Minggu, 13 Mei 2012

Katha Upanisad (4)

Lanjutan Katha Upanisad (3)

Bagian 2

DUA JALAN

ANyC^ãeyo ANydutWv p[eySte £.e nanaqeR puäz' isint" - 
tyo" è[ey AaddanSy sa/u .vit - ihyte_qaRÛ £ p[eyo v*,¢te --1--

1. anyac chreyo anyad utaiva preyaste ubhe nànàrthe puruûam sinìtaá:
tayoá úreya àdadànasya sàdhu bhavati, hìyate’rthàd ya u preyo våóìte. 
1. (Yama berkata): Berbeda itu baik, dan sesungguhnya berbeda itu menyengkan. Kedua hal ini, dengan tujuan yang berbeda, mengikat manusia. Dari keduanya adalah lebih baik untuk  memegang kebajikan tetapi dia yang memilih kenikmatan akan gagal dalam tujuannya.
  • Setelah menguji Naciketa dan mengetahui kemampuannya untuk menerima Pengetahuan Brahma, Yama menceriterakan rahasia besar ini kepadanya. 
  • úrayaá: kebajikan, niáúreyasam. Ú. Kebajikan tertinggi dari manusia adalah bukan kenikmatan melainkan kebajikan moral. 
  • Bd. Samyutta Nikàya I.4.2.6. tasmà satañ ca asatañ ca nànà hoti ito gati, asanto nirayam yanti santo saggaparàyaóà. 
  • Karena itu jalanilah hal kebajikan dan kejahatan di dunia ini terbagi: yang jahat akan pergi ke neraka tetapi tujuan akhir dari kebajikan adalah svarga. 
  • Pada Samyutta Nikàya V.4.5.2. kita baca nibhàóa-paràyaóam dan bukan sagga-paràyàóa.
  • Pada edisi N.P. Chakravarti dari L’Udàna (Sanskrit), Paris 1930, h. 63, kita membaca asantaú caiva santaú ca nànà yànti tv itaú cyutàá, asanto narakam yànti, santaá svarga-paràyaóàá. 
  • Bd. Plato: “Dalam setiap orang dari kita ada dua peraturan dan pedoman yang bimbingannya kita ikuti ke mana saja mereka bahwa; yang satu adalah alat kenikmatan bawaan, yang lain adalah penilaian yang kita dapat, yang menginginkan yang terbaik. Suatu saat kedua azas ini menjaga keserasian, tetapi pada waktu-waktu yang lain mereka saling bertentangan dengan diri kita, sekarang yang satu menang dan pada waktu lainnya yang satu lagi”. Phaedrus. 


è[eyé p[eyé mnuZymetStO sMpirTy ivivniµ /¢r" -
è[eyo ih /¢ro_i.p[eyso v*,¢te - p[eyo mNdo yog=emaÜ*,¢te  --2--

2. úreyaú ca preyaú ca manuûyam etas tau samparìtya vivinakti dhìraá.
úreyo hi dhìro’bhipreyaso våóìte, preyo mando yoga-kûemàd våóìte. 
2. Kebajikan maupun kenikmatan kedua-duanya mendekati seseorang. Orang arif setelah menimbang-nimbang, mulai membedakan. Yang arif memilih kebajikan dari pada kenikmatan. Orang yang bodoh, dengan alasan kesenangan duniawi, memilih kenikmatan.
  • mandah: orang bodoh. Cf. Heraclitus: “Lembu jantan akan senang bila mereka memperoleh air seni untuk diminum”. Fr. 4. “Untuk orang yang terbaik, pilihlah satu hal di atas segala-galanya yang kekal di atas benda-benda yang mudah sirna”. Fr. 29. 
  • yoga-kúema: kesenangan duniawi. Dia mengambil jalan kehidupan kebendaan. Syarat mutlak dari kearifan rohani adalah hati yang bersih. 
  • Ú. membedakan antara penghapusan kesalahan dan memperoleh kebaikan yang merupakan hasil dari karma dan perenungan dari pada Tuhan yang adalah jnàna. Cassian membagi hidup rohani menjadi yang praktis dan teoritis dan berpendapat bahwa kita tidak akan dapat memperoleh visi Tuhan bila kita tidak menghapus bekas-bekas dosa. Penyinaran dan kemanunggalan mengikuti penyucian atau proses pengendalian diri. 


s Tv' ip[yaiNp[yåpa'é kamani.?yayn{ickwto - Tyña=¢" -
nWta' s*»a' ivTtmy¢mvaPto ySya' mÄiNt bhvo mnuZya" --3--

3. sa tvam priyàn priyarùpàýú ca kàmàn abhidhyàyan naciketo, tyasràkûìá. naitàý såòkàý vittamayìm avàpto yasyàm majjanti bahavo manuûyàá. 
3. (Tetapi) Anda, wahai, Naciketa menolak, (setelah) mengamati nafsu yang menyenangkan dan yang kelihatannya enak. Anda tidak memilih jalan kepada kekayaan di mana banyak manusia runtuh.
  • såòkà: lihat I,1,16. Bila såòkà berarti rantai, maka majjani haruslah dibaca sajjanti. Artinya adalah Anda tidak mengambil rantai kemewahan yang banyak menyusahkan manusia. Buddha menolak roda permata, cakka-ratanam, lambang nyata dari kekuatan sementara. Naciketa, dengan menolak semua godaan-godaan ini, menjelaskan bahwa kerajaannya bukanlah dunia fana ini. Dia mendambakan kekekalan, dimana dia dapat menemukan kepuasan sesungguhnya. 
 

dUrmete ivpr¢te ivzUc¢ - AivÛa ya c ivÛeit Data -
ivÛa.¢iPsn' nickwts' mNye - n Tva kamabhvo lolupNt" --4--

4. dùram ete viparìte viûùcì, avidyà yà ca vidyeti jñàtà:
vidyàbhìpsinaý naciketasam manye, na tvà kàmà bahavo lolupantaá. 
4. Demikian berbedanya dan menuju kepada akhir yang sangat berbeda kebodohan dan kearifan ini. Aku tahu (Anda) Naciketa, yang sangat menginginkan kearifan, bahkan nafsu apapun tidak mengganggu Anda.
  • Ú. berpendapat bahwa avidyà atau kebodohan berhubungan dengan kenikmatan dan vidyà atau kearifan berhubungana dengan kebajikan avidyà preyo-viûayà vidyà úreyo-viûayà
  • avidyà kàma-karmàtmikà vidyà vairàgya-tattva-jñàna-mayì. R. 


AivÛayamNtre vtRmana" - Svy' />ra" pi<dt' mNymana" -
dNd–Myma,a" piryiNt mU!a" - AN/enWv n¢ymana yqaN/a" --5--

5. avidyàyàm antare vartamànàá, svayaý dhìràá paóðitam manyamànàá.
dan-dramyamàóàá pariyanti mùðhàá, andhenaiva nìyamànà yathàndhàá. 
5. Bersemayam di tengah-tengah kebodohan, arif menurut pikiran mereka saja, merasa diri mereka terpelajar, orang-orang pandir yang menelusuri setapak yang membuat sengsara dan berjalan seperti orang buta yang dituntun oleh orang buta.
  • Lihat juga M.U. I.2-8: Maìtrì VII. 9. 
  • Bd. Mateus: “Bila si buta menuntun si buta, mereka berdua akan jatuh kesaluran air”. XV.14. 
  • dandramyamàóàá: V. dandravyamàóàá, viûaya-kàmàgninà dåta-cittàá
  • R. arif menurut pikiran mereka saja: Kebodohan mereka adalah ketidaktahuan mereka dan menunjukkan seolah-olah mereka arif. 


n saMpray"p[it.ait bal' p[maÛNt' ivTt mohen mU!m( -
ay' loko naiSt pr —it mi - pun" punvRxmapÛte me --6--

6. na sàmparàyaá pratibhàti bàlam pramàdyantaý vitta mohena mùðham: ayaý loko nàsti para iti mànì, punaá punar vaúam àpadyate me. 
6. Apa yang berada di luar tidaklah bersinar menurut orang-orang bodoh ini, sembrono, yang dibuai oleh gemerlapannya harta kekayaan berpikir bahwa hanya inilah satu-satunya dunia dan tidak ada yang lain, mereka jatuh dari waktu ke waktu ke dalam kekuasaanku.
  • mànì: berpikir, manana-úìlo mànì. Ú. 
  • Dia yang dipenuhi oleh nafsu, mementingkan diri sendiri dan tertarik kepada pemilikan duniawi akan terus dipengaruhi oleh hukum karma yang akan menuntunnya dari kelahiran kepada kelahiran berikutnya dan karena itu dia beradala dalam kekuasaan Yama. 

è[v,ayaip bhui.yoR n l>y" - x*<vNto_ip bhvo y' n ivÛu" -
AaéyoR vµa k¦xlo_Sy lB/a - AaéyoR Data k¦xlanuixì" --7--

7. úravaóàyàpi bahubhir yo na labhyaá, úåóvanto’pi bahavo yaý na vidyuá. àúcaryo vaktà kuúalo’sya labdhà, àúcaryo jñàtà kuúalànuúiûþaá. 
7. Dia yang bahkan tidak bisa didengar oleh banyak orang dan banyak orang yang bahkan dengan memperoleh kesempatan mendengar pun tetap tidak mengerti; hebatlah dia yang bisa mengajar (Dia dengan sangat trampillah dia yang bisa menemukan (Dia) dan menakjubkanlah dia yang mengerti bahkan setelah diberi pelajaran oleh yang arif.
  • Lihat B.G. VII.3. - diajar oleh orang yang arif: nipuóena àcàryeóa anuúiûþaá saá. 
  • Naciketa dipuji oleh Yama sebagai pencari kebahagiaan sejati suatu yang langka diantara manusia. Tugas ini sangatlah berat, sebab sangatlah halusnya sifat àtman. Kedalaman tersembunyi dan àtman diartikan sebagai rahasia besar. Tidak banyak mempunyai kebulataan tekad: tidak banyak yang mampu menemukan guru yang layak. 


n nre,avre,a p[oµa Ez suivDeyo bhu/a icNTyman" -
AnNyp[oµw gitr] naSTy,¢yaNötKyRm,up[ma,at( --8--

8. na nareóàvareóà proktà eûa suvijñeyo bahudhà cintyamànaá; ananya-prokte gatir atra nàsty aóìyàn hy atarkyam aóupramàóàt. 
8. Diajarkan oleh orang yang tidak layak, Dia tidak akan bisa dimengerti, sebab Dia bisa dipikirkan dalam berbagai jalan. Tanpa diajarkan oleh seseorang yang mengenal Dia sebagai dirinya, dia tidak akan bisa sampai di sana, sebab dia sangat sukar dimengerti dan lebih halus dari yang halus.
  • bahudhà cintyamànaá: bisa dipikirkan dalam berbagai jalan atau mungkin pula berarti banyak direnungkan atau diartikan sebagai yang jamak sedang àtman adalah tunggal yang mutlak. 
  • ananya-prokte: diajarkan oleh orang yang mengerti Dia sebagai dirinya sendiri. Ini adalah tafsiran Ú. Dia harus diajarkan oleh orang yang tanpa pembedaan, ananya, yaitu dia yang telah menyadari kesatuannya dengan brahman. Hanya orang seperti itulah yang bisa memberi pelajaran dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Sebagai orang yang berpengalaman dia akan berada di atas pertentangan antar golongan. Ini juga bisa berarti, “diajarkan oleh orang selain dari orang yang rendah”, yaitu manusia hebat yang mengerti kebenaran atau “diajar bukan oleh diri sendiri”, yaitu oleh guru. 
  • Menurut Ràmànuja, pengertian, avagatih, yang diperoleh seseorang tentang àtman ketika diajar oleh orang yang telah menemukan brahman adalah tidak mungkin diperoleh dari orang dengan kapasitas rendah. Madhva mengartikannya bahwa ini adalah ajaran yang kurang bagus bila diajarkan oleh orang yang terpelajar tetapi tidak berbuddhi sebab hal ini bisa dimengertikan bermacam-macam dan karena itu sukar untuk memahaminya. Tetapi bila diajarkan oleh orang yang tidak melihat perbedaan sama sekali, tidak akan ada pengetahuan, bahkan yang rendah sekalipun. Ini adalah lebih halus dari atom dan karena itu tidak bisa dimengerti oleh akal. 
  • gartir atra nàsti: tanpa guru tidak akan ada jalan kepada hal ini. “Tidak akan bisa sampai di sana”, bisa berarti tiada sesuatunya lagi di luar pengetahuan tentang brahman atau tidak ada jalan kembali dari saýsàra atau penitisan, saýsàra-gatiá. 
  • atarkyam: tidak bisa dimengerti, tidak bisa dicapai oleh perdebatan. àtman Yang Maha Tinggi tidak bisa diketahui dari perdebatan sebab Dia halus, di luar kemampuan pencapaian indriya dan pengertian berdasarkan data indriya. Dia bisa segera dimengerti melalui intuisi. 


nWza tâkw, mitrapneya - p[oµaNyenWv suDanay p[eî -
ya' TvmapSsTyi/[itbRtais - Tvad*;( no .Uyan{ickwt" p[ìa --9--

9. naiûà tarkeóa matir àpaneyà, proktànyenaiva sujñànàya preûþha: yàý tvam àpas satyadhritir batàsi: tvàdåò no bhùyàn naciketaá praûþà. 
9. Bukan dengan pemikiran hal ini bisa dicapai anakku, tetapi dengan diajarkan oleh orang lain, dia akan bisa dimengerti. Anda telah memperoleh hal ini dengan berpijak teguh kepada kebenaran. Semoga kita menemukan pencari seperti Anda, wahai, Naciketa.
  • Akal saja tanpa dibantu oleh  keyakinan tidak akan membawa kepada penyinaran. 
  • Semoga kita menemukan pencari seperti Anda. Bukan saja seorang siûya yang mencari guru, tetapi guru juga mencari siûya. 

MENINGKATKAN NILAI HARTA, BAIK DI DUNIA MAUPUN DI SVARGA


janaMyh' xevi/irTyinTym( - n ö/[uvW" p[aPyte ih /[uv' tt( -
tto mya nickwtiéto_ig{rinTyWd–RVyW" p[aPtvaniSm inTym( --10--

10. jànàmy aham úevadhir ity anityam, na hy adhruvaiá pràpyate hi dhruvaý tat. tato mayà naciketaú cito’gnir anityair dravyaiá pràptavàn asmi nityam. 
10. Aku mengerti bahwa harta tidaklah kekal. Bukanlah melalui hal-hal yang tidak kekal yang bersemayam itu bisa dicapai; tetapi olehkulah api Naciketa diletakkan dan melalui jalan yang tidak kekal aku mencapai yang kekal.
  • Dengan membakar semua benda yang tidak kekal pada yajña kekekalan dicapai. 
  • Beberapa penterjemah (misalnya Max Muller dan Hume) menganggap ayat ini berasal dari Naciketa. Tetapi pastilah dia belum menjalankan yajña yang memakai namanya. Ú. menganggap kata-kata ini dari Yama yang menjelaskan bahwa melalui api yajña dia telah memperoleh kedaulatan di svarga. Tetapi kedaulatan ini hanyalah secara nisbi/tidak kekal. Melalui arti peralihan dari karma termasuk yajña, tiada sesuatu yang kekalpun bisa dicapai. Pelaku api Naciketa akan bertahan selama kosmos ini ada, tetapi waktu bertahan ini bukanlah kekekalan, sebab kosmos dengan segala isinya ini akan diserap ke dalam kekekalan pada akhir dari usia kosmos. 
  • Melalui jalan yang tidak kekal aku mencapai yang kekal. Apa yang telah dicapai Yama diceriterakan oleh Gopàla-yatìndra: adhikàràpanno, dharmàdharmaphalayoá, pradànena jantùnàý niyantåtvam àpannaá. Bila hanya pemujaan simbolis dari hal yang demikian tidak stabilnya seperti api kita dapat mencapai keadaan yang kekal, maka pandangan ini mengingatkan kita kepada sejak dari Blake dalam Auguries of Innocence; Kita harus menggunakan jalan-jalan dari dunia empiris untuk menyeberanginya dan mencapai keadaan trans-empiris….Brahma pràpti-sàdhana-jñànoddeúena anityair iûþakàdi-dravyair nàciketo’gnìú citaá, tasmàdd hetor nitya-phala-sàdhanaý jñànaý pràptavàn asmi. R. 


kamSyaiPt' jgt" p[itî' ¹toranNTy' A.ySy parm( -
Stommhduägay' p[itîa' d*ía /*Tya i/ro nickwto_Tyña=¢" --11--

11. kàmasyàptiý jagataá pratiûþhàý krator ànantyaý abhayasya pàram. stoma-mahad urugàyam pratiûþhàý dåûþvà dhåtyà dhìro naciketo’tyasràkûìá. 
11. (Setelah melihat) penemuan (semua) keinginan, penopang dunia, buah tiada habisnya dari upacara-upacara, pada sisi pantai lain dimana tidak ada ketakutan, keagungan dari kemashuran, hamparan yang jauh, fondasinya, wahai, Naciketa yang arif, Anda telah dengan teguh membiarkan (mereka pergi).
  • Di depan matanya terbentang semua godaan-godaan dunia, termasuk kedudukan Hiraóya-garbha, tingkat tertinggi pada dunia fenomena, dicapai oleh mereka yang memuja Yang Maha Tinggi melalui yajña dan samàdhi menurut Ú. dan dia telah menolak semua itu. Di sini mungkin diketengahkan pertentangan antara cita-cita Veda tentang sorga dan cita-cita Upaniûad mengenai hidup kekal. Tempat ke mana kebenaran pergi adalah ke dunia Brahma. Pada svarga-loka atau svarga tidak ada lagi ketakutan. Lihat Kaþha I,1,12. Ketika kita keluar melewati ketakutan kita keluar meninggalkan kejamakan. B.U.I. 4-2. 
  • Pencapaian semua keinginan, bisa diterapkan kepada brahman Yang Kekal. Ini adalah penopang dunia, yang terakhir dan satu-satunya. M.U. III.2. Bila kita mengartikannya demikian, maka pengertiannya bukanlah svarga dalam veda tetapi hidup kekal atau mokûa. 
  • atyasràkûiá: ini bukan berarti penolakan terhadap hidup kekal melainkan penolakan dari pandangan salah dari obyek yang digambarkan dalam ayat ini. 
  • kratu: upacara atau pemujaan. upàsanàyàá phalam ànantyam. Ú.


KEKHAWATIRAN DARI YANG MAHA TINGGI MELALUI ADHYÀTMA – YOGA


t' dudRx| gU!mnup[ivì' guhaiht' gøreî' pura,m( -
A?yaTm yogai/gmen dev' mTva /¢ro hzR xokO jhait --12--

12. taý durdarúaý gùðham anupraviûþaý guhàhitaý gahvareûþham puràóam. adhyàtma-yogàdhigamena devam matvà dhìro harûa úokau jahàti. 
12. Menyadari melalui perenungan bahwa Tuhan Yang Satu, yang sukar dilihat, bersembunyi sangat jauh, bersemayam pada goa (di dalam jantung), bersemayam dalam kedalaman. Orang yang arif meninggalkan dibelakang baik sukacita maupun kesedihan.
  • gùðham: tersembunyi sangat dalam. Dia tersembunyi sebab kita harus berada dibelakang indriya, pikiran dan buddhi. Ini adalah dasar yang sesungguhnya dari pada jiwa. Pengikut Buddha melihat setiap makhluk sebagai janin dari tathàgata, tathàgata-garbha. Setiap makhluk mempunyai kemungkinan untuk menjadi seorang Buddha. Bila kita sampai kepada wujud  yang di dalam daripada roh, kita berada dalam hubungan langsung dengan Yang Kekal. Azas dasar yang kita kenal melalui pengalaman langsung atau perenungan yang terus menerus adalah dasar dari kebebasan manusia. Ini adalah azas dari indeterminasi, kemungkinan-kemungkinan dari determinasi yang belum terwujud. Bila kita menyamakan diri kita dengan apa yang sudah pasti, kita menempatkan diri kita pada keadaan yang mengakui hukum determinasi. “Bila kita dituntun oleh malaikat kita tidaklah berada di bawah hukum”. 
  • adhyàtma-yoga: perenungan diri. Viûayebhyaá pratisaýhåtya cetasàtmani samàdhànam. Ú. adhyàtma berati yang berhubuangan dengan àtman yang berbeda dengan adhibhùta, yang berhubungan zat kebendaan dan adhidaiva, yang berhubungan dengan dewata. Adhyàtma-yoga adalah yang berhubungana dengan inti àtman seseorang. Ini adalah latihan samàdhi, usaha yang tenang, menyendiri dan secara terus-menerus dilakukan untuk mengenal kebenaran yang berbeda dengan proses cara berpikir yang biasa. 
  • Jawaban-jawaban Yama atas pertanyaan Naciketa yang disampaikan pada I,1,29, tentang rahasia  Tuhan yang tersembunyi di belakang dunia fenomenal, pada kedalaman jiwa seseorang yang sangat sukar dicapai oleh jalan-jalan biasa tetapi yang terbuka untuk perenungan rohani. Yama, dengan jalan lain, memberikan penjelasan mengenai misteri yang tidak tertembus dari yang nyata yang paling dalam, yang merupakan tujuan pencarian. Bila dunia Brahma adalah pemenuhan dari semua keinginan maka kebahagiaan kekal ini diperoleh melalui pelepasan dari semua keinginan; sedang brahma-loka adalah tempat tertinggi dari dunia yang terwujud, yaitu batasnya yang paling jauh, sebenarnya ada kekekalan di luar hal itu. 
  • devam: Tuhan. Lihat Ú, U.I. 3. Maitrì VI. 23.


EtC^ãuTva sMpirg*ö mTyR"p[v*ö /MyRm,umetmaPy -
s modte modn¢y' ih lB?va ivv*t' sÚ nickwts' mNye --13--

13. etac chrutvà samparigåhya martyaá pravåhya dharmyam aóum etam àpya. sa modate modanìyaý hi labdhvà vivåtaý sadma naciketasam manye. 
13. Mendengar hal ini dan mengertikannya, seorang manusia, memeras intinya dan mencapai yang halus, bersyukur karena mancapai sumber kebahagiaan. Aku tahu bahwa tempat seperti itu terbuka lebar untuk Naciketa.
  • dharmyam: inti. Kita harus memeras sifat intinya, mengenal sifat sesungguhnya. 
  • aóum: halus, sùkûmàm. Ú. 
  • modanìyam: sumber kebahagiaan. Yang terdalam mempunyai nilai tertinggi. 
  • Untuk mencapaiNya adalah untuk mencapai Yang Maha Tinggi, kebahagiaan yang kekal. Ini bukanlah kemanunggalan dalam yang mutlak tanpa sifat, dimana semua perasaan menghilang. 
  • vivåtaý sadma: tempat seperti itu terbuka lebar. 
  • Naciketa bisa dibebaskan dari rumah kehidupannya, tubuh dan pikiran, Bd. kata-kata Buddha: “Janganlah sekali Anda, wahai, tukang bangun rumah, membuat rumah untukku; akan patahlah balok dan berantakanlah kuda-kudamu”. 
  • Yama berkata bahwa Naciketa pantas untuk memperoleh pembebasan, mokûàrham. Ú. 
  • Ini berarti bahwa 3 tahap dari úravaóa (úrutva), manana (samparigåhya) dan nididhyàsana (pravåhya) disebut dalam ayat ini dan semuanya ini membawa kepada àtma-darúana atau àtma-sàkûàt-kàra (àpya). 


ANy] /maRdNy]a/maRdNy]aSmaT²ta²tat( -
ANy] .Uta .Vya yTtt( pXyis tÜd --14--

14. anyatra dharmàd anyatràdharmàd anyatràsmàt kåtàkåtàt. anyatra bhùtàc ca bhavyàc ca yat tat paúyasi tad vada. 
14. (Naciketa memohon): Ceriterakanlah kepadaku hal yang Anda lihat sebagai di luar yang salah atau yang benar, di luar apa yang sudah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan, di luar waktu yang lalu dan waktu yang akan datang.
  • apa yang sudah dikerjakan dan tidak dikerjakan: Ú. mengatakan akibat dan sebab. kåtam kàryam, akåtaý kàraóam. 
  • Bd. T.U. dimana dikatakan bahwa yang mengerti tidaklah diganggu oleh pikiran: “mengapa aku tidak berbuat baik? Mengapa aku telah melakukan hal yang tidak baik”? (II.9). 
  • di luar waktu yang lalu dan yang akan datang: yang kekal adalah “yang sekarang” dan tanpa batas waktu. 
  • Naciketa bertanya tentang keadaan dari yang nyata yang paling dalam yang tidak mengandung apa-apa yang bersifat luar, yang nyata, yang nyata yang lebih dalam dari semua kejadian dalam waktu. yad idåúam vastu sarva-vyavàhara-gocaràtìtam paúyasi jànàsi tad vada mahyam. Ú. 



KATA GAIB AUM


sveR vedayTpdmamniNt - tpa'is svaRi, c yÜdiNt -
yidC^Nto b[õcy| criNt - tTtepd' s'g[he, b[v¢im - AO' —Tyett( --15--

15. sarve vedà yat padam àmananti, tapàýsi sarvàói ca yad vadanti, yad icchanto brahmacaryaý caranti, tat te padaý saýgraheóa bravìmi: aum ity etat. 
15. (Yama berkata): kata itu yang semua veda menyebutkannya, yang semua tapa mengkajinya, menginginkan yang mana orang-orang menempuh hidup brahmacarya, kata itu akan kuceriterakan kepada anda dengan singkat. Itulah Aum.
  • Lihat S.U.N. 9; B.G. VIII. II. 
  • pada: kata. Ú. mengartikannya sebagai tujuan padanìyam, gamanìyam. Yang Maha Tinggi adalah tujuan dari semua wahyu, dari semua praktek agama dan tapasya. 
  • àmananti: avibhàgena pratipàdayanti
  • brahmacarya: kehidupan sebagai siûya dari pengetahuan rohani. Ini disebut dalam R.V. X. 109 dan dijelaskan dalam Atharva Veda XI.5. Ini berjalan selama 15 tahun tetapi mungkin lebih lama. Úvetaketu adalah seorang brahmacàrin dari umur 12 sampai 24 tahun. Sang murid diharapkan untuk mondok di rumah gurunya, menunggu sang guru, membersihkan rumah dan memelihara ternaknya, meminta-minta (mengemis) makanan untuk sang guru dan untuk dirinya, menjaga api yajña dan belajar veda. Aturan aturan terperinci mengenai brahmacarya terdapat dalam Gåhya Sùtra. 
  • Àúvalàyana berkata bahwa seorang brahmacàrin diharuskan untuk suci bersih, penurut, hanya minum air putih dan tidak dibenarkan tidur siang hari. I. 22, 1.2. 
  • Brahmacarya akhirnya berarti pengendalian diri dan disiplin. 
  • Aum adalah praóava, yang pada jaman Upaniûad, dianggap mempunyai kepentingan atas seluruh jagat. Deussen pasti salah dalam pengamatannya yang mengatakan bahwa: “Intinya adalah hal yang tidak dimengerti dari azas pertama tentang alam semesta, yaitu brahman dan ketidakmampuan untuk menjelaskan melalui kata-kata atau gambaran, yang akhirnya mengharuskan pemilihan lambang yang sama sekali tidak ada artinya, Aum, sebagai lambang brahman”. Kata ini pertama muncul pada Taittirìya Saýhità dari Yayur Veda Hitam. III. 2.9.6. dimana hal ini disebut praóava dan menurut Keith menunjukkan pemanjangan ucapan dari suku kata terakhir dari ayat persembahan yang diucapkan oleh pendeta hotà. Di dalam Bràhmaóa, hal ini lebih sering terjadi sebagai jawaban oleh para adhvaryu atas setiap ayat Åg Veda yang diucapkan oleh pendeta hotå, yang berarti, yang memang demikian, seperti ‘Amen’, pada orang Kristen. 
  • Pada Aitareya Bràhmaóa V.32, aum dianggap sebagai suku kata gaib yang mewakili Veda dan jagat. Dia menjadikan lambang brahman yang terwujud (terjaga, mimpi dan tidur tanpa mimpi) dan yang tidak terwujud. Lihat Mà. U.IV.32. 


EtÖ( öeva=r' b[õ - EtÖ( öeva=r' prm( -
EtÖ( öeva=r'DaTva - yo yidC^it tSy tt( --16--

16. etadd hy evàkûaram brahma, etadd hy evàkûaram param. etadd hy evàkûaraý jñàtvà, yo yad icchati tasya tat. 
16. Suku kata ini sesungguhnya mempunyai semangat yang tidak kunjung habis. Dan suku kata ini adalah tujuan yang Maha Tinggi; dengan mengerti suku kata ini apapun yang diinginkan seseorang, akan menjadi terwujud.
  • - Ú. menjelaskan bahwa Brahma adalah Brahma yang dibawah dan param, yang lebih tinggi. yang manapun yang menjadi keinginan seseorang, Brahma yang lebih bawah atau yang lebih atas, kemauannya akan dipenuhi. 


EtdalMbn' è[eîmetdalMbn' prm( -
EtdalMbn' DaTva b[õlokw mh¢yte  --17--

17. etad àlambanaý úreûþham etad àlambanam param. Etad àlambanaý jñàtvà brahma-loke mahìyate. 
17. Penopang ini adalah yang terbaik (dari semunya). Penopang ini adalah yang tertinggi; mengerti akan penopang ini, seseorang akan menjadi agung dalam dunia Brahma.
  • Dia mencapai Brahma yang lebih tinggi, brahma eva lokaá, atau dunia Brahma yang lebih rendah, brahmaóaá lokaá. 



ÀTMAN YANG KEKAL


n jayte im[yte va ivpién{ay' k¦tién{ b.Uv kiét( -
Ajo inTy" xëto_y' pura,o n hNyte hNymane xr¢re --18--

18. na jàyate mriyate và vipaúcin nàyaý kutaúcin na babhùva kaúcit: ajo nityaá úaúvato’yam puràóo na hanyate hanyamàne úarìre. 
18. Àtman yang maha tahu tidak pernah dilahirkan, dia juga tidak mati kapanpun. Dia muncul dari ketiada-beradaan dan ketiada beradaan ini muncul dari dia. Dia tidak lahir, kekal, berlangsung terus, dan yang pertama-tama. Dia tidak terbunuh ketika raga terbunuh.
  • Lihat B.G. II.20.
  • Kaþha vipaúcit dalam Gìtà menjadi, kadàcit medhàvin: Úayaóa. R.V. IX. 86. 44. 
  • Àtman merupakan yang nyata yang terdalam dari setiap pribadi. Dia adalah tanpa sebab dan tidak berubah. Ketika mengetahui dirinya sebagai jiva dan berhenti mengerti dirinya sebagai terikat oleh nama maupun bentuk (nàma-rùpa) dia sebenarnya menyadari sifatnya yang sesungguhnya. 
  • puràóaá: yang pertama (pemula), tetapi baru bahkan pada waktu tua, purà api navaá, tiada berkembang, våddhi-vivarjitaá. 


hNta ceNmNyte hNtu' htéeNmNyte htm( -
£.O tO n ivjan¢to nay' hiNt n hNyte --19--

19. hantà cen manyate hantuý hataú cen manyate hatam, ubhau tau na vijànìto nàyaý hanti na hanyate. 
19. Jika pembunuhnya berpikir bahwa dia membunuh atau bila yang terbunuh berpikir bahwa dia terbunuh, maka berarti kedua-duanya tidak mengerti. Dia tidak membunuh ataupun terbunuh.
  • Lihat B.G. II.19.; Inilah jawaban dari pertanyaan Naciketa tentang rahasia kematian. Àtman adalah kekal dan kematian tidak ada hubungan dengannya. 


A,or,¢yaNmhto mh¢yan( - AaTmaSy jNtoinRihto guhayam( -
tm¹tu" pXyit v¢txoko /atup[sadaNmihmanmaTmn" --20--

20. aóor aóìyàn mahato mahìyàn, àtmàsya jantor nihito guhàyàm: tam akratuá paúyati vìta-úoko dhàtu-prasàdàn mahimànam àtmanaá. 
20. Lebih kecil dari yang kecil, lebih besar dari yang besar, àtman berada pada jantung setiap makhluk. Dia yang tanpa keinginan apa-apa bisa melihatnya dan akan terbebas dari kesedihan. Melalui ketenangan pikiran dan indriya, (dia melihat) kebesaran àtman.
  • aóor aóìyàn: lebih kecil dari yang kecil, lebih kecil dari atom. Bila àtman dianggap sebagai azas fisik maka kekecilannyalah yang ditekankan. Lihat juga II.2.3. dimana dikatakan àtman sebagai “simbol” dan II.2.1.12. dimana ini dilukiskan “sebesar jempol”. Disini pengertian tua yang animistik dipergunakan. Bila dibayangkan sebagai kosmis maka kebesarannya yang ditekankan. 
  • a-kratuá; dia yang tanpa keinginan apa-apa. Dia yang terbebas dari nafsu akan obyek-obyek luar, duniawi maupun sorgawi yang mengganggu jiwa dan menyimpangkan visinya. S mengambil pendapat ini. Tetapi dia dalam pada itu mempunyai keinginan akan pembebasan, mumukûutva. Upaniûad menekankan adanya keinginan atau nafsu dan menunjukkan kepada orang yang keinginannya adalah kedamaian. 
  • dhàtu-prasàdàt: melalui ketenangan pikiran dan indriya sebagai lawan dari dhàtuá prasàdàt, melalui berkah Pencipta. Visi itu datang melalui ketenangan pikiran dan indriya, menurut bacaan yang diterima Ú. Menurut bacaan lain, visi itu diterima karena berkah atau keinginan Tuhan Pencipta. Bila bacaan kedua diterima maka ini merupakan pernyataan yang terang dari ajaran berkah Tuhan yang dikembangkan dalam Ú. U. III. 20. Di sana bacaannya adalah: ‘tam akratum paúyati vìtaúoko dhàtuá prasàdàn mahimànam ìúam; (dhàtuá prasàdàt, jagato vidhàtà parameúvaraá tasya prasàdo ‘nugrahaá. Vidyàraóya)
  • Ini mungkin bukan maksud penulisnya di sini. Vìta-úokaá; dia yang terbebas dari kesedihan. Vigata-úokaá………anyathà durvijñeyo’yam àtmà kàmibhiá pràkåtaiá puruûaiá. Ú. 
  • akratum: saýkalpa-rahitam. - Lihat juga Mahànàràyaóa U. VIII. 3. 



SIFAT-SIFAT BERTENTANGAN DARI YANG MAHA TINGGI


Aas¢no dUr' v[jit - xyano yait svRt" -
kSt' mdamd' dev' mdNyo DatumhRit --21--

21. àsìno dùraý vrajati, úayàno yàti sarvataá: kastam madàmadaý devam mad anyo jñàtum arhati. 
21. Dengan duduk saja dia pergi jauh; dengan rebahan dia pergi ke mana-mana. Siapakah kecuali diri saya, adalah pantas tahu bahwa Tuhan bersyukur dan juga tidak bersyukur?
  • Lihat Ìúa 4 dan 5. 
  • Dengan menyebutkan sifat yanag bertentangan ini, tiadanya kemungkinan untuk mengerti brahman secara empiris dikemukakan viruddha-dharmavàn. Ú. Brahman sama-sama mempunyai segi kestabilan yang tenang dan keaktifan yang memberi tenaga. Dalam aspek yang pertama Dia adalah brahman; dalam aspek kedua Ìúvara. Yang terakhir adalah wujud aktif dari brahman yang mutlak bukan bersifat illusi, seperti yang belakangan dikatakan oleh pengikut Advaita Vedànta. 


Axr¢r'xr¢resu - AnvSqeSvviSqtm -
mhaNt' iv.umaTman' mTva/¢ro n xocit --22--

22. aúarìraý úarìreûu, anavastheûv avasthitam, mahàntaý vibhum àtmànam matvà dhìro na úocati. 
22. Mengerti tman yang adalah tanpa tubuh diantara tubuh-tubuh, yang stabil diantara yang tidak stabil, yang agung, yang ada di mana-mana, orang arif tidak akan menyesal.
  • Orang arif, yang mengerti bahwa àtma-nya, walaupun sekarang berada dalam raga dan terkena perubahan-perubahan, adalah satu dengan àtman yang tidak bisa hilang dan berada di mana-mana, tidak perlu bersedih. Dia berpergian keluar dari ketakutan dan kesedihan. 
 


PERSIAPAN MORAL UNTUK PENGETAHUAN BRAHMA


naymaTma p[vcnen l>yo n me/ya - n b[õa è[uten ymevWs v*,ute -
ten l>yStSyWs AaTma ivv*,ute tnU' Svam( --23--

23. nàyam àtmà pravacanena labhyo na medhayà, na bahunà úrutena: yamevaiûa våóute, tena labhyas tasyaiûa àtmà vivåóute tanùý svàm. 
23. tman ini tidak bisa dicapai dengan perintah, tidak juga dengan kekuatan kecerdasan, lebih-lebih dia tidak dicapai dengan pendengaran. Dia hanya bisa dicapai oleh seseorang yang dipilih oleh tman. Kepada orang demikian, tman memperlihatkan sifat-sifatnya.
  • Lihat M.U. III. 2.3. 
  • pravacanena: aneka-veda-svìkaraóena atau vyàkhyànena. 
  • medhayà: granthàrtha-dhàraóa-úaktyà atau svakìya-prajñà-balena. 
  • Walaupun àtman Yang Maha Tinggi sukar untuk dimengerti dan tidak akan bisa dimengerti oleh kesadaran biasa, Dia akan diketahui melalui pemunculanNya yang dipilihNya sendiri terhadap orang yang Dia pilih. Pandangan ini memandang kepada àtman Yang Maha Tinggi sebagai Kepribadian Tuhan dan mengajarkan doktrin tentang berkah Tuhan. 
  • Bila kita merenungkan Tuhan dalam keadaan yang pasif, tanpa satu gagasan atau bayangan-bayangan yang diperoleh dari suatu instruksi atau suatu otoritas, sinar gaib akan menitik pada jiwa dan mendekatkannya kepada dirinya. Kita bisa memperoleh buah dari renungan yang bersifat lebih elementer dengan pengendalian diri dan doa, dengan praktek pengingatan dan introversi. Bila kita bangkit dalam perenungan, bila ada visi Yang Maha Tinggi, yang sebenarnya di luar kekuatan jiwa untuk mempersiapkannya atau membawanya, kita merasa bahwa sesungguhnya ini adalah seluruhnya pekerjaan Tuhan atas jiwa dengan anugrahNya yang luar biasa. Pada intinya semua kehidupan adalah dari Tuhan, semua doa dibuat dengan bantuan anugrah Tuhan, tetapi ketinggian dari pada renungan yang bisa dicapai oleh beberapa orang sampai satu tingkat bisa dikatakan sebagai anugerah Tuhan. Bila bersemayamnya Tuhan pada jiwa adalah kenyataan, maka bersemayamnya ini sesungguhnya adalah hal yang gaib. Bila seseorang sadar akan kehadiran Tuhan pada jiwa, ini semuanya adalah karena perbuatan Tuhan pada jiwa. Ini adalah di luar kekuatan dari alam yang tanpa memperoleh bantuan. Mereka yang paham mengenai pertentangan Pelagian akan mengerti bahwa kesadaran akan anugerah Tuhan ini adalah kenyataan dari pengalaman agamawi. Sifat manusia terasa begitu lemahnya sehingga dia tidak berdaya untuk dirinya dalam menolong dirinya. Bila manusia harus menghindar dari dirinya sendiri seperti yang memang semestinya dan mencapai kesempurnaan untuk apa sebenarnya dia diciptakan, dia memerlukan kekuatan merubah yang datang dari dalam. Pencari kebenaran akan merasakan bahwa ini bukanlah kepunyaan dirinya tetapi masuk ke dalam dirinya dari luar sana. 
  • Di sini yang alamiah disamakan dengan yang bawaan tetapi kesempurnaan dari sifat manusia adalah termasuk turut campur Tuhan di dalamnya. 
  • Bd. “Engkau memberi nasehat kepada yang sudah mengerti, disamping engkau memberi kearifan dan mengirim Malaikat Suci dari svarga”. Wisdom of Solomon IX. 17. 
  • Bd. Santo Paulus “Selamatkanlah dirimu sendiri dengan ketakutan dan gemetar, sebab adalah Tuhan yang bekerja di dalam dirimu baik untuk kemauan dan untuk menyenangkan diri-Nya”. Epistle to the Philipians 2. 12. 13. Bd. “Apabila kamu bertanya bagiamana hal itu bisa begini, mintalah berkat dan bukan pelajaran, keinginan dan bukan pengetahuan, doa dan bukan pelajaran, teman hidup dan bukan guru, Tuhan dan bukan manusia, kabut dan bukan kejelasan, dan kecintaan kepada Tuhan melalui bhakti yang menyala-nyala’. St. Bonaventura: Itinerary of the Mind, dikutip dari Mediaeval Mind, karangan H.O. Taylor, edisi ke 3. Jilid II, hal. 448. - Dalam pada itu Ú. memberikan tafsiran lain: “Dia sendiri yang dia pilih oleh àtman yang sama adalah àtman sama yang bisa diperolehnya”. Artinya àtman akan memperlihatkan sifat sesungguhnya kepada dia yang memang secara khusus mencarinya. 
yam eva svàtmànam eva sàdhako våóute pràrthayate tenaivàtmanà varitrà svayam àtmà labhyaá jñàyata evam ity etat niûkàmaú càtmànam eva pràrthayate, àtmanaiva, àtmà labyate ity arthaá
 


naivrto duéirtan{axaNo nasmaiht" -
naxaNtmanso vaip p[DanenWnmap{uyat( --24--

24. nàvirato duúcaritàn nàúànto nàsamàhitaá. nàúànta-mànaso vàpi prajñànenainam àpnuyàt. 
24. Bukan dia yang tidak bisa mempertahankan diri dari jalan-jalan sesat, bukan dia yang tidak tenang, bukan dia yang tidak bisa memusatkan pikiran, bahkan bukan dia yang pikirannya tidak bisa dibentuk, akan bisa mencapai àtman ini melalui pengetahuan yang tepat.
  • Kearifan tidak bisa dicapai tanpa persyaratan moral. Tidak ada orang yang bisa mencapai kebenaran tanpa penyinaran, tanpa pembersihan langsung dari moralnya. Lihat juga M.U. III. 1-5, III. 1-8: Bd.B.U.IV. 1.23. Selama kita membiarkan keburukan-keburukan kita, selama kita punya sifat benci dan jahat kepada orang lain, kita tidak akan mencapai pengetahuan sesungguhnya. Pembagian klasik dari kehidupan rohani atas pembersihan, penerangan, penyinaran dan kemanunggalan mengharuskan kewajiban pertama atau persiapan etis, yang merupakan inti dari tingkat kehidupan rohani yang lebih tinggi. Kekacuan moral mencegah kita mengarahkan tatapan kita kepada Yang Maha Tinggi. Sampai pikiran dan hati kita dibersihkan secara berdaya guna, kita tidak akan mempunyai visi yang nyata tentang Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya usaha manusia untuk memperoleh anugerah dan keberuntungan dari pada-Nya. Anugrah bukanlah sesuatu yang tidak bisa ditolak. Adalah tergantung kepada kita untuk menerima atau menolaknya. Pilihan Tuhan seperti yang ditujukan oleh beberapa mantra tadi bukanlah harus ditafsirkan sebagai sesuatu fatalisme atau sebagai suatu takdir saja, walaupun banyak orang suci merasa bahwa bahkan dalam gerakan pertama dari jiwa ke arah kearifan yaitu usaha pembersihan, penggerak pokok adalah Tuhan. 
  • Mantra ini membantah langsung pikiran bahwa kehidupan rohani dan etika tidaklah dihubungkan secara organik. Bila kita ingin memperoleh kehidupan rohani, kita tidak bisa melewati etika begitu saja.

ySy b[õ c=]' c £.e .vt Aodn" - 
m*TyuyRSyopsecn' k —Tqa ved y] s" --25--

25. yasya brahma ca kûatraý ca ubhe bhavata odanaá. måtyur yasyopasecanaý ka itthà veda yatra saá. 
25. Dia yang menganggap kependetaan dan kebangsawanan sebagai makanan dan kematian adalah sebagai bumbu, siapakah sesungguhnya yang tahu siapa sebenarnya dia?
  • Bd.R.V.XI.129. Siapa tahu dengan pasti? Siapa di sini yang akan menyampaikannya? Kapan ini terlahir dan kapan ciptaan ini ada? Dia yang tidak mempunyai persyaratan seperti yang disebutkan dalam mantra-mantra sebelumnya tidak akan mengerti sifat dari Yang Maha Tinggi yang mengisi seluruh jagat. Kematian membawa kepada diserapnya kembali ke dalam Yang Maha Tinggi di jagat ini, dimana para Bràhmaóa dan Kûatrya memperoleh tempat yang tertinggi. 
  • odanaá: makanan untuk raga. 
  • Bahkan Kematian diserap ke dalam Yang Kekal B.U.I.2.1. 
  • upasecanam: bumbu. - Kita tidak akan mengetahui jiwa Yang Ada di mana-mana berada seperti juga kita tidak tahu dimana jiwa yang sudah terbebas berada, sebab kedua-duanya tidaklah berada disatu tempat.

Baca juga:

1 komentar:

  1. Gimana caranya bisa baca upanisad2 yg lain itu? Saya klik linknya gk bisa.

    BalasHapus