Rabu, 09 Mei 2012

Katha Upanisad (2)

BAB I
Bagian 1
Naciketa Dan Ayahnya

£xNh vW vajè[vs" svRveds' ddO - tSy h nickwta nam pu] Aas --1--
  1. uúan ha vai vàjaúravasaá sarva-vedasaý dadau. tasya ha naciketà nàma putra àsa
  1. Mengharapkan (buah dari yajña Viúvajit) Vàjaúravasa, kata mereka, mendermakan semua yang dimilikinya. Dia memiliki seorang putra bernama Naciketa
  • uúan: mengharapkan. Nampaknya pada jaman Upaniûad ini, agama yajña dari Bràhmaóa adalah populer. Keinginan, baik yang bersifat duniawi maupun rohani adalah motif yang terpenting. Upaniûad ini menuntut kita kepada tujuan yang lebih tinggi. “Dia yang sudah terbebas dari nasfu perhatikanlah dia”. II.20 
  • uúan: kadang-kadang diartikan sebagai keturunan Vàjaúravasa. mendermakan semua miliknya, dia dilukiskan sebagai secara sukarela menyerahkan semua miliknya, saýnyàsa, supaya memperoleh keinginan rohaninya 
  • naciketa: dia yang tidak tahu444 dan karena itu ingin mengetahui.
  • Pengarang ingin membedakan antara Vàjaúravasa, sebagai contoh dari upacara-upacara luar dan Naciketa, sebagai pencari/kearifan rohani. Vàjaúravasa mewakili agama kolot dan hanya berbakti kepada bentuk-bentuk luar saja. Dia membuat yajña dan berderma tetapi yang tidak layak. Formalitas dan kemudian kemunafikan sang ayah melukai perasaan anaknya
 

t' h k¦mar' sNt' di=,O n¢ymanasu è[×aivvex - so_mNyt --2--
2. taý ha kumàraý santaý dakûióàsu nìyamànàsu úraddhà-viveúa, so’manyata.
2. Ketika derma itu diberikan kepada para pendeta, keyakinan datang merasuk ke dalam diri sang anak: (walaupun dia hanya seorang anak) dan berpikir 
  • Adanya keinginan untuk berbuat baik kepada ayahnya, sang anak merasa khawatir mengenai sifat dari derma-derma itu. 
  • úraddhà: kepercayaan, iman. Ini bukanlah kepercayaan buta melainkan kepercayaan yang mempertanyakan apakah suatu upacara yang bersifat lahiriah tanpa dijiwai sudah cukup


p¢todka jG/t*,a duG/doha iniriNd–ya" -
AnNda nam te lokaStaNs gC^t ta ddt( --3--

3. pìtodakà jagdha-tåóà dugdha-dohà nirindriyàá. anandà nàma te lokàs tàn sa gacchata tà dadat.

3. Air mereka sudah diminum, rumput mereka sudah dicerna, susu mereka di peras, kekuatan mereka habis, tanpa kegembiraan, begitulah keadaan mereka untuk siapa dia mendermakan sapi-sapi semacam itu.

  • nirindriyàh: tanpa kemampuan untuk berkembang biak, aprajanana-samarthàh.
  • anandàh: anànandàh, asukhàh, tanpa sukacita. Ìúa 3; B. U. IV. 4. 11. Sapi-sapi yang didermakan sudah tidak mampu lagi untuk makan, minum, memberikan susu atau beranak.
  • Dengan semangat orang muda, di sini Naciketa memperlihatkan ketidak sempurnaan ritual formal yang tanpa jiwa. Pikiran tentang penyerahan total, (sarva-vedasam dadau) pada ayat pertama haruslah diartikan sebagai persembahan penuh atau penyerahan diri total.
  • Pemujaan dan yajña sesungguhnya ditujukan untuk membawa pikiran dan kemauan dari manusia ke dalam harmoni dengan tujuan semesta dari Tuhan.

s hovac iptrm( - tat kSmW ma' daSys¢it - iÜt¢y' t*t¢ym( -
t' hovac - m*Tyve Tva ddam¢it --4--

4. sa hovàca pitaram, tàta kasmai màý dàsyasìti; dvitìyaý tåtìyam; taý hovàca: måtyave tvà dadàmìti
4. Dia berkata kepada ayahnya: “Wahai, ayah, kepada siapa aku akan didermakan?” untuk kedua dan ketiga kalinya dia bertanya ketika tiba-tiba ayahnya menjawab: “Aku akan berikan kamu kepada Kematian” 

  • Dr. Rawson mengatakan bahwa begitu tidak sopannya sang anak yang mengganggu upacara, hingga sang bapak dengan marah mengumpat: “Pergilah kamu ke neraka”.
  • Sang anak dengan sungguh-sungguh ingin menjadikan dirinya yajña dan dengan demikian menyucikan korban bapaknya. Dia tidak meninggalkan tradisi lama tetapi ingin mempercepatnya. Tidak ada hal yang lebih mempercepat jiwa sampai raga ini mati.
  • Bd. Santo Paulus: “Kamu bodoh, ganjaran yang kamu terima tidak akan dipercepat kecuali kamu mati”.
  • måtyave: kepada Kematian. Måtyu atau Yama adalah Dewa Kematian. Ketika Vàjaúravasa mendermakan seluruh miliknya. Naciketa merasa bahwa ini juga termasuk medermakan anaknya dan karena itu ingin mengetahuinya sendiri. Ketika sang ayah mengatakan bahwa dia akan memberikannya kepada Yama ini berarti bahwa sebagai seorang saýnyàsin, hubungan pribadi baginya tidak mempunyai arti apa-apa. Naciketa mengartikan pembicaraan ayahnya secara harafiah. Di dalam urutan pelajarannya menunjukkan bahwa kendaraan-kendaraan psikofisik yang dihidupkan oleh jiwa adalah ditentukan oleh hukum karma dan akan mengalami kematian. Dia yang mengetahui dirinya sebagai jiwa dan bukan sebagai kendaraan psikofisik adalah terbebas dan kekal.



bhUnameim p[qm" - bhUnameim m?ym" - ik' iSvÛmSy ktRVy' yNmyaÛ kirZyit --5--

5. bahùnàm emi prathamaá, bahùnàm emi madhyamaá; kiý svid yamasya kartavyaý yan mayàdya kariûyati
5. Naciketa. “Dari sekian (putra dan siûya-nya) aku pergi sebagai yang pertama; dari yang sekian, aku pergi sebagai penengah. Kewajiban kepada Yama apakah yang (dilakukan oleh ayahku) hari ini, yang harus dilakukannya melalui aku?”
  • emi: gacchàmi, aku pergi.
  • madhyamaá: yang menengah, måtànàm madhye.
  • Dari sekian banyak yang meninggal akulah yang diantaranya. Aku bukanlah yang terakhir. Banyak lagi akan mengikuti jejakku dan tidak ada gunanya untuk meratap.
  • Naciketa dalam kesediaannya masih berpikir apa yang bisa diberikannya kepada Yama.
  • Mengira-ngirakan keinginan guru atau orang tua dan melakukannya adalah tindakan paling baik dari anak-anak atau para murid; menjalankan dengan segera apa yang diperintahkan adalah yang terbaik berikutnya, menelantarkan kemauan mereka adalah kelakuan terburuk dari murid dan anak. Naciketa termasuk jenis pertama; paling jelek dia termasuk yang kedua. Dia tidak pernah lalai menjalankan tugas-tugas ayahnya
Yathàvasaraý jñàtvà úuúrùûaóe pravåtti-rùpà; àjñàdivaúena-úuúrùûaóe pravåtti-rùpà; gurvàdibhiá kopitassan úuúrùûàkaraóe pravåtti-rùpà. 
Úaýkarànanda dan À


AnupXy yqa pUveR p[itpXy tqapre - sSyimv mTyR" pCyte sSyimvjayte pun" --6--

6. anupaúya yathà pùrve pratipaúya tathàpare, sasyam iva martyaá pacyate sasyam ivajàyate punaá.
6. “Renungkanlah bagaimana hal ini dengan para leluhur, perhatikanlah bagaimana hal ini dengan keturunan-keturunannya; manusia matang seperti jagung dan seperti jagung dia terlahir kembali
  • Ú menerangkan bahwa Naciketa yang terkejut oleh kata-kata ayahnya berpikir dan berkata kepada ayahnya yang sekarang merasa bersalah, bahwa dia adalah putra yang lebih baik dari anak-anak yang lain dan tidak ada untungnya untuk menarik omongannya. Naciketa mengingatkan ayahnya bahwa tidak ada leluhur atau familinya yang merupakan orang baik-baik pernah mengingkari pembicaraan mereka. Bagaimanapun juga hidup manusia pada keadaan yang terbaik adalah yang tidak bersifat kekal. Seperti sebatang rumput, manusia mati dan dilahirkan kembali. Kematian bukanlah semuanya; kelahiran kembali adalah hukum alam. Kehidupan tumbuhan tergantung  kepada rantaian musim kelahiran, berkembang, masak, menuai, mati dan dilahirkan kembali. Persatuan dari semua yang hidup memberikan kesimpulan bahwa manusia juga demikian. Kelahiran kembali ini bukanlah pelarian dari roda penjelmaan ke arah kekekalan tanpa kematian. Bahkan walaupun kita tidak mencapai hidup kekal, berhasil hidup bukanlah sesuatu yang bisa dielakkan. Karena itu sang anak membujuk ayahnya untuk menepati kata-katanya dan mengirim dia ke tempatnya Yama.
  • Mungkin pula Naciketa ingin mengetahui apa yang terjadi kepada para leluhur dan apa yang akan terjadi orang-orang sebayanya setelah meninggal. Ajaran kelahiran kembali dibenarkan di sini.  


Naciketa Di Kediaman Yama

vWëanr" p[ivxTyitiqb[aRõ,o g*hn( - tSyWta' xaiNt' k¦vRiNt - hr vWvSvtodkm( --7--

7. vaiúvànaraá praviúaty atithir bràhmaóo gåhan, tasyaitàý úàntiý kurvanti, hara vaivasvatodakam.
7. Seperti layaknya api, maka seseorang bràhmaóa yang memasuki rumah, kepadanya harus disajikan hal yang mendamaikan: bawakanlah air, wahai, Putra Sang Sùrya
  • Pada pihak bràhmaóa diceriterakan bahwa Naciketa pergi ke rumah Yama dengan bimbingan suara Tuhan. Dia menunggu tiga malam sebelum Yama kembali dan menyajikan keramahan, bagaimana layaknya kepada seorang tamu.
  • Menurut Ú: Setelah berkata demikian sang ayah mengirim anaknya kepada Yama supaya tidak mengingkari pembicaraannya. Dan sampai dirumah Yama, dia menunggu 3 malam sebab Yama sedang berpergian. Setelah dia kembali pembantu atau mungkin juga istrinya memberitahukan kepadanya apa yang terjadi ketika dia tidak di rumah.
  • Seperti juga api dimatikan (didamaikan) dengan air demikian juga tamu harus disambut dengan keramah-tamahan. Kata untuk api di sini dipakai vaiúvànara, api semesta, yang menegaskan lagi tentang manunggalnya semua yang hidup. Tamu yang datang adalah sebagai penjelmaan dari kemanunggalan yang mendasar dari semua makhluk.

Aaxap[t¢=e s'gt' sUn*ta' ceìapUteR pu]pxU'é svaRn( - EtÜ*Àe puäzSyaLpme/so ySyanè{Nvsit b[aõ,o g*he --8--

8. àúà-pratìkûe saýgataý sùnåtàý ceûþàpùrte putra-paúùýú ca sarvàn.  etad våòkte puruûasyàlpamedhaso yasyànaúnan vasati bràhmaóo gåhe.
8. Harapan, kesetiakawanan, dan kegembiraan, pengorbanan dan perbuatan-perbuatan yang baik, keturunan, ternak dan semuanya akan diambil dari orang yang punya pengertian yang sedikit, di dalam rumah seorang Bràhmaóa tidak diberi makan
  • B.U. VI. 12.- sùnåta: kegembiraan dalam bahasa Veda. ‘wicara yang halus’, pada Jaina dan terakhir artinya perbuatan yang bersifat kebràhmaóaan.
  • iûþàpùrte: yajña dan perbuatan yang baik. 
  • iûþam: buah hasil yajña, 
  • pùrtam: buah hasil perbuatannya misalnya saja menanam di kebun, dan lain-lain, iûþam yàgajam phalam: pùrtam, àràmàdi-kriyàjam phalam. Ú. Bd. R. V. X. 14.
  • saý gacchasva pitåbhiá, saý yamena iûþàpùrtena parame vyoman.
  • “Bersatulah kamu dengan para pitara dan dengan Yama dengan pahala yajña-yajña-mu dan juga perbuatan-perbuatan baikmu di svarga Yang Maha Tinggi”.
vàpì-kùpa-taþàkàdi-devatàyatanàni ca
annapradànam àràmaá pùrtam ity abhidhìyate 


Wejangan Yama Kepada Naciketa


itño ra]¢yaRdvTs¢g*Rhe me_nè{Nb[õnitiqnRmSy" - nmSte_Stu - b[õn( - SviSt me_Stu - tSmaTp[it ]¢Nvran( v*,¢Zv --9--

9. tisro ràtrìr yàd avatsìr gåhe me’naúnan brahman atithir namasyaá.  namaste’stu, brahman; svasti me’stu; tasmàt prati trìn varàn våóìûva.
9. Sebab Anda tamu terhormat telah berada di rumah saya tanpa makan selama 3 malam, saya membungkukkan badan untuk menghormatimu. Wahai, bràhmaóa. Semoga ini baik untuk saya. Karena itu sebagai gantinya Anda mintalah 3 hal dari saya.
  • “Ketika siûya sudah siap, Sang Guru muncul”.
  • tasmàt: supaya menghilangkan akibat buruk darinya, tasya pratìkàràya  



PERMINTAAN PERTAMA NACIKETA


xaNts'kLp" sumna yqa SyaÜ¢tmNyug±tmo mai. m*Tyo - TvTp[s*ìm( mai.vdeTp[t¢t - Ett( ]ya,a' p[qm' vr' v*,e --10--

10. úànta-saýkalpaá sumanà yathà syàd vìta-manyur gautamo màbhi måtyo, tvat-prasåûþam màbhivadet pratìta, etat trayàóàm prathamaý varaý våóe.
10. Bahwa Gautama (ayahku) dengan kebingungannya yang hilang, dengan kemarahannya yang sirna, semoga beliau bermurah hati kepadaku, wahai, Kematian, dan mengenali aku, menyambutku, ketika Anda membebaskanku dan inilah merupakan yang pertama dari ketiga permintaanku.
  •  sumanàá: bermurah hati, baik. Prasanna-manàá. Ú.
  • pratìta: mengenal. Ini berarti “mengingat, mengenal bahwa ini adalah anaknya sendiri yang kembali lagi”, pratìto labdha-småtiá, sa eva ayam putro samàgataá ity evam pratyabhijànan ity arthaá. Ú


yqa purStaÙivta p[t¢t AOÖalikraäi,mRTp[s*ì" - su%' ra]¢Xxiyta v¢tmNyuSTva' dd*ixvaNm*Tyu mu%aTp[muµm( --11--

11. yathà purastàd bhavità pratìta auddàlakir àruóir mat-prasåûþaá. sukhaý ràtrìú úayità vìtamanyus tvàý dadåúivàn måtyu mukhàt pramuktam.
11. Yama berkata: seperti semula, dia (ayahmu) akan mengenali Anda, Wahai, Auddlaki, putra dari Aruóa, melalui perkenaanku dia akan tidur damai sepanjang malam, marahnya sirna, melihat Anda dilepaskan dari cengkeraman maut. 
  • auddàlakir àruóir: Uddàlaka, putra Aruóa. Ayah Úvetaketu juga disebut Aruói. C.U. VI. 1.1.
    mat-prasåûþaá: melalui perkenaanku. mayà anujñàtaá. Ú.
  • anujñàtaá, anugraha-sampannaá. Gopàlayatìndra. Ini bisa untuk bagian pertama maupun kedua.
  • Dalam ayat sebelumnya tvat-prasåûþam diartikan, “dibebaskan olehmu”, tetapi ayat ini diartikan “dibebaskan olehku”. Ini adalah kata pokok yang dijajarkan dengan Auddalàki Àruói, yaitu subyek yang tidak benar. Karena itu. Ú. memberikan arti yang berbeda, yang jadinya bukan arti yang disuratkan oleh kalimat itu. Bila kita merubahnya menjadi mat-prasåûþam, terjemahannya menjadi: “Seperti semula dia (ayahmu) akan mengenali Anda, wahai, Auddalàki Àruói, yang dibebaskan olehku”.   
  • Deussen tetap memakai bacaan lama tetapi memberikan terjemahan lain: Auddalàki Àruói akan tetap seperti sebelumnya. Bahagialah dia jadinya setelah dibebaskan olehku (dari kata-katanya).
  • Charpentier menyamakan Auddalàki Àruói dengan Naciketa. Dia menterjemahkan sebagai berikut:
  • “Seperti sebelumnya dia akan penuh kegembiraan; sedang putra dari Auddalàki Àruói telah dilepaskan olehku”. Demikian juga Hillebrandt: Àruói, putra Auddalàki dengan ini kulepaskan”. Indian Antiquary, (1928) h, 205, 223.
SvgeR lokw n .y' ik' c naiSt n t] Tv' n jrya ib.eit -
£.e t¢TvaR Axnaya ippase xokaitgo modte SvgRlokw --112--

12. svarge loke na bhayaý kiý ca nàsti na tatra tvaý na jarayà bibheti. ubhe tìrtvà aúanàyà pipàse úokàtigo modate svarga-loke
12. (Naciketa berkata): Di dunia surgawi tiada ketakutan terhadap apapun: Anda tidak berada di sana, tiada pula orang takut akan usia tua. Melewati rasa lapar maupun dahaga, meninggalkan kesedihan di belakang, orang selalu bersukacita di dunia surgawi
  • Lihat R.V. IX. 113: R. berpendapat bahwa svarga adalah mokûa
    svarga-úabdo-mokûa-sthàna-paraá.
  • Meninggalkan kesedihan di belakang: úokam atìtya gacchati

s Tvmig{' SvGyRm?yeiz m*Tyo p[.Uih t' è[Ödanay möm( -
SvgRloka Am*tTv' .jNt - Ett( iÜt¢yen v*,e vre, --13--

13. sa tvam agniý svargyam adhyeûi måtyo prabhùhi taý úraddadànàya mahyam. svarga-lokà amåtatvam bhajanta, etad dvitìyena våóe vareóa
13. Anda mengetahuinya, wahai, Kematian bahwa api (yajña) adalah jalan penunjuk ke svarga. Terangkanlah hal ini kepadaku, dengan penuh keyakinan, bagaimana penghuni svarga memperoleh kekekalan. Hal ini kupilih, sebagai permintaanku yang kedua.
  • svarga-lokàá: svarga loko yeûàý te param-pada pràptàá
  • amåtatvam: kekekalan. Di svarga yang merupakan bagian dari jagat yang terwujud, kekekalan mungkin tiada habis-habisnya tetapi bukan dalam arti mutlak langgeng. Apa saja yang terwujud cepat atau lambat pasti akan masuk dari mana dia muncul. Tetapi karena lamanya umur svarga loka tidak dapat diukur maka penghuninya disebut tidak bisa mati (kekal). Mereka memang terus ada selama masih ada dunia yang terwujud ini


p[ te b[v¢im tdu me inbo/ SvGyRmig{' nickwt" p[jann( - 
AnNt lokaiPtmqo p[itîa' ivi× - Tvmet' iniht' guhayam( --14--

14. pra te bravìmi tad u me nibodha svargyam agniý naciketaá prajànan. ananta-lokàptim atho pratiûþhàý viddhi, tvam etaý nihitaý guhàyàm.
14. (Yama berkata): Aku memahami dengan sangat baik , bahwa api itu yang adalah jalan ke svarga, aku akan menerangkannya kepada Anda. Belajarlah dariku, Wahai, Naciketa. Ketahuilah api sebagai jalan untuk mencapai dunia yang tidak ada batasnya, sebagai penopang (dari jagat) dan sebagai yang bersemayam di tempat rahasia (pada jantung).
  • nihitaý guhàyàm: bersemayam di tempat rahasia (di jantung). Secara harfiah artinya sembunyi di goa. Goa atau tempat tersembunyi dianggap sebagai pusat dari tubuh. Guhà yàý úarìrasya madhye: Taittirìya Bràhmaóa I.2.1.3. viduûàý buddhau niviûþam.Ú.
  • Tujuan pokok dari kalimat ini adalah untuk menjelaskan bahwa kekuatan pokok dari jagat adalah juga bagian yang paling dalam dari kita. Lihat juga I.2.12.
  • Ini adalah salah satu asumsi penulis-penulis Upaniûad bahwa jauh di bawah tingkat kehidupan empiris dari imaginasi, kemauan dan perasaan kita terdapat keberadaan utama dari manusia, dimana pusatnya yang sesungguhnya tidak berpisah dan tidak berubah, bahkan ketika pada permukaannya kita memiliki pikiran, emosi, harapan dan nafsu yang berubah-ubah. Pada saat kita mundur dari permainan yang bersifat luar ini, melewati tingkat perbedaan-perbedaan pikiran, kita berarti mundur ke dalam jiwa kita, àtman yang terus menjadi saksi di dalam.



lokaidmiGn' tmuvac tSmW - ya —ìka - yavt¢vR yqa va -
s caip tTp[TyvdTyqoµm( - AqaSy m*Tyu" punrevah tuì" --15--

15. lokàdim agniý tam uvàca tasmai, yà iûþakà, yàvatìr va yathà và. sa càpi tat pratyavadat yathoktam; athàsya måtyuá punar evàha tuûþaá.
15. (Yama) menjelaskan kepadanya mengenai api (yajña yang merupakan) permulaan dari dunia itu dan (juga) batu bata macam apa (yang dipergunakan untuk membuat altar yajña), beberapa jumlahnya dan dengan cara apa. Dan Naciketa mengulangi semuanya seperti apa yang diceriterakan kepadanya; dan karena senang Yama kemudian bicara lagi.
  • lokàdi: permulaan dunia. Pada R.V. Agni disamakan dengan Prajà-pati, Pencipta, dan karena itu bisa dianggap sebagai permulaan dunia. Pada II.2.9. kita diberi tahu bahwa api yang satu itu, setelah memasuki alam semesta mengambil semua bentuk B.U.I.2.7. menceriterakan bahwa, “Apa ini adalah arka-nya, alam semesta adalah perwujudannya”. - Ú. dalam pada itu menafsirkan lokàdi sebagai yang pertama-tama dari dunia-dunia, sebagai perwujudan keberadaan yang pertama. Prathama úarìritvàd Bd. C.U. di mana dikatakan semua benda-benda yang lain bermula dari api (teja), yang padanya sendiri merupakan produk pertama dari makhluk inti (sat). VI.8.4.  



tmb[v¢t( p[¢yma,o mhaTma vr' tvehaÛ ddaim .Uy" -
tvWv nam{a .ivtaymiGn" - s*»a' cemamnek åpa' g*ha, --16--

16. tam abravìt prìyamàóo mahàtmà varaý tavehàdya dadàmi bhùyaá. tavaiva nàmnà bhavitàyam agniá, såòkàý cemàm aneka-rùpàý gåhàóa.

16. Jiva Agung (Yama) sangat puas, berkata kepadanya (Naciketa). Aku memberi Anda hari ini satu berkah lagi. Dengan nama Anda sendirilah api ini akan diberi nama. Ambil pulalah rantai dengan berbagai bentuk ini
  • såókà: Kata ini muncul lagi pada I.2.3., dimana ini berarti sebuah “jalan”. Såòkà vitta-mayì, jalan menuju kemakmuran. Ú. memberikan dua arti: ratna-mayìm màlàm, kalung dengan batu-batuan berharga; (ii) akutsitàm gatiý karma-mayìm, jalan langsung dari perbuatan-perbuatan yang menghasilkan berbagai buah. karma vijñànam aneka-phala-hetutvàt. 
  • aneka-rùpàm: berbagai bentuk, kalau yang bodoh dibatasi hanya kepada satu bentuk, yang arif, yang sudah mencapai persatuan dengan àtman yang lebih tinggi bisa mempunyai berbagai bentuk  


i],aickwtiS]i.reTy siN/' i]kmR²Ttrit jNmm*TyU -
b[õjD' devm¢@)' ividTva incaYye_ma' xaiNtmTyNtmeit --17--

17. trióàciketas tribhir etya sandhiý trikarma-kåt tarati janma-måtyù. brahmajajñaý devam ìðyam viditvà nicàyye’màý úàntim atyantam eti.
17. Dia yang sudah menghidupkan api Naciketa tiga kali, berhubungan dengan yang tiga, menjalankan tiga perbuatan, akan mengatasi kelahiran dan kematian. Mengetahui putra Brahmà, yang maha tahu, agung dan tercinta dan merealisirnya, seseorang akan mencapai kedamaian abadi
  • tri-óàciketaá: seseorang yang sudah menghidupkan api Nàciketa 3 kali. Ú. mengajukan satu alternatif. Seseorang yang mengerti tentangnya, belajar mengenai dia dan mempraktekkan apa yang dipelajarinya. tad-vijñànas tad-adhyayanas, tad-anuûþhànavàn
  • tribhir etya sandhim: berhubungan dengan yang tiga. Ú. menjelaskan ayah, ibu, guru, bisa juga Veda, småti dan orang baik”.
  • tri-karma: tiga perbuatan. Ú. menjelaskan, yajña, belajar dan berderma ijya, adhyayana dàna.  
  • brahmajajña, yang mengerti tentang jagat dan terlahir dan Brahmà, Agni yang juga bernama Jàta-vedas atau maha tahu. Tetapi Ú. mengartikan hal ini sebagai Hiraóya-garbha. Menurut Ràmànuja, jiwa individu dilahirkan dari Brahma. Dia yang mengerti dia dan mengendalikan kelakuannya adalah Ìúvara Madhva berkata brahmaóo hiraóya-garbhàj jàtaá brahmajaá brahmajaú ca asau jñaú ca brahmajajñaá, sarvajñaá
  • nicàyya, mengalami sebagai pengalaman pribadinya sendiri taý viditvà úàstrataá nicàyya dåûþvà càtmabhàvena. Ú. 
  • imàý úàntim: kedamaian ini. Ini adalah kedamaian yang dirasakan dalam pengalaman seseorang. sva-buddhi-pratyakûàý úàntim. Ú. 
  • Dua kecenderungan yang mewarnai pikiran-pikiran Upaniûad muncul di sini, kesetiaan kepada tradisi dan semangat perubahan. Kita harus mengulangi upacara-upacara dan rumus-rumusnya sesuai dengan jalan bagaimana hal ini aslinya dilaksanakan. Peraturan-peraturan ini yang memperoleh otoritasnya dari kekunoannya menguasai pikiran manusia. Semangat perubahan dikembangkan secara bertahap.
 

i],aickwtS]ymetiÜidTva y Ev' ivÜa'iénute naickwtm( -
m*TyupaxaNpurt" p[,oÛ xokaitgo modte SvgRlokw --18--

18. trióàciketas trayam etad viditvà ya evaý vidvàýú cinute nàciketam. måtyu-pàúàn purataá praóodya úokàtigo modate svarga-loke.
18. Orang arif yang telah 3 kali membuat yajña Naciketa dan yang mengerti ketiga hal ini dan karena mengerti akan melakukan samàdhi kepada api, pertama-tama membuang ikatan-ikatan kematian dan mengatasi kesedihan, akan berbahagia di svarga.
  • nàciketam: samàdhi kepada api. agni-sàbdena tad-viûayaka-jñànam ucyate. Gopàlayatìndra
 

Ez te_iGnnRickwtSSvgoR ymv*,¢qa" iÜt¢ye, vre, - Etmig{' tvWv p[v+yiNt jnass( - t*t¢y' vr' nickwto v*,¢Zv --19--

19. eûa te’gnir naciketas svargo yam avåóìthàá dvitìyena vareóa. etam agnim tavaiva pravakûyanti janàsas; tåtìyaý varaý naciketo våóìûva.
19. Inilah api Anda (yajña), wahai, Naciketa, yang menuntun ke sorga, yang Anda pilih sebagai permintaanmu yang kedua. (Yajña) api ini akan disebut oleh orang-orang hanya dengan nama Anda saja. Sekarang sebutlah wahai, Naciketa, permintaan Anda yang ketiga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar