang gemerlapan dan diluar ketiga atribut itu.
  • dengan samàdhi kepadanya: Cara bagaimana jiwa dibangunkan kepada inti suci dan keradaannya adalah abhidhyàna, pemusatan pikiran yang bulat kepada Tuhan Sang Penyelamat. Ini membawa kepada persatuan dengan obyek dan identifikasi dengan kenyataan intinya. Pemusatan pikiran ini adalah introspeksi pemujaan yang sangat erat, intuisi dari yang ada di dalam diri kita sendiri. IV.5 devaý svacittastham upàsya. Jiva yang terbungkus raga menjadi satu dengan Tuhan II.14 tad àtma-tattvam prasamìkûya dehì eko bhavate.
  • viúva-màyà: ilusi dari dunia, sukha-duákha-mohàtmakàúeûa prapañca-rùpa-màyà. Ú. Bandingkanlah dengan Vasubandhu dalam Abhidharmakoúa: abodhim dhyànàntye VI.24. Ketika kita mencapai kaivalya, ada pelenyapan sama sekali dari dunia. Yang melakukan samàdhi akan naik ke atas struktur kosmis dan mencapai brahma-nirvàóa.


DaTva dev' svRpaxaphain" =¢,W" ºwxWjRNm m*Tyu p[hai," -
tSyai.?yanaTt*t¢y' deh .ede ivëWëy| kwvl AaPt kam" --11--
  
 
I.11. jñàtvà devaý sarvapàúàpahàniá kûìóaiá kleúair janma-måtyu-prahàóiá. tasyàbhidhyànàt tåtìyam deha-bhede viúvaiúvaryaý kevala àpta-kàmaá

11. Dengan mengerti Tuhan maka akan terjadi lepasnya semua ikatan; ketika penderitaan berakhir maka tidak akan terjadi kelahiran dan kematian. Dengan samàdhi kepada-Nya, akan ada keadaan yang ketiga; dengan leburnya raga, penguasa alam; hanya ada wujud, keinginannya terkabul.
  • mantra ini menceritakan sisi dan tahap yang berbeda dari pembebasan. Secara negatif dia terbebas dari kelahiran dan kematian, secara positif ini adalah kemanunggalan dengan iúvara, selama ada dunia yang terwujud dan kemanunggalan dengan brahman ketika dunia yang terwujud lebur.
  • tasya parameúvarasya, abhidhyànàd deha-bhede úarìrapàtottara-kàlam arciràdinà deva-yàna-pathà gatvà parameúvara-sàyujyaý gatasya tåtìyaý viràð-rùpàpekûayàvyàkåta-parama-vyoma-kàraóeúvaràvastham viúvaiúvarya-lakûaóaý phalam bhavati, sa tad anubhùya tatraiva nirviúeûam àtmànaý matvà kevalo nirasta-samastaiúvarya-tad upàdhisiddhir avyàkåta-paramavyoma-kàraóeúvaràtmaka-tåtìyàvasthaý viúvaiúvaryaý hitvà, àpta-kàma àtma-kàmaá puróànandàdvitìya brahma-rùpo’vatiûþhate. Ú. Dia juga mengutip dari Úiva dharmottara:
    dhyànàd aiúvaryam atulam, aiúvaryàd sukham uttamam,
    jñànena tat parityajya videho muktim àpnuyàt.
  • Perbedaan dibuat di sini antara dhyàna atau samàdhi yang mengarah kepada Tuhan dan jñàna atau kebijakan yang mengarah kepada pembebasan. Yang pertama, yang merupakan perenungan hati, bhakti yang menyerap seluruh pikiran adalah satu tahap ke arah yang terakhir yang merupakan perenungan akal buddhi, keinginan yang berapi-api untuk mengerti. Selama proses kosmis ini berlangsung, kepribadian Tuhan menguasai semuanya ini dan dia yang terbebas menjadi partnernya. Ketika proses kosmis berakhir, kepribadian Tuhan kembali kepada Yang Mutlak dan demikian juga dia adalah perwujudan Yang Mutlak, bahkan ketika dia masih hidup di dunia fana ini.


Ett( Dey' inTymevaTms'Sq' nat" pr' veidtVy' ih ikiÆt( -
.oµa .oGy' p[eirtar' c mTva sv| p[oµ' i]iv/' b[õmett( --12--
  
 
I.12. etad jñeyaý nityam evàtmasaýsthaý nàtaá paraý veditavyaý hi kiñcit. bhoktà bhogyam preritàraý ca matvà sarvam proktaý tri-vidham brahmam etat. 

12. Yang Abadi yang bersemayam dalam àtman mestinya dikenal. Sesungguhnya tidak ada yang di luar ini yang perlu diketahui. Dengan mengerti penikmat, obyek yang dinikmati dan penggerak dari (semuanya) segalanya juga sudah dikatakan. Inilah brahman yang tiga.
  • Jiwa individu, obyek yang dinikmati atau prakåti dan Yang Maha Kuasa Iúvara semuanya adalah bentuk brahman.
  • àtma-saýstham: yang bersemayam dalam àtman.
    Bd. Kaþha V.12.
  • Úiva-dharmottara mengatakan: úivam àtmani paúyanti pratimàsu na yoginaá.
    Para yogi melihat Tuhan pada àtman dan bukan pada bayangan-bayangan.


vôeyRqa yoin gtSy mUitR" n d*Xyte nWv c il½nax" -
s .Uy Eve_N/n yoin g*ö" tÜo_.y' vW p[, ved dehe --13--
  
 
I.13. vahner yathà yoni-gatasya mùrtiá na dåúyate naiva ca liòga-nàúaá. sa bhùya eve’ndhana-yoni-gåhyaá tad vo’bhayaý vai praóa-veda dehe. 

13. Seperti pula bentuk api yang tersembunyi pada sumbernya tidak terlihat dan bibit api tetap ada di sana, dan bisa dinyalakan berkali-kali dari sumbernya, dengan pemantik, demikian juga dalam kedua keadaan ini, (keterangan: ini dibandingkan dengan pemantik api jaman dahulu). àtman bisa diperoleh pada raga dengan aksara aum
  • Api walaupun tidak bisa dilihat pada permulaannya, tetapi berada selamanya. Dia menjadi kelihatan karena gesekan; demikian juga àtman berada di sana selamanya, tetapi tidak bisa dimengerti oleh mereka yang bodoh. Ini bisa diketahui dengan samàdhi pada aksaran aum, kita mengerti àtman yang lebih bawah. Visi tentang àtman diperoleh dengan melalui praóava, aum.
  • indhana: pemantik api.
  • yoni: kayu di mana pemantik digosok/diputar.


Svdehmri,' ²Tva p[,v' co_Ttrari,m( -
?yan inmRqna>yasaTdev' pXyein{gU!vt( --14--
 

I.14. sva-deham araóiý kåtvà praóavam co’ttaràraóim. dhyàna-nirmathanàbhyàsàt devam paúyen nigùðhavat. 

14. Dengan menjadikan raga-nya pemantik bawah dan aksara aum sebagai pemantik atas dan dengan melakukan latihan (menggosokkan) samàdhi seseorang bisa melihat Tuhan, walaupun tersembunyi.
  • Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mencegah kesadaran brahman pada diri seseorang, pastilah ada penderitaan. Kita dianjurkan untuk samàdhi kepada kepribadian Tuhan dan membawa-Nya keluar dari persembunyian-Nya di jantung.
    Bd. Kaivalya U.I.11.


itlezu tWl' di/n¢v sipRrapSè[otSsu Ar,¢zu caig{" -
EvmaTmin g*öte_sO sTyenWn' tpsa yo_nupXyit --15--
 

I.15. tileûu tailaý dadhinìva sarpir àpas úrotassu araóìûu càgniá. evam àtmàtmani gåhyate’sau satyenainaý tapasà yo’nupaúyati. 

15. Seperti minyak dalam buah wijen, seperti mentega dalam cream, seperti air pada dasar sungai, seperti api dalam pemantik, demikian juga àtman akan diperoleh dari jiva seseorang jika seseorang melihat kepada-Nya dalam kebenaran tapa.
  • srotas: dasar sungai. Biasanya suatu aliran anak sungai, di sini diartikan dasar kering dari aliran sungai yang digali akan mengeluarkan air.
  • tapasà: Tuhan dalam diri kita hanya terwujud bila kita mengharuskan diri kita kepada pengendalian. Tuhan bekerja dalam diri tetapi ini memerlukan usaha supaya Dia bersinar ke segala jurusan. Upaniûad-upaniûad belakangan mengatakan bahwa Tuhan bersemayam dalam diri kita sebagai ghee dalam susu diperoleh sesudah melalui proses mengaduk dan menumbuknya; pengadukan dan penumbukan pikiran perlu untuk menunjukkan keagungannya yang tersimpan.
    ghåtam iva payasi nigùðham bhùte bhùte ca vasati vijñànam.
    satataý manthetavyam manasà manthàna-bhùtena
    .



svRVyaipnmaTman' =¢re sipRirvaipRtm( -
AaTmivÛa tpo mUl' tØãõopinzTprm( - tØãõopinzTprm(" --16--
  
 
I.16. sarvavyàpinam àtmànam kûìre sarpir ivàrpitam. àtma-vidyà-tapo-mùlaý tad brahmopaniûat param, tad brahmopaniûat param 

16. Àtman yang ada pada setiap benda, seperti juga mentega yang ada pada susu, yang merupakan akar dari pengetahuan tentang diri dan tapa, itulah brahman, ajaran gaib maha tinggi. Itulah ajaran gaib yang maha tinggi.
  • brahmopaniûat: ajaran gaib dari brahman.
  • Seperti mentega tersembunyi dalam susu, kebijakan abadi bersemayam pada setiap obyek; semestinyalah selamanya ada pengadukan dan penumbukan dengan menggunakan batang pengaduk dan penumbuk dari pikiran. Brahman-bindu Upaniûad.
    Bd. Bhàgavata:
    “Ketika orang-orang menyadari Aku sebagai yang ada pada semua makhluk, sama seperti api yang tersembunyi dalam kayu, sejak saat mereka itu tidak lagi kebingungan”.
    yadà tu sarva bhùtesu dàruúv agnim iva sthitam.
    praticakûìta maý loko jahyàt tarhyaiva kaúmalam.
     III. 9. 32.
  • Seperti harumnya bunga-bunga, seperti mentega dalam susu seperti minyak pada buah wijen, seperti emas pada tambang emas (begitu juga Tuhan bersemayam pada semua obyek). Dhyàna bindu Upaniûad 5.
    puûpa madhye yathà gandham payo-madhye yathà ghåtam.
    tila madhye yathà tailam pàûàneûv iva kàñcanam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar