Sabtu, 19 Mei 2012

Kausitaki Upanisad - Kausitaki Brahmana Upanisad

KAUÛÌTAKI - BRÀHMAÓA UPANIÛAD

Kauûìtaki-Bràhmaóa Upaniûad yang juga disebut Kauûìtaki Upanisad bukan merupakan bagian dari Kauûìtaki Bràhmaóa yang terdiri dari 30 bab yang telah diturunkan kepada kita dan nama ini mungkin bisa dicari kalau kita menelusuri Àraóyaka yang membentuk bagian dari Upaniûad ini dan yang termasuk dalam susastra Bràhmaóa dari Åg Veda. 
Úrì Úaòkara mengatakan hal ini pada beberapa tempat dalam komentarnya mengenai Brahma Sùtra dan Saýkarànanda juga telah memberi komentar mengenai hal ini. Ada beberapa macam variasi mengenai naskah ini dan variasi yang dipakai oleh Dipikà-nya Saýkàrananda dipergunakan dalam tulisan berikut. Upaniûad ini mempunyai 4 bab.




BAB I

REINKARNASI DAN KETIDAKTERIKATAN KARENA PENGETAHUAN

ic]o h vW ga½)ayinyR+yma, Aaäi,' vv[e - s h pu]' ëetkwtu' p[ij`ay yajyeit - t' ha>yagt' pp[C^ - gOtmSy pu]aiSt s'v*t' lokw yiSmNma /aSyis - hNtacay| p*C^an¢it - s h iptrmasaÛ pp[C^ —t¢it ma p[a=¢Tkq' p[itb[v,¢it - s hovac AhmPyetÞ ved - sdSyev vy' Sva?yaym/¢Ty hramhe yÞ" pre ddit - Eöu.O gimZyav —it - s h simTpai,ié]' ga½)ayin' p[itc¹m £payan¢it - t' hovac - b[õahoR_is - gOtm - yo n manmupaga" Eih Vyev Tva DpiyZyam¢it --1--
I.1. citro ha vai gàògyàyanir yakûyamàóa àruóiý vavre: sa ha putraý úvetaketum prajighàya yàjayeti; taý hàbhyàgatam papraccha, gautamasya putràsti saývåtaý loke yasmin mà dhàsyasi, anyatamo vàdhvà tasya, mà loke dhàsyasìti: sa hovàca nàham etad veda, hantàcàryam påcchànìti: sa ha pitaram àsàdya papraccha itìti mà pràkûìt katham pratibravaóìti: sa hovàca aham apy etan na veda, sadasy eva vayaý svàdhyàyam adhìtya haràmahe yan naá pare dadati, ehy ubhau gamiûyàva iti, sa ha samit-pàóiú citraý gàògyàyanim praticakrama upàyànìti: taý hovàca, brahmàrho’si, gautama, yo na mànam upàgàá ehi vyeva tvà jñapayiûyàmìti.
1. Citra Gàògyàyani, sesungguhnya, ingin mengadakan yajña, kemudian memilih Àruói untuk melaksanakannya. Àruói kemudian mengirim putranya Úvetaketu sambil mengatakan: ‘Jalankanlah upacara itu’. Ketika Svateketu tiba, Citra Gàògyàyani bertanya kepadanya, wahai, Putra Gautama, adakah tempat tersembunyi di dunia di mana kamu bisa menempatkan aku? Atau adakah jalan lain dan apakah kamu akan menempatkan aku dalam dunia itu? Kemudian Úvetaketu berkata, ‘Aku tidak mengetahui hal ini. Walaupun demikian, biarlah aku tanyakan kepada guruku’. Setelah mendekati ayahnya, dia berkata, ’Demikianlah dia bertanya kepadaku, bagaimana aku harus menjawab, ’Kemudian sang ayah menjawab, ‘Aku juga tidak mengetahui hal ini. Marilah kita mempelajari Veda di rumahnya dan memperoleh apa yang orang berikan kepada kita. Marilah kita pergi berdua’. Kemudian dengan ghee di tangan, dia kembali kepada Citra Gàògyàyani dan berkata, ‘Bolehkah saya datang dekat kepada Anda (sebagai murid). Kepada dia kemudian dia berkata, kamu pantas memperoleh pengetahuan brahman, wahai, Gautama, sebab kamu tidak berdusta. Kemarilah aku akan membuat Anda mengerti”. (dengan jelas).
  • Lihat B.U.VI.1;C.U.V.2.
  • gàògyàyani; v.gàrgyàyaói
  • vavre: memilih, varaóaý cakre
  • abhyàgatam: telah datang, v. àsìnam, setelah dia duduk
  • putràsti: v. putro’si, kamu adalah anak Gautama
  • saývåtam: tempat yang tersembunyi, samyag àvåtaý guptam sthànam
  • anyatamo: v. anyam aho
  • àcaryàm: guru, sarva-jñam, sarva-úàstràrthasya jñàtàram anuûþhàtàram.
  • Pantas memperoleh pengetahuan brahman; V. brahmàrgho’si brahma-gràhyasi:
  • Kamu akan dihormati sebagai brahman, brahmavat mànanìyaá
  • Kamu tidak berdusta: kamu tidak dipengaruhi oleh kesombongan
  • ehi; marilah àgaccha.
  • jñàpayiûyàmi; akan membuat kamu mengerti dengan jelas
  • vijñàpayiûyàmi, spaûþam bodhayiûyàmi, na tu sandehàdikaý janayiûyàmi
  • Yang dimaksud adalah dua jalan, deva-yàna dan pitå-yàna. Mereka yang pergi dengan jalan pertama tidak akan kembali kepada kehidupan di bumi tetapi akan mendapat pembebasan dengan memperoleh pengetahuan sejati brahman; mereka yang pergi dengan jalan kedua kedalam dunia leluhur akan kembali ke dunia berkali-kali.
  • Komentar mengenai Upaniûad ini adalah dari Dìpikà-nya Úaýkarànanda.

s hovac - ye vW kw caSmaæokaTp[yiNt cNd–msmev te sveR gC^iNt - teza' p[a,W" pUvRp= AaPyayte tanprp=e, p[jnyit - EtÜW SvgRSy Üarm( - yCcNd–maSt' ya" p[Tyah tmits*jte - Aq yo n p[Tyaha timh v*iì.URTva vzRit s —h kI$o va - pt½o va - mTSyo va - xk¦invaR - is'ho va - vraho va - prëaNva - xadURlo va - puäzo va - ANyo va tezu tezu Sqanezu p[Tyajayte - yqakmR yqaivÛm( tmagt' p*C^it ko_s¢it - t' p[itb[Uyat( - ivc=,ad*tvo ret Aa.*t' pÆdxaTp[sUtaiTp}yavt" - t' ma pu'is ktRyeRry?v' pu'sa k]aR matir ma inizÆ - s jay £pjaymano Üadax]yodxopmaso - Üadx]yodxen ip]as' tiÜde_h' p[ittiÜde_hm( - tNm ¨tvo_mTyR v Aa.r?v' ten sTyen ten tpsa ¨turSMyatRvo_iSm - ko_is - TvmSm¢it - tmits*jte --2--
I.2. sa hovàca, ye vai ke càsmàl lokàt prayanti candramasam eva te sarve gacchanti, teûàm pràóaiá pùrva-pakûa àpyàyate tàn apara-pakûeóa prajanayati, etad vai svargasya lokasya dvàram, yac candramàs tam yàá praty àha tam atisåjate: atha yo na praty àhà tam iha våûþir bhùtvà varûati sa iha kìþo và, pataògo và, matsyo và, úakunir và, siýho và, varàho và, paraúvàn và, úàrdùlo và, puruûo và, anyo và teûu teûu sthàneûu pratyàjàyate, yathà-karma yathà-vidyam, tam àgatam prcchati ko’sìti, tam pratibrùyàt, vicakûaóàd åtavo reta àbhåtam pañcadaúàt prasùtàt pitryàvataá, tam mà puýsi kartaryerayadhvam puýsà kartrà màtari mà niûiñca. sa jàya upajàyamàno dvàdàúa-trayodaúopamàso, dvàdaúa-trayo-daúena pitràsaý tad-vide’ham pratitad-vide’ham, tan ma åtavo’martya va àbharadhvaý tena satyena tena tapasà åtur asmy àrtavo’smi, ko’si, tvam asmìti, tam atisåjate.
2. Kemudian dia berkata bahwa, dia yang sesungguhnya pergi dari dunia ini sebenarnya mereka pergi ke bulan. Pada permulaan bulan yang setengah terang (penaggalan), bulan ini hidup dari semangat bernafas mereka, pada akhir bulan yang setengah gelap (panglong), menyebabkan mereka untuk dilahirkan kembali. Bulan sesungguhnya adalah pintu dari dunia surga. Siapa saja yang menjawabnya dengan pantas, dia akan terbebas untuk pergi ke tempat yang maha tinggi. Tetapi bagi siapa yang tidak menjawabnya, dia akan menjadi hujan, dia akan jatuh sebagai hujan di sini. Baik sebagai cacing atau serangga atau ikan sebagai burung atau singa atau babi atau ular atau harimau atau sebagai seseorang atau sebagai yang lainnya, dalam keadaan ini atau itu, dia akan terlahir kembali sesuai dengan perbuatan-perbuatannya, sesuai dengan pengetahuannya; ketika dia datang, ia bertanya; siapa Anda? Dia harus menjawab: Dari tempat jauh yang bersinar, wahai, engkau, musim, bibit telah dikumpulkan, dihasilkan dari yang limabelas dari semua rumah para leluhur, kirimkanlah kepadaku seseorang sebagai bibit dan letakkanlah aku pada seorang ibu.467 Demikianlah aku terlahir, terlahir pada bulan keduabelas atau ketigabelas, bersatu dengan seseorang bapak yang berumur duabelas atau tigabelas bulan: dengan pengetahuan seperti inilah aku terlahir, dengan pengetahuan yang berlawanan dengan ini. Karena itu, wahai, engkau, musim, bawalah aku kepada keabadian dengan kebenaran ini, dengan tapa ini aku seperti musim. Aku berhubungan dengan musim-musim. Siapakah engkau? (orang suci bertanya lagi). “Aku adalah kamu”, dia menjawab. Kemudian dia memberikan pembebasan.
  • apara-pakûeóa; dengan setengah yang terakhir, V. apara pakûe na pada setengah yang terakhir.
  • Menyebabkan mereka terlahir lagi, bulan mengirimkan mereka yang tidak melanjutkan dengan deva-yàna (jalan para dewa) ke Brahma-loka, kembali ke hidup di dunia.
  • Kita terlahir sesuai dengan perbuatan dan pengetahuan kita. Karma vidyànusàreóa úubham aúubhaý vyàmiúram ca úarìram bhavati. Pertanyaan “Siapaah kamu? “diajukan oleh guru, menurut Úaýkarànanda: karuóà-rasa-pùróa-hådayo vedàntàrtha yàthàtmyavit guru-lakûaóa-sampanno guruá praúnaý karoti.
  • upajàyamànaá: terlahir atau mungkin terlahir kembali
  • Dua belas atau tiga belas bulan: satu tahun
  • Ada dua macam pengetahuan, kepada kelahiran dan kepada kebodohan. Yang pertama membawa kita ke jalan para dewata yang kedua kepada jalan pitara. Svarga dan neraka adalah tahapan dalam jalan tersebut dan termasuk dalam dunia waktu, sebagai kelanjutan daripada kelahiran-kelahiran. Pengetahuan tentang brahman membawa kita melewati kedua-duanya.


JALAN KE DUNIA BRAHMA

s Et' devyan' pNqanmapÛaig{lokmagC^it - s vayulokm( - s vä,lokm( - s —Nd–lokm( - s p[japitlokm( - s b[õlokm( - tSy h va EtSy lokSyaro hãdo muhUtaR yeiìha ivjra nd¢Lyo v*=" salJy' s'Sqanm( - Apraijtmaytnm( - —Nd–p[japt¢ ÜargopO - iv.up[imtm( - puZpa<yadayavyto vW c jgaNyMbaS_caMbayv¢éaPsrso_Mbya nÛ" - timTq' ivdagC^it - t' b[õa hai./avt" - mm yxsa ivjra' va Ay' nd¢' p[apÞ va Ay' jriyZyt¢it --3--
I.3. sa etaý deva-yànam panthànam àpadyàgni-lokam àgacchati, sa vàyu-lokam, sa varuóa-lokam, sa indra-lokam, sa prajàpati-lokam, sa brahma-lokam. tasya ha và etasya lokasyàro hrado muhùrtà yeûþihà vijarà nadìlyo våkûaá sàlajyam saýsthànam, aparàjitam àyatanam, indra-prajàpatì dvàra-gopau, vibhu-pramitam, vicakûaóàsandy amitaujaá paryaókaá, priyà ca mànasì, pratirùpà ca càkûuûì, puûpàóy àdàyàvayato vai ca jagàny ambàs’ càmbàyavìú càpsaraso’ mbayà nadyaá, tam itthaý-vid àgacchati, tam brahmà hàbhidhàvataá, mama yaúasà vijaràm và ayaý nadìm pràpan na và ayaý jarayiûyatìti.
3. Setelah masuk ke jalan dewata ini, dia sampai ke dunia Agni kemudian ke dunia Vàyu, kemudian ke dunia Varuóa, kemudian Indra, kemudian ke dunia Brahma. Dunia Brahmà ini sesungguhnya mempunyai danau Ãra, waktu Yestiha, sungai Vijara, pohon Ilya, kota Sàlajya, persemayaman Aparàjita, dua penjaga pintu Indra dan Prajàpati, aula Vibhu, mahkota Vicaksana, kereta Amitauja, yang tercinta Mànasi dan sejawatnya Caksusi, keduanya membawa kembang, sesungguhnya menganyam dunia-dunia, para ibu, juru-rawat, bidadari-bidadari dan sungai-sungai. Kepada dunia yang seperti inilah mereka yang mengerti hal ini akan datang. Kepadanya Brahmà datang mendekat dan berkata: “Adalah karena keagunganku, sesungguhnya dia mencapai sungai, yang abadi, dia sesungguhnya tidak akan menjadi tua.
  • Sesudah Vàyu-loka, beberapa naskah mengatakan àditya-loka
  • Brahma-loka adalah hiraóya-garbha-loka yang mana keterangannya telah diberikan
  • ari; nafsu, kutukan dan lain-lain
  • muhùrtàá: waktu-waktu yang menelorkan nafsu, kutukan dan lain-lain dan menghancurkan yajña
  • yeûþihàá: kàma-krodhàdi-pravåtyutpàdanena ghnantìti yeûþihàá: waktu yang dipergunakan untuk menundukkan nafsu
  • sungai vijarà: abadi, vigata jarà
  • pohon Ilya: ilà påthivì tad-rùpatvena ilya-iti-nàma-taruá
  • Kota Sàlajya: Kota ini disebut demikian karena pada pinggirannya terdapat tali busur sebesar pohon sal, tempat yang penuh dengan air dalam bentuk sungai-sungai, danau, sumur-sumur, tangki-tangki dan lain-lain, dan taman-taman yang dihuni oleh banyak pahlawan.468
  • saýsthànam: kota, aneka-jana-nivàsa-rùpam pattanam
  • aparàjitam: tidak bisa ditaklukkan (kota), hiraóya-garbhasya ràja-mandiram
  • pramitam: aula, sabhàsthalam, ahaýkàra-svarùpam aham ity eva sàmànyena pramitam vibhu-pramitam
  • mahkota vicakûaóà: akal, vicakûaóà kuúalà buddhir mahat-tattvam ity àdi úabdàbhidheya àsandì sabhà-madhye vediá
  • amitaujàá: keagungan yang tiada terkira, amitam aparimitam pràóa-saý-vàdàdau prasiddham ojo balam yasya so’yam amitaujàá.
  • ambà; para ibu, jagad-jananyaá úrutayaá

I.4. tam pañcaúatàny apsarasàm pratiyanti, úatam phala-hastàá, úatam àñjana-hastàá, úataý màlya-hastàá, úataý vàso-hastàá, úataý curóà-hastàá; taý brahmàlaòkàreóà-laýkurvanti, sa brahmàlaòkàreóàlaòkåto brahma-vidvàn brahmàbhipraiti; sa àgacchati àraý hradam, taý manasàtyeti, tam itvà samprativido majjanti; sa àgacchati muhùrtàn yeûþihàn te’smàd apadravanti sa àgacchati, vijaràý nadìm tàý manasaivàtyeti, tat-sukåtà-duûkåte dhunute và, tasya priyà jñàtayaá sukåtam upayanty apriyà duûkåtam: tad yathà rathena dhàvayan ratha-cakre paryavekûetaivam aho-ràtre paryavekûetaivam sukåta-duûkåte sarvàói ca dvandvàni, sa eûa visukåto viduûkåto brahma-vidvàn brahmavà-bhipraiti.
4. Limaratus bidadari (aprasas) datang kepadanya, seratus dengan buah-buahan ditangan mereka ditangani mereka, seratus dengan minyak wangi ditangan mereka, seratus dengan karangan bunga, seratus dengan pakaian di tangan mereka, dan seratus dengan bubuk wangi-wangian ditangan mereka. Mereka memberikan pakaian dan perhiasan yang pantas untuk Brahma. Dia tiba pada danau Ara dan menyeberangi dengan hanya pikirannya. Pada saat menyeberang, mereka yang hanya memahami keadaan yang sekarang akan tenggelam.469 Dia datang kepada waktu yeûþiha dan mereka melarikan diri darinya. Dia datang ke sungai Vijarà (Abadi); ini dia seberangi hanya dengan pikirannya saja. Di sana dia melepaskan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya. Keluarga yang dicintainya menggantikan dia pada perbuatan-perbuatan baiknya, dan mereka yang tidak dicintainya, menggantikan perbuatan-perbuatannya yang jahat. Kemudian ketika seorang mengendarai kereta melihat kepada dua roda (tanpa disentuh oleh mereka), begitu juga dia akan melihat kepada siang dan malam,, terhadap perbuatan baik dan jahat, dan kepada semua pasangan yang berlawanan. Dengan demikian seseorang terbebas dari yang jahat dan yang baik, yang mengerti brahman akan pergi kepada brahman.
- phala: buah, bacaan lain phana: perhiasan-perhiasan àbharaóa
- Sepasang yang berlawanan: seperti terang dengan kegelapan, panas dengan dingin, kesenangan dengan kesakitan, chàyàtapa-úìtoûóa-sukha-duákhàdìni. Dia mengatasi keterbatasan dunia empiris.

I.5. sa àgacchatìlyaý våkûam, taý brahma-gandhaá praviúati, sa àgacchati sàlajyam saýsthànam, taý brahma-rasaá praviúati, sa àgacchati aparàjitam àyatanam, tam brahma-tejaá praviúati, sa àgacchati indra-prajà-pato dvàra-gopau tàv asmàd apadravataá, sa àgacchati vibhu pramitam, taý brahma-yaúaá praviúati, sa àgacchati vicakûaóàm àsandìm båhad-rathantare sàmanì pùrvau pàdau, úyaitanaudhase càparau pàdau, vairùpa-vairàje anùcye, úàkvara-raivate tiraúcì, sà prajñà prajñayà hi vipaúyati, sa àgacchaty amitaujasaý paryaòkam, sa pràóas tasya bhùtañ ca bhaviûyac pùrvau pàdau, úrìú-cerà càparau, bhadrayajñàyajñìye úìrûaóye båhad-rathantare anùcye, åcaú ca sàmàni ca pràcinàtà-nàni, yajùýûi tiraúcìnàni somàýúava upastaraóam udgitho’paraú ca yaá úrìr upabarhaóam, tasmin brahmàste, tam itthaý-vit pàdenaivàgra àrohati, tam brahmà prcchati ko’sìti, tam pratibrùyàt.
5. Dia datang kepada pohon Ilya dan keharuman Brahmà memasuki diri-nya. Dia datang ke kota Sàlajya; rasa Brahmà masuk ke dalam dirinya. Dia datang kepada persemayaman Aparàjita: sinar gemerlapnya Brahmà masuk ke dalam dirinya. Dia datang kepada kedua penjaga pintu, Indra dan prajà-pati dan mereka melarikan diri darinya. Dia datang ke aula Vibhu dan keagungan Brahma masuk ke dalam dirinya. Dia datang kemahkotanya Vicaksana; mantra saman binad dan rathantara adalah kedua kaki depannya, syaita dan nuadhasa adalah kaki belakangnya. Vairùpa dan vairaja adalah kedua sisi memanjang. Sàkvara dan Raivata adalah kedua yang melintang. Ini adalah kebijakan sebab hanya dengan kebijakan orang melihat dengan terang. Dia datang ke pembaringan Amitauja. Itulah semangat bernafas, yang lalu dan yang akan datang adalah kaki depannya, kemakmuran dan bumi adalah dua kaki belakangnya, Bhadra dan Yajñayajñiya adalah dua bagian kepala, brhad dan rathantara adalah dua keping memanjang: ayat Åg. Dan mantra Sàman, adalah tali yang memanjang, rumus yayur yang melintang: cahaya bulan adalah sandarannya, udghita adalah penutupnya, kemakmuran adalah bantalnya. Di atas sofa ini Brahmà duduk. Dia yang mengerti hal ini akan menaikkannya hanya dengan satu kaki saja. Brahmà bertanya kepadanya, “Siapakah engkau ?” dan dia semestinya menjawab:
  • sa: Dia penyembah, upàsakaá
  • persemayam Aparàjita: aparàjita-nàmakam brahma-gåham
  • mereka melarikan diri darinya : pràpta-brahma-gandha-rasa-tejasaá-brahmaóa iva darúana-màtreóa baddhàñjalo parityaktàsanau dvàra-pradeúàt sarabhasaý jayajayeti-úabdam uccàrayantau apadravataá apasarataá.
  • Mahkota Vicakûaóa: lihat Atharva Veda XV.33-9 tentang gambaran mengenai tempat duduk Vràtya dan Aitareya Bràhmaóa VII.12 tentang gambaran tentang mahkota Indra.
  • Kemakmuran dan bumi: úåìú ca irà: lakûmìá dharaóì ca.


PERSAMAAN DENGAN ÀTMAN YANG MAHA TINGGI

I.6. åtur asmy àrtavo’smy àkàúàd yoneá sambhùto bhàryàyai retaá, saývatsarasya tejo, bhùtasya bhùtasyàtmà, bhùtasya bhùtasya tvam àtmàsi, yas tvam asi so’ham asmi, tam àha ko’ham asmìti, satyam iti, brùyàt, kiý tad yat satyam iti, yad anyad devebhyaú ca pràóebhyaú ca tat sad, atha yad devàú ca pràóàú ca tat tyam, tad etayà vàcàbhivyàhriyate satyam iti, etàvad idaý sarvam idam sarvam asìty evainaý tad àha, tad etac chloke-nàbhyuktam.
6. Aku adalah musim, aku berhubungan dengan musim-musim. Dari angkasa sebagai sumber aku dihasilkan sebagai bibit untuk seorang istri, sebagai sinar dari tahun, sebagai àtman dari setiap makhluk. Kamu adalah àtman dari setiap makhluk. Apa kamu itulah aku. Dia berkata kepadanya, “Siapakah aku ini?” Dia semestinya berkata : “Yang Nyata” Apakah yang disebut Yang Nyata? Apa saja yang berbeda dengan dewata (alat indriya) dan prana yang adalah sat, tetapi dewata vital adalah tyam. Karena itulah ini dinyatakan dengan kata satyam, apa saja di sini apa saja yang ada. Semua ini adalah engkau. Demikianlah dia berkata kepadanya kemudian. Ini dinyatakan oleh sebuah mantra Åg.
  • yoni: sumber, upàdàna-kàraóa
  • bhàryàyai: untuk seorang istri: v bhàyà: diciptakan dari sinar
  • devebhyaá dari dewata indriyebhyaá.

I.7. yajùdaraá sàmaúirà asàvåòmùrtir avyayaá. sa brahmeti vijñeya åûir brahma-mayo mahàn iti, tam àha kena me pauýsyàni nàmàny àpnotìti, pràóeneti brùyàt, kena napuýsakànìti, manaseti, kena strì-nàmànìti, vàceti, kena gandhànìti, pràóeneti, kena rùpànìti, cakûuûeti, kena úabdàn iti, úrotreóeti, kenànnarasàn iti, jihvayeti, kena karmàóìti, hastàbhyàm iti, kena sukha-duákhe iti, úarìreóeti, kenànandaý ratim pràjatim iti; upastheneti, kenetyà iti, pàdàbhyàm iti kena diyo vijñàtavyaý kàmàn iti, prajñayaiveti, brùyàt, tam àha àpo vai khalu me loko’yam te’sav iti, sà yà brahmaóo jitir yà vyaûþis taý jitiý jayati, tàý vyaûþiý vyaúnute, ya evaý veda, ya evaý veda.
7. Orang suci yang agung yang terdiri dari kata yang suci, yang perutnya adalah Yayus, yang kepalanya adalah Sàman, yang bentuknya adalah Åg, yang abadi yang dikenal sebagai Brahmà. Dia berkata kepadanya: “Dengan cara bagaimanakah akan memperoleh nama laki-laki saya ?” Dia semestinya menjawab: “dengan nafas vital”. Dengan apa, punyaku yang netral?” “Dengan pikiran”. “Dengan apa perempuanku?” “Dengan wicara”, “Dengan apa, bau?” “Dengan nafas”. “Dengan apa, bentuk?” “Dengan mata”. “Dengan apa, suara?” “Dengan telinga”. “Dengan apa rasa makanan?” “Dengan lidah”. “Dengan apa tindakan?” “Dengan kedua tangan” “Dengan apa kesaktian dan kesenangan?” “Dengan raga”, “Dengan apa, kegembiraan kenikmatan dan memperoleh keturunan?” “Dengan alat kelamin”. “Dengan apa, gerakan?” “Dengan kedua kaki”. “Dengan apa pikiran, apa yang mesti diketahui dan nafsu?” “Dengan kecerdasan”, dia harus berkata. Kepadanya dia berkata. “Air sesungguhnya adalah dunia saya. Ini juga kepunyaanmu”. Kemenangan apapun adalah milik Brahma, apa saja menjadi kepunyaannya, bahwa kemenangan yang dia peroleh, milik yang dia peroleh karena dia mengerti hal ini, ya, dia yang mengerti hal ini.
  • itya: gerakan, gatih
  • prajñayà: dengan kecerdasan, svayam-prakàsenàtma-bodhena
  • Pada Brahma-loka, apa saja yang dipunyai oleh Bhaþàra Brahmà yang berkuasa adalah juga kepunyaan dari mereka yang mencapainya
  • yavat madiyam tàvat tvadiyam
  • Bd. Dengan keterangan pada Úatapatha Bràhmaóa XI.VI.1 : Jaiminìya Upaniûad Bràhmaóa I.17-18;42-44;49-50


BAB II
AJARAN PRAÓA (NAFAS-HIDUP) MANUNGGAL DENGAN BRAHMA

II.1. pràóo brahmeti ha smàha kauûìtakiá : tasya ha và etasya pràóasya brahmaóo mano dùtam, cakûur goptå, úrotraý saýúràvayitå, vàk pariveûþrì; sa yo ha và etasya pràóasya brahmaóo mano dùtaý veda dùtavàn bhavati, yas cakûur goptå goptåmàn bhavati yaá úrotraý saýúràvayitå saýúràvayitåmàn bhavati, yo vàcam pariveûþrìm pariveûþrìmàn bhavati, tasmai và etasmai pràóàya brahmaóa etàá sarvà devatà àyàcamànàya baliý haranti, evaý haivàsmai sarvàói bhùtàny ayàcamànàyaiva baliý haranti, ya evaý veda tasyopaniûan na yàced iti, tad yathà gràmam bhikûitvà’labhdhvopaviúen nàham ato dattam aúnìyàm iti, ta evainam uamantrayante ye purastàt pratyàcakûìran, eûa dharmo’yàcata bhavati, annadàs tv evainam upamantrayante, dadàma ta iti.
1. Jiwa yang bernafas (hidup) adalah Brahmà, demikian yang pernah dikatakan Kauûìtaki. Jiwa bernafas yang sama ini, yang adalah Brahmà, pikiran sesungguhnya adalah utusannya: mata adalah pelindungnya, telinga adalah penyiarnya, wicara penjaga rumah. Dia sesungguhnya yang mengerti pikiran sebagai utusan dari jiwa yang bernafas dari Brahmà ini, akan menjadi pemilik utusan. Dia yang mengerti mata sebagai pelindung akan menjadi pemilik dari pelindung ini. Dia yang mengerti telinga sebagai penyiar akan menjadi pemilik dari penyiar, dia yang mengerti wicara sebagai penjaga rumah akan menjadi pemilik dari penjaga rumah. Kepada jiwa bernafas sebagai Brahmà ini, para dewata ini pikiran, mata, telinga, wicara membawa sesajian walaupun dia tidak memintanya, bahkan demikian, kepada jiwa yang bernafas yang sama ini, semua makhluk menghaturkan sesajian walaupun dia tidak memintanya. Untuk dia yang mengerti hal ini, perintah ajarannya adalah, “janganlah meminta-minta”. Seperti seseorang melakukan meminta-minta melalui sebuah desa dan tidak memperoleh apa-apa, kemudian duduk dan berkata “Aku tidak akan memakan apa saja yang diberikan disini”, dan kemudian mereka yang menolak dia kemudian mengundangnya (untuk menerima pemberiannya), yang menjadi sifat dari dia yang tidak meminta-minta. Orang penderma akan mengundang dia dan berkata “Marilah kami akan berikan untukmu”.
  • Pada bab satu, upàsaka (yang berbakti) mendekati guru Amitauja, yang adalah pràóa, nafas jiva yang hidup. Sifat pràóa yang merupakan sumber semesta diterangkan dalam bab ini. Brahmà dengan siapa pràóa disamakan adalah pencipta, jagat-kàraóam.Kepada azas hidup sebagai Tuhan, semua dewata datang menghaturkan persembahan.
  • Makanan adalah unsur pembantu yang menyuburkan tubuh atau pikiran.

II.2. pràóo brahmeti ha smàha paiògyas tasya và etasya pràóasya brahmaóo vàk parastàc cakûur àrundhate, cakûuá parastàc chrotram àrundhate, úrotraý parastàt mana àrundhate, manaá parastàt pràóa àrundhate, tasmai và etasmai pràóàya brahmaóa etàá sarvà devatà ayàcamànàya baliý haranti, evaý haivàsmai sarvàói bhùtàny ayàcamànàyaiva baliý haranti ya evaý veda tasyopaniûan na yàced iti, tad yathà gràmaý bhikûitvà’labdhvo-paviúen nàham ato dattam aúnìyàm iti, ta evainam upamantrayante ye purastàt pratyàcakûìran, eûa dharmo’yàcato bhavati, annadàs tv evainam upamantrayante, dadàma ta iti.
2. Jiva yang bernafas adalah Brahmà, begitulah Paiògya biasa berkata. Dari jiwa bernafas yang sama yang sebagai Brahmà ini dibelakang wicara, mata disertakan, di belakang mata, telinga disertakan, di belakang telinga, pikiran disertakan, di belakang pikiran, jiwa yang bernafas disertakan. Kepada jiwa bernafas yang sama dan dianggap sebagai Brahmà ini, semua dewata membawa persembahan walaupun dia tidak memintanya; bahkan kepada jiwa bernafas ini semua mahkluk membawa persembahan walaupun dia tidak memintanya. Untuk dia yang mengerti hal ini, perintah ajarannya adalah : “Janganlah meminta-minta melalui sebuah desa dan tidak memperoleh apa-apa kemudian duduk dan berkata: “ Aku tidak akan memakan apa saja yang diberikan disini” dan kemudian mereka yang menolak dia kemudian mengundangnya ( untuk menerima pemberiannya), itulah yang menjadi sifat dari dia yang tidak meminta-minta. Orang yang penderma akan mengundang dia dan berkata : “Marilah, kami akan berikan untukmu”.
  • àrundhate; terbungkus, disertakan, dikelilingi, dibungkus, V. arundhe, àrundhyate samantàt àvåtya tiûþhati.

II.3. athàta eka-dhanàvarodhanam: yad eka-dhanam abhidyàyàt, pauróamàsyàý vàmàvàsyàyàm và úuddha-pakûe và puóye nakûastra eteûàm ekasmin parvaóy agnim upasamàdhàya parisamùhya paristìrya paryukûya dakûióam jànvàcya sruveóàjyàhutìr juhoti: vàò nàma devatàvarodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàha: pràóo nàma devatàvarodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàhà: cakûur nàma devatàvarodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàhà: úrotram nàma devatàvarodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàha: mano nàma devatà-varodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàha: prajñà nàma devatàvarodhanì sà me’muûmàd idam avarundhyàt tasyai svàha iti: atha dhùma-gandham prajigràyàjya-lepenàògàny anuvimåjya vàcamyamo’bhipravrajyàrthaý brùyàd dùtaý và, prahióuyàl labhate haiva.
3. Berikutnya adalah pencapaian harta yang tertinggi. Apabila seseorang menginginkan pencapaian harta yang tertinggi baik pada saat keadaan bulan purnama atau pada saat keadaan bulan baru (bulan sabit), atau pada saat bulan terang dari tengah bulan penanggalan dalam pengaruh peta bintang yang memberi harapan, pada salah satu dari masa ini, sesudah membuat api, setelah menyapu tanah, setelah memercikkan rumput suci, setelah memercikkan air kesekelilingnya, setelah menekuk dengkul yang kanan, dengan sendok dia mempersembahkan ghee”. Dewata yang bernama wicara adalah yang memperolehnya. Semoga beliau memperoleh hal ini untukku. Pujian untuk beliau. Dewata yang bernama mata adalah yang mem-perolehnya. Semoga Beliau memperoleh hal ini untukku. Pujian untuk beliau”. “Dewata bernama pikiran adalah yang memperolehnya. Semoga beliau peroleh hal ini untukku. Pujian untuk beliau”. “Dewata bernama kebijakan adalah yang memperolehnya. Semoga beliau memperoleh hal ini untukku. Pujian kepada beliau”. Kemudian setelah menyedot bau asap, setelah mengolesi anggota raga-nya dengan ghee, dengan berdiam diri dia harus pergi, menyatakan keinginannya atau mengirimkan utusan. Dia, sepertinya akan memperoleh keinginannya.
  • eka-dhana: harta tertinggi, harta tunggal, pràóasya nàmadheyam, jagaty asminn eka eva dhana-rùpa eka dhanaá
  • paristìrya; setelah memercikkan rumput suci, samantàd darbhàn avakìrya
  • sruveóa dengan sendok. V. camasena và kaýsena và: dengan mangkok kayu atau mangkok logam.

II.4. athàto daivaá smaro yasya priyo bubhùûed yasyai và yeûàý vaiteûàm evaikasmin parvaóy etayaivàvåtaità àjyàhutìr juhoti, vàcaý te mayi juhomy asau svàhà; pràóaý te mayi juhomy asau svàhà; cakûus te mayi jumohy asau svàhà; úrotraý te mayi juhomy asau svàhà; manas te mayi juhomy esau svàhà; prajñàý te mayi juhomy asau svàhà iti; atha dhùma-gandham prajighrayàjyalepenàògàny anuvimåjya vàcàmyamo’bhipravrajya saýsparúam jigamiûed api vàtàd và tiûþhet sambhàûamàóaá priyo haiva bhavati smaranti haivàsya.
4. Sekarang berikutnya keinginan yang harus disadari dengan kekuatan suci. Bila seseorang ingin dicintai oleh setiap laki-laki atau perempuan atau oleh laki-laki atau perempuan, maka kemudian pada salah satu dari waktu-waktu ini (waktu yang disebut terdahulu) dia harus mempersembahkan dengan cara yang sama, persembahan perjamuan berupa ghee dan berkata: “Wicaramu akan kukorbankan pada diriku. Pujian untukmu”. “Nafasmu akan kukorbankan pada diriku. Pujian untukmu”. “Matamu akan kukorbankan pada diriku. Pujian untukmu”. “Pikiran aku korbankan pada diriku. Pujian untukmu”. Kebajikan kukorbankan pada diriku. Pujian untuku”. Kemudian setelah menyedot bau asap, setelah mengolesi anggota badannya dengan ghee, dengan berdiam diri dia harus pergi dan berusaha mengadakan hubungan atau berdiri berbicara searah angin (dengan demikian angin akan membawa pesannya kepada orang itu). Dia akan benar-benar menjadi disenangi dan mereka akan berpikir tentang dia.
  • smara: berkeinginan, rindu, abhilàûaá, “aku adalah api dimana minyak dari ketidak-senanganmu atau kemasa-bodohmu dibakar.


YAJNA ÀTMAN

II.5. athàtaá samyamanaý pràtardanam àntaram agni-hotram ity àcakûate, yàvad vai puruûo bhàûate na tàvat pràóituý úaknoti, pràóaý tadà vàci juhoti, yàvad vai puruûaá pràóiti na tàvad bhàûitum úaknoti, vàcaý tadà pràóe juhoti, ete anante amåte àhutì jàgrac ca svapan ca santataý juhoti, atha yà anyà àhutayo’ntavatyas tàá karmamayyo hi bhavanti taddhasmaitat pùrve vidvàýso’gnihotraý na juhavàñcakruá.
5. Sekarang pengendalian diri menurut Pratardana atau agnihotram (yajña api yang di dalam) seperti mereka namakan. Sesungguhnya sepanjang seseorang masih berbicara, selama itu dia tidak bisa bernafas. Ini artinya dia mengorbankan wicara pada nafas. Kedua persembahan perjamuan yang abadi ini, seseorang tetap mempersembahkannya baik ketika dia terjaga maupun tidur. Sekarang persembahan perjamuan yang lain apa saja yang ada, semuanya mempunyai akhir sebab mereka terdiri dari perbuatan-perbuatan. Sesungguhnya karena mengerti hal ini orang-orang pada jaman dahulu kala tidaklah mempersembahkan yajña agni-hotra.
  • antaram: yang di dalam sebab hal ini bebas dari bantuan luar. bàhya-sàdhana-nirapekûam.

PUJIAN UKTHA

II.6. uktham brahmeti ha smàha úuûka-bhåògàraá, tad åg ity upàsìta, sarvàói hàsmai bhùtàni úraiûþhyàyàbhyarcyante, tad yajur ity upàsìta, sarvàói hàsmai bhùtàni úraiûþhyàya yujyante, tat sàmety upàsìta, sarvàói hàsmai bhùtàni úraiûþhyàya sannamante, tac chrìr ity upàsìta, tad yaúa ity upàsìta, tat teja ity upàsìta, tad yathaitac chrìmattamam yaúasvitamaý tejasvitamam iti úastreûu bhavati, evaý haiva sa sarveûu bhùteûu úrìmattamo yaúasvitamas tejasvitamo bhavati ya evaý veda, tad etad aiûþikaý karma-mayam àtmànam adhvaryuá saýûkaroti, tasmin yajur-mayaý pravayati yajur-mayam åò-mayaý hotà åò-maye sàma-mayam udgàtà, sa eûa trayyai vidyàyàá atmaiûa u evaitad indrasyàtmà bhavati, ye evaý veda.
6. Uktha (penuturan) adalah brahman, begitu úuûka-bhåògàra biasa berkata, karenanya hendaklah seseorang samàdhi atas hal ini sebagai Åg. (wirama pujian) kepada yang satu ini, memang, semuanya memberikan pujian akan keagungannya. Hendaklah seseorang memberikan pujian akan keagungannya. Hendaklah seseorang samàdhi atas hal ini sebagai Yaju (rumus yajña), kepada yang satu ini sesungguhnya semua makhluk bersatu atas kebesarannya. Hendaklah seseorang samàdhi atas hal ini sebagai Sàman. Kepada yang satu ini sesungguhnya semua makhluk membungkuk atas kebesarannya. Hendaklah seseorang samàdhi atas hal ini sebagai keindahan. Hendaklah seorang samàdhi atas hal ini sebagai keagungan. Hendaklah seseorang samàdhi atas hal ini sebagai gemerlapan. Sebab hal ini (uktha) adalah yang terindah, yang paling agung, yang paling berharga sebagai mantra pujian, bahkan siapa yang mengerti hal ini akan menjadi yang paling indah, yang paling agung, yang paling berharga dari semua makhluk. Karena itu pendeta adhvaryu mempersiapkan àtman ini, yang berhubungan dengan yajña, yang berisi perbuatan-perbuatan. Di dalamnya dia menganyam apa yang ada di dalam yajur. Dalam apa yang termasuk pada yajur, pendeta hotå menganyam apa yang termasuk dalam Åg. Dalam apa yang termasuk dalam Åg. Pendeta Udgàtr menganyam apa yang termasuk dalam Sàman. Ini adalah àtman dari ketiga pengetahuan. Dan dengan demikian, barang siapa yang mengerti akan hal ini akan menjadi àtman-nya Indra.


PEMUJAAN SETIAP HARI DARI MATAHARI SEBAGAI PENGHAPUS DOSA


II.7. athàtaá, sarva-jitaá kauûìtakes trìóy upàsanàni bhavanti, sarva-jiddha sma kauûìtakir udyantam àdityam upatiûþhate yajñopavìtaý kåtvodakam ànìya triá prasicyodapàtraý vargo’si pàpmànam me våòdhìti, etayaivàvåtà madhye santam udvargo’si pàpmànàm ma udvåòdhìti, etayaivàvåtàstam yantaý saývargo’si pàpmànam me saývåòdhìti, tad yad ahoràtràbhyàm pàpam akarot saý tad våòkte, tatho evaivaý vidvàn etayaivàvåtàdityam upatiûþhate yad ahoràtràbhyàm pàpaý karoti, saý tad våòkte,
7. Sekarang berikutnya adalah ketiga samàdhi dari penakluk semesta Kauûìtaki. Penakluk semesta Kauûìtaki sesungguhnya memang pernah menyembah matahari terbit, setelah melakukan diksa dengan benang suci, setelah mengambil air, setelah memercikkan tiga kali tempat air dan berkata: “Engkau adalah pembawa, bawalah aku dari dosa-dosaku”. Dengan cara yang sama dia (pernah memuja matahari) ketika hal ini berada di tengah-tengah langit dan berkata: “Engkau adalah pembawa yang maha tinggi, bawalah aku dari dosa-dosa”. Dengan cara yang sama dia (pernah memuja matahari) ketika hal ini mau tenggelam dan berkata: “Engkau adalah pembawa yang penuh; bawalah aku dari segenap dosaku”. Dengan demikian dosa apa saja diperbuatnya siang atau malam, langsung dihapuskannya. Dan karena itu, dia yang mengerti hal ini menyembah matahari dengan cara yang sama dan dosa apa saja yang menyembah matahari dengan cara yang sama dan dosa apa saja yang diperbuat seseorang siang atau malam itu selalu dihapuskannya.
  • yajñopavìtam: benang suci yang dipakai atas bahu kiri untuk menjalankan yajña.
  • ànìya: setelah mengambil, v. àcamya: setelah menyicip.
  • vargaá: pembawa: sarvam idaý jagat àtma-bodhena tånavad våòkte parityajati.
  • våòdhi: membawa, varjaya, vinàúayet.

PEMUJAAN BULAN BARU UNTUK KEMAKMURAN

II.8. atha màsi màsy amàvàsyàyàm våttàyàm paúcàc candramasaý dåúyamànam upatiûþhetaitayaivàvåtà harita-tåóe và pratyasyati, yan me susìmaý hådayaý divi candramasi úritam manye’ham màý tad vidvàýsam màhaý putryam aghaý rudam iti, na hy asmàt pùrvàá prajàá praitìti nu jàta-putrasyà-thàjàta-putrasyàpyàyasva sametu te saý te payàýsi sam u yantu vàjà yam àdityà aýúumàpyàyayantìti, etàs tisra åco japitvà màsmàkam pràóena prajayà paúubhir àpyàyayiûþhàá yo’smàn dveûþi yaý ca vayaý dviûmas tasya pràóena prajayà paúubhir àpyàyaya sva aindrìm àvåtam àvarta àdityasyàvåtam anvàvarta iti dakûióam bàhum anvàvartate.
8. Kemudian dari bulan ke bulan pada saat bulan baru, jika dia datang, orang semestinya dengan cara yang sama menyembah bulan pada saat dia muncul di barat. Atau dia melempar dua lembar rumput hijau kearahnya sambil mengucap: “Bagian hatiku yang cukup banyak ada di bulan pada langit, aku menginginkan diriku sebagai seorang yang mengerti. Semoga aku tidak menangis atas hal yang jahat yang menyangkut anak-anakku. Sesungguhnya keturunannya tidak akan mati sebelum dia. Jadi ini berhubungan dengan anak yang sudah lahir. Sekarang, pada keadaan seseorang yang belum mempunyai anak, ‘Bertambahlah. Semoga kekuatan datang padamu. Semoga susu dan makanan berkumpul padamu, sinar yang diberikan Àditya bersuka cita”. Setelah berkali-kali mengucapkan ayat Åg ini dia berkata: Janganlah bertambah oleh nafas vital kita, oleh keturunan kita. Dia yang membenci kita dan dia yang kita benci, bertambah oleh nafasnya, keturunannya, ternaknya. Karena itu aku memutar diriku dengan putaran indriya, aku memutar sesuai dengan putaran matahari: Karena itu dia memutar dirinya ke arah tangan kanan.
  • harita-tåóe và pratyasyati: dia melempar dua helai rumput kearahnya; v. harita-tåóàbhyàm vàk pratyasyati: dengan dua helai rumput wicara akan pergi kearahnya.
  • ketiga ayat Åg. adalah Åg Veda I. 91. 16;IX. 31;4; I;91. 18, Atharva Veda VII. 81.6.
  • Sepanjang ayat ini ada perbandingan tidak langsung antara suami sebagai matahari dan istri sebagai bulan.
  • aham somàtmikà strì agnyàtmakaá pumàn.

II.9. atha pauróamàsyàm purastàc candramasaý dåúyamànam upatiûþheta etayà vàvåtà, somo ràjàsi vicakûaóaá, pañca-mukho’si prajà-patir bràhmaóas ta ekam mukham, tena mukhena ràjño’tsi, tena mukhena màm annàdaý kuru, ràjà ta ekam mukham, tena mukhena viúòo’tsi, tena mukhena màm annàdaý kuru, úyenas ta ekam mukham, tena mukhena pakûióo’tsi, tena mukhena màm annàdaý kuru agniûþa ekam mukham, tenemaý lokamatsi, tena mukhena màm annàdaý kuru, tvayi pañcamam mukham, tena mukhena sarvàói bhùtàny atsi, tena mukhena màm annàdaý kuru, màsmàkaý pràóena prajayà paúubhir avakûeûþhà, yo’smàn dveûþi yac ca vayaý dviûmas tasya pràóena prajayà paúubhir avakûìyasveti, daivìm àvåtam àvarta àdityasyàvåtam anvàvarta iti dakûióam bàhum anvàvartate.
9. Kemudian pada saat bulan purnama seseorang semestinyalah menyembah bulan ketika dia muncul di timur dengan sikap yang sama, “Anda adalah Raja Soma, yang arif, bermulut lima, Tuhan Pencipta. Bràhmaóa adalah satu dari mulut Anda. Dengan mulut itu Anda menyantap Raja-raja. Dengan mulut itu jadikanlah aku penyantap makanan. Api adalah salah satu dari mulut Anda. Dengan mulut itu Anda menyantap dunia ini. Dengan mulut itu jadikanlah aku penyantap makanan. Dalam diri Anda terdapat mulut yang kelima. Dengan mulut itu Anda menyantap semua makhluk. Dengan mulut itu jadikanlah aku penyantap makanan. Janganlah boros dengan prana kita, dengan keturunan kita, dengan ternak kita. Dia yang membenci kita dan dia yang kita benci, Anda boros dengan prana-nya, keturunannya, ternaknya. Demikianlah aku memutar diriku sesuai dengan putaran dewata. Aku memutar diriku sesuai dengan putaran matahari. Setelah (kata-kata ini) dia memutar dirinya ke arah tangan kanan.
  • soma: bulan: umayà viúva-prakåtyà saha vartamànaá priya-darúanaá.
  • vicakûaóaá: bijaksana, sarva-laukika-vaidika-kàrya-kuúalaá.
  • Di sini keterangan hanyalah kepada ketiga kasta. Bràhmaóa, Kûatriya, dan orang-orang biasa.

II.10. atha saýveúyan jàyàyai hådayam abhimåúet, yat te susìme hådaye úritam antaá prajàpatau tenàmåtatvasyeúàne mà tvam putryam agham nigà iti, na, hy asyàá pùrvàá prajàá praitìti.
10. Sekarang ketika hendak berhubungan bersama istrinya, dia harus mendorong hati sang istri dengan berkata: wahai, yang cantik, yang telah mencapai kesenangan abadi dengan apa yang ditempatkan pada hatimu oleh Prajà-pati, semoga engkau tidak pernah jatuh dalam kesengsaraan mengenai anak-anakmu. Anak-anaknya tidak akan meninggal sebelum dia.
  • Lihat Àúvalàyana Gåhya Sùtra I. 13. 7.
  • susìme: wahai, yang cantik: Úobhana-gàtre.

II.11. atha proûyàyan putrasya mùrdhànam abhijighret, aògàd aògàt sambhavasi hådayàd adhijàyase, àtmà vai putra nàmàsi sa jìva úaradaá úatam asàv iti nàmàsya dadhàty aúmà bhava, paraúur bhava, hiraóyam aståtam bhava, tejo vai putra nàmàsi sa jìva úaradaá úatam asàv iti nàmàsya gåhóàty athainaý parigåhóàti, yena prajàpatiá prajàá paryagåhóàt tad ariûþyai tena tvà parigåhóàmy asàviti, athàsya dakûióe karóe japaty asmai prayandhi maghavan åjìûin itìndra úreûþhàni dravióàni dhehìti savye, na chettà, mà vyathiûþhàá, úataý úarada àyuûo jìvasya, putra te nàmnà mùrdhànam abhijighràmìti, trirasya mùrdhànam abhijighret gavàý tvà hiòkàreóàbhihiòkaromìti trir asya mùrdhànam abhihiòkuryàt
11. Kalau seseorang berpergian, ketika kembalinya dia harus mencium kepalanya dan berkata: “Engkau dilahirkan dari setiap anggota ragaku, engkau dilahirkan dari jantungku, engkau, anakku, sesungguhnya diriku sendiri, semoga engkau hidup sepanjang seratus musim gugur”. Dia memanggil nama putranya dan berkata: “Semoga engkau seperti batu, semoga engkau seperti kampak, beserta denganmu keinginan emasmu dimana-mana, engkau, anakku, sesungguhnya diterangi, semoga engkau hidup seratus musim gugur. Dia memanggil namanya. Kemudian dia memeluknya sambil berkata, “Bahkan seperti Prajà-pati memeluk makhluknya untuk kemakmuran mereka, demikian pula aku memelukmu. (menyebut namanya)”. Kemudian dia mengucapkan di telinga kanannya: “Berembuglah dengan dia, wahai, Maghavan, wahai, dia yang bergerak cepat”, dan berbisik pada telinga kirinya: “wahai, Indra, berikanlah pemilikan yang terbaik, janganlah memutuskan (garis keturunanku). Janganlah takut. Hiduplah seratus musim gugur, aku mencium kepalamu, wahai, anakku, dengan namamu”. Ketiga kali dia harus mencium kepala anaknya. “Aku melenguh kepadamu dengan lenguhan suara api”. Dia harus melenguh di atas kepalanya tiga kali.
  • Lihat Àúvalàpyana Gåhya Sùtra I.15.3.9.’ Pàraskara I.16.18; Khàdira II.3.13; Gobhila II.8.21-22; Àpastamba VI.15.12.
  • abhijighret: bau; v.abhimåúet: raba, kareóa saýspåúet.
  • putra nàma: v.putra màvitha. Kamu telah menyelamatkan aku, anakku: he putra tvam punnàmno. nirayàt mà màm àvitha mama rakûaóam kåtavàn. Lihat Manu IX.38.
  • aúmà bhava: jadilah batu, pàûàóo bhava. Jadilah sehat dan kuat: rogair anupadrutaá vajra-sàra-úarìro bhava.
  • hiraóyam aståtam: dimana-mana menginginkan emas. aståtam àståtam sarvataá pariståtaý kanakavat sarva-prajàpriyo bhava
  • tejas : sinar saýsàra-våkûa-bìjam.
  • Berembuglah dengan dia: lihat Åg.V.36.10; II.21.6.
  • mà vyathiûþhàá: janganlah takut, úarìrendriya-manobhir vyathàm mà gàá. Lihat B.G.XI.34.


PERWUJUDAN BRAHMAN
II.12. athàto daivaá parimara, etad vai brahma dìpyate yad agnir jvalati, athaitan mriyate yan na jvalati, tasyàdityam eva tejo gacchati vàyum pràóa: etad vai brahma dìpyate yad àdityo dåúyate’thaitan mriyate yan na dåúyate, tasya candramasam eva tejo gacchati vàyum pràóa; etad vai brahma dìpyate yac candramà dåúyate’thaitan mriyate yan na dåúyate, tasya vidyutam eva tejo gacchati vàyum pràóa; etad vai brahma dìpyate yad vidyud vidyotate’thaitan mriyate yan na vidyotate, tasya diúa eva tejo gacchati vàyum pràóaú tà và etàá sarvà devatà vàyum eva praviúya vàyau måtvà na måcchante: tasmàd eva punar udìrata ity adhidai-vatam; athàdhyàtmam.
12. Sekarang berikutnya adalah kematian di sekitar dewata. Brahman ini memang sesungguhnya bersinar ke segala arah, ketika api membakar; ini pun mati jikalau tidak terbakar. Sinarnya menuju ke matahari sendiri dan nafas vitalnya menuju ke angin; brahman ini sesungguhnya bersinar ketika matahari terlihat; ini pun mati jikalau (matahari) tidak kelihatan. Sinarnya menuju ke bulan; nafas vitalnya menuju ke angin; brahman ini sesungguhnya bersinar, ketika bulan terlihat; ini pun mati ketika dia tidak terlihat, sinarnya menuju kepada kilat dan nafas vitalnya menuju ke angin; brahman ini sesungguhnya bersinar; ketika kilat bersinar; ini pun mati jikalau kilat tidak bersinar, sinarnya menyebar ke daerah-daerah di angkasa, dan nafas vitalnya ke angin. Semua dewata ini, sesungguhnya, sesudah masuk ke dalam angin, walaupun dia mati dalam angin tetapi mereka tidak musnah (semuanya bersama-sama). Karena itulah sesungguhnya, mereka datang lagi. Ini yang berhubungan dengan para dewata; sekarang yang berhubungan dengan àtman.
  • Bd. Aitareya Bràhmaóa VIII.28.

II.13. etad vai brahma dìpyate yad vàcà vadati, athaitan mriyate yan na vadati, tasya cakûur eva tejo gacchati pràóam pràóa, etad vai brahma dìpyate yac cakûuûà paúyati, athaitan mriyate yan na paúyati. tasya úrotam eva tejo gacchati pràóam pràóa, etad vai brahma dìpyate yacchrotreóa úåóoti, athaitan mriyate yan na úåóoti; tasya mana eva tejo gacchati pràóam pràóa, etad vai brahma dìpyate yan manasà dhyàyati, athaitan mriyate yan na dhyàyati; tasya pràóam eva tejo gacchati pràóam pràóas, tà và etàá sarvà devatàá pràóam eva praviúya pràóe måtvà na måcchante, tasmàd eva punar udìrate, tad yadi ha và evaý vidvàýsam ubhau parvatàv abhipravarteyàtàý dakûióaú cottaraú ca tustùrûamàóau na hainaý ståóvìyàtàm atha ya enaý dviûanti yàn ca svayaý dveûþi ta evainam parimriyante.
13. brahman ini sesungguhnya bersinar ke segala arah, ketika seseorang berbicara dengan wicara; ini juga mati ketika orang tidak bicara, sinarnya menuju ke mata; nafas vitalnya ke nafas vital. brahman ini sesungguhnya bersinar ketika orang melihat denga mata; ini juga mati ketika orang tidak melihat; sinarnya menuju ke telinga, nafas vitalnya menuju ke nafas vital. brahman ini sesungguhnya bersinar ke segala arah, ketika orang mendengar dengan telinga; ini pun akan mati jikalau orang tidak mendengar, sinarnya menuju ke pikiran dan nafas vitalnya ke nafas vital. brahman ini sesungguhnya bersinar ke segala arah, ketika orang berpikir dengan pikiran kalau tidak, ini akan mati kalau orang tidak berpikir, sinarnya menuju ke nafas vital dan nafas vitalnya ke nafas vital. Semua dewata ini setelah memasuki nafas vital walaupun mereka mati di nafas vital, mereka tidak lenyap (semuanya bersama-sama). Karena itulah sesungguhnya mereka datang kembali. Begitulah sesungguhnya bagi orang yang mengerti akan hal ini, kedua gunung yang di Utara dan di Selatan ingin menggelindingkan diri mereka ingin menghancurkan dia, tetapi mereka tidak akan menghancurkannya. Tetapi yang dibencinya dan mereka yang dia benci, ini semuanya akan mati di sekitar dia.
  • Gunung yang di Utara dan yang di Selatan adalah masing-masing Himàlaya dan Vindhya.

II.14. athàto niáúreyasàdànam, età ha vai devatà ahaý-úreyase vivadamànà asmàc charìràd uccakramuá tadd hàpràóat úuûkaý dàrubhùtam úiûye’thainad vàk praviveúa tad vàcà vadac chiûya eva, athainac cakûuá praviveúa tad vàcà vadac cakûuûà paúyac chiûya eva, athainac chrotram praviveúa tad vàcà vadac, cakûuûà paúyac chrotreóa úåóvac chiûya eva, athainan manaá praviveúa tad vàcà vadac, cakûuûà paúyac chrotreóa úåóvan manasà dhyàyac chiûya eva, athainat pràóaá praviveúa tat tata eva samuttasthau tà và etàá sarvà devatàá pràóe niáúreyasaý viditvà pràóam eva prajñàtmànam abhisambhùya sahaiv aitaiá sarvair asmàc charìràd uccakramuá te vàyu-praviûþà àkàúàtmànaá svarìyuá, tatho evaivam vidvàn pràóe niáúreyasaý viditvà pràóam eva prajñàtmànam abhisambhùya sahaiv aitaiá sarvair asmàc charìràd utkràmati, sa vàyu-praviûþà akàúàtmà svareti, sa tad gacchati yatraite devàs tat pràpya yad amåtà devàs amåto bhavati ya evaý vadam.
14. Sekarang mengenai pencapaian yang maha tinggi. Semua dewata ini sesungguhnya berselisih diantara mereka dalam hubungannya dengan àtman yang paling penting yang pergi dari raga ini. Badan ini tergeletak, layu seperti sepotong kayu. Kemudian wicara memasukinya. Dia hanya terbaring dengan wicara. Kemudian mata memasukinya. Dia hanya terbaring dan bicara dengan wicara dan melihat dengan mata. Kemudian telinga memasukinya. Dia hanya terbaring dan bicara dengan wicara, melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga. Kemudian pikiran memasukinya. Dia hanya terbaring, berbicara dengan wicara, melihat dengan mata, mendengar dengan telinga dan berpikir dengan pikiran. Kemudian nafas vital memasukinya dan kemudian dia berdiri seketika. Semua dewata ini sesungguhnya, setelah mengakui nafas vital sebagai yang paling utama, setelah mengerti bahwa hanya nafas vital saja yang sebenarnya àtman dari akal buddhi, pergi ke mana-mana dari raga kita ini, semuanya ini bersama-sama. Mereka setelah memasuki udara, setelah mempunyai sifat ruang, pergi ke dunia surgawi. Kalau tidak, mereka yang mengerti hal ini, setelah mengerti nafas vital, sebagai yang paling utama, setelah mengerti bahwa hanya nafas vital sendirilah sebagai àtman dari akal buddhi, akan pergi dari tubuh ini dengan semuanya ini. Dia, setelah memasuki udara, setelah memiliki sifat seperti ruang, akan pergi ke dunia surgawi. Dia akan pergi ke tempat dimana persemayaman dewata ini. Setelah mencapainya, dia yang mengerti hal ini akan menjadi abadi sebagai juga dewata adalah abadi.
  • Lihat B.U.1.1-14; C.U.V.1.
  • niáúreyasam: yang paling utama, sarvasmàd utkarûa-rùpo guóo mokûa-viúeûaá.
  • ahaý-úreyase: dalam hubungannya dengan seorang yang paling penting dari mereka semua, dalam hubungannya dengan yang paling utama.
  • uccakramuá: pergi ke segala penjuru, utkramaóaý cukruá.
  • úìûye: terbaring, úayanam kåtavat.
  • tata-eva: seketika, pràóa-praveúàd eva.

II.15. athàtaá pità-putrìyaý sampradànam iti càcakûate, pità putram preûyannàhvayati navais tåóair agàram saýstìrya agnim upasamàdhàyodakumbhaý sapàtram upani-dhàyàhatena vàsasà sampracchannaá pità úeta etya putra upariûþàd abhinipadyata indriyair indriyàói saýpåúyàpi vàsmà àsìnàyàbhimukhàyaiva sampradadhyàd, athàsmai samprayacchati vàcam me tvayi dadhànìti pità, vàcaý te mayi dadha iti putraá, pràóam me tvayi dadhànìti pità, pràóaý te mayi dadha iti putraá, cakûur me tvayi dadhànìti pità, cakûus te mayi dadha iti putraá, úrotram me tvayi dadhànìti pità, anna-rasàn me tvayi dadhànìti pità, anna-rasàn te mayi dadha iti putraá, karmàói me tvayi dadhànìti pità, karmàói te mayi dadha iti putraá, sukha-duákhe me tvayi dadhànìti pità, sukha-duákhe te mayi dadha iti putraá, ànandam ratim prajàtim me tvayi dadhànìti pità, ànandam ratim prajàtiý te mayi dadha iti putraá, ityàm me tvayi dadhànìti pità, ityàý te mayi dadha iti putraá, mano me tvayi dadhànìti pità, manas te mayi dadha iti putraá, prajñàm me tvayi dadhànìti pità, prajñàý te mayi dadha iti putraá, yady u và apàbhigadaá syàt samàsenaiva brùyàt, pràóàn me tvayi dadhànìti pità, pràóàn te mayi dadha iti putraá, atha dakûióàvåd upaniûkràmati, taý pitànumantrayate, yaúo brahmavarcasaý kìrtiú tvà juûatàm iti, athetaraá savyam aýsam nvavekûate pàóinàntardhàya vasanàntena và pracchàdya, svargàn lokàn kàmàn àpnuhìti, sa yady agadaá syàt putras-yaiúvarye pità vaset pari và vrajet yady u vai preyàt yadevainaý samàpayeyuá, yathà samàpayitavyo bhavati, yathà samàpayitavyo bhavati.
15. Berikutnya upacara ayah dan anak atau penyampaian tradisi sebagai yang mereka katakan. Sang ayah ketika akan meninggal memanggil anaknya. Setelah memercik rumah dengan rumput yang baru, setelah menghidupkan api, setelah menempatkan semangkuk air dan sekaleng penuh beras, raga-nya ditutup dengan pakaian baru, sang ayah tetap terbaring. Sang anak setelah datang, mendekatinya dari atas, menyentuh anggota raga dengan anggota raga-nya, atau sang ayah mungkin menyampaikan tradisi ini kepadanya ketika dia duduk dibelakangnya. Kemudian dia menyampaikan kepadanya sebagai berikut: Sang anak: “Aku mengambil wicaramu padaku”. Sang ayah: “Marilah kutempatkan nafas vitalku kepadamu”. Sang anak: “Aku mengambil nafas vitalmu padaku”. Sang ayah: “Marilah kutempatkan mataku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil matamu padaku”. Sang ayah: “Aku menempatkan telingaku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil telingamu padaku”. Sang ayah: “Marilah kuletakkan rasa makanan yang ada padaku kepadamu”. Sang anak: “Aku mengambil rasa makanan yang ada padamu kepadaku”. Sang ayah: “Marilah kutempatkan perbuatan-perbuatanku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil perbuatan-perbuatanmu padaku”. Sang ayah: “Marilah kutempatkan kebahagiaan dan kesengsaraan padamu”. Sang anak: “Aku mengambil kesengsaraan dan kebahagiaanmu padaku”. Sang ayah: “Biarkanlah aku menempatkan sukacita, kenikmatan dan keturunan padamu”. Sang anak: “Aku mengambil sukacita, kenikmatan dan keturunan yang ada padamu padaku”. Sang ayah: “Biarkanlah aku menempatkan gerakanku padamu.” Sang anak: “Aku mengambil gerakanmu padaku”. Sang ayah: “Biarkanlah aku menempatkan pikiranku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil pikiranmu padaku”. Sang ayah: “Biarkanlah aku menempatkan kearifanku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil kearifanmu padaku”. Apabila dia tidak bisa bicara banyak, biarkanlah sang ayah bicara secara umum: “Aku menempatkan nafas vitalku padamu”. Dan sang anak: “Aku mengambil nafas vitalmu padaku”. Kemudian berbelok ke kanan, dia terus pergi menuju ke Timur. Sang ayah kemudian berseru: “Semoga kemashuran, kemuliaan rohani dan keagungan datang padamu”. Kemudian yang lain melihat lewat bahu kirinya. Setelah menyembunyikan mukanya dengan tangannya atau setelah menutupnya dengan ujung pakaiannya, dia berkata: “Semoga engkau memperoleh svarga dan semua keinginan-keinginanmu”. Apabila sang ayah sembuh, dia harus berdiam dibawah kekuasaan anaknya atau mengembara sebagai pertapa. Tetapi kalau dia meninggal, dia haruslah memperoleh upacara pemakaman yang layak.
  • semangkuk air: nìreóa pùróam kalaúam vrìhi-pùróa-pàtra-sahitam.
  • ditutup dengan pakaian baru: navìnena vastreóa saývåtaá.
  • pità úete: sang ayah masih terbaring; v, svayaý úyetaá; dia dalam pakaian putih, úvetaá, sita-màlyàmbara-dharaá.
  • dadhàni: dhàrayàói.
  • Setelah “perbuatan” dalam versi lain kita membaca, úarìraý me tvayi dadhànìti pità, úarìraý te mayi dadha iti putraá”. Sang ayah: “Biarkanlah aku meletakkan tubuhku padamu”. Sang anak: “Aku mengambil tubuhmu padaku”.
  • prajñà: kearifan; bacaan lain: ‘dhiyo vijñàtavyam kàmàn me tvayi. Semoga aku menempatkan pikiranku, akal buddhiku dan keinginan-keinginanku padamu, dan lain-lain.
  • upàbhigadaá: tidak bisa bicara banyak, pratyekaý vaktum asamarthaá.
  • kehormatan: versi lain juga mempunyai annàdyam: makanan untuk disantap.


BAB III
AJARAN PRAÓA HADIAH YANG TERBESAR ADALAH PENGETAHUAN DARI INDRA

III.1. pratardano ha vai daivodàsiá indrasya priyaý dhàmo-pajagàma yuddhena ca pauruûeóa ca, taý hendra uvàca, pratardana, varaý våóìûveti, sa hovàca pratardanaá, tvam eva me våóìûva yaý tvam manuûyàya hitatamam manyasa iti, taý hendra uvàca, na vai varo’ varasmai våóìte, tvam eva våóìûveti, avaro vai kila meti, hovàca pratardanaá, atho khalv indraá satyàd eva neyàya satyam hìndraá, taý hendra uvàca, màm eva vijànìhy etad evàham manuûyàya hitatamam manye yan màý vijànìyan triúìrûàóaý tvàûþram ahanam, arunmukhàn yatìn sàlàvåkebhyaá pràyaccham, bahvìá sandhà atikramya divi prahlàdìyàn atåóam aham antarikûe paulomàn, påthivyàm kàlakañjàn, tasya me tatra na loma canàmìyate; sa yo màý veda na ha vai tasya kena cana karmaóà loko mìyate, na steyena, na brùóa-hatyayà, ra màtå-vadhena, na pitå-vadhena nàsya pàpaý cakåûo mukhàn nìlam, vetìti.
1. Pratardana, putra dari Divodàsa, sesungguhnya dengan jalan berusaha dan bertempur, sampai ke tempat persemayaman Indra yang tercinta. Kepadanya kemudian Indra berkata : “Pratardana, pilihlah satu permintaan”. Kemudian Pratardana berkata : “Mohon kiranya paduka sendirilah yang memilihkan permintaan itu yang paling bermanfaat untuk umat manusia”. Kemudian Indra berkata lagi : “Yang lebih tinggi sesungguhnya tidaklah memilih untuk yang lebih rendah. Karena itu kamulah yang melakukan pilihan”. Tiada pilihan sesungguhnya untukku”, jawab Pratardana. Karena itu kemudian Indra tidaklah bergeser dari kebenaran, sebab Indra adalah kebenaran. Kepadanya kemudian Indra berkata : “Mengertilah tentang aku saja. Itulah hal yang kuanggap paling bermanfaat untuk umat manusia, bahwasannya, seseorang harus mengerti tentang aku. Aku membinasakan putra Tvastri yang berkepala tiga. Aku mengirimkan para arunmukhas, para pertapa kepada srigala-srigala. Melanggar janji-janji, aku membunuh orang-orang Prahlàda di langit, orang-orang Paulomas di antariksa, para Kàlakanjas di bumi. Padaku sendiri, semuanya itu kulakukan tanpa kehilangan sehelai rambutpun. Karena itulah dia yang mengerti diriku, tanpa melakukan pekerjaan apapun pada pihaknya, dunianya akan terluka, bukan dengan mencuri, bukan dengan membunuh janin, tidak dengan pembunuhan ibunya, tidak pula dengan pembunuhan ayahnya. Bila dia ingin melakukan dosa, warna gelap tidak akan hilang dari wajahnya.
  • Indra dalam keterangan ini berbicara sebagai Yang Maha Tinggi. Vàmadeva melakukan hal ini juga menurut R.V.IV.26.1. Àtman individu sebenarnya adalah satu dengan àtman semesta, walaupun mereka yang tidak diterangi tidak mengetahui hal ini. Mereka yang mengerti dan merasakannya kadang-kadang berbicara atas nama Jiwa Alam Semesta.
  • Putra Divodàsa : divodàsasya kàúì-ràjasya putro daivodàsiá.
  • “Yang lebih tinggi tidaklah memilih untuk yang lebih rendah” atau “tiada seorang memilih, memilih untuk orang lain” ; na vai varaá parasmai våóìte anyàrthaý na våóìte’ nyo na pràrthayate yata evam ataá svàrthaý varaý tvam eva våóìûveti.
  • Karena dia terikat oleh sumpah kebenaran, Indra meluluskan kemauan Pratardana, satya-pàúàbhibaddhaá.
  • Untuk pengalaman Indra yang diceritakan di sini, lihat Åg.V.X.8.89;X.99.6; Úatapatha Bràhmaóa I.2.3.2; XII.7.1.1; Taittirìya Saýhità 2.5. 1ff; Aitareya Bràhmaóa VII.23.
  • Srigala ; anjing yang liar. araóya-úvabhyaá.
  • atåóam : terbunuh, hiýsitavàn.
  • mìyate: terluka, hiýsyate.
  • nìlam : warna gelap; berbunga : mukha-kànti-svarùpam. Dia tidak menjadi pucat.
  • Bila kita mencapai kearifan tertinggi dan dibawa dari ilusi egostisme, perbuatan baik dan buruk tidak menyentuh kita. Kita sudah tidak mungkin lagi berbuat sesuatu yang jahat.


IDENTITAS INDRA DENGAN YANG HIDUP DAN KEABADIAN
ic] ga --1--
III.2. sa hovàca, pràóo’smi, prajñàtmà taý màm àyur amåtam ity upàsva, àyuá pràóaá, pràóo và àyuá, yàvadd hy asmin úarìre pràóo vasati tàvad àyuá, pràóena hu evàsmin loke’ måtatvam àpnoti, prajñayà satyaý saýkalpam, sa yo màm àyur amåtam ity upàste sarvam àyur asmin loka ety àpnoti amåtatvam akûitiý svarge loka ; tadd haika àhur ekabhùyaý vai pràóà gacchantìti, na hi kaúcana úaknuyàt sakåd vàcà nàma prajñàpayitum, cakûuûà rùpam, úrotreóa úabdam, manasà dhyànam, ekabhùyaý vai pràóà bhùtvaikaikam etàni sarvàói prajñàpayantìti, vàcam vadantìý sarve pràóà anuvadanti, cakûuá paúyat sarve pràóà anupaúyanti, úrotraý úåóvat sarve pràóà anuúåóvanti, mano dhyàyat sarve pràóà anudhyàyanti, pràóaý pràóantam sarve pràóà anupràóanti, evam u haitad iti hendra uvàcàsti tu eva pràóànàý niáúreyasam iti.
2. Indra kemudian berkata : “Aku adalah nafas dan samadhilah kepadaku sebagai àtman yang arif, sebagai yang hidup, sebagai yang abadi. Yang hidup adalah nafas, dan nafas adalah yang hidup. Sebab selama nafas ada dalam raga selama itu ada kehidupan. Sebab sesungguhnya, dengan jiwa arif, seseorang memperoleh keabadian di dunia ini, dengan gagasan arif yang benar. Karena itu dia yang samàdhi kepadaku sebagai yang hidup, sebagai keabadian, dia akan mencapai umur penuh dari kehidupannya di dunia ini dan akan memperoleh keabadian dan keteguhan di dunia surgawi. Sekarang pada titik ini beberapa orang berkata bahwa nafas-nafas vital, sesungguhnya pergi menyatu, sebab kalau tidak, tidak akan ada orang yang sanggup seketika mengetahui nama dari wicara, bentuk oleh mata, suara oleh telinga, pemikiran oleh pikiran. Nafas-nafas vital setelah menjadi satu, mengenali semuanya ini satu persatu. Sedang wicara berbicara, semua nafas vital berbicara sesudah itu. Ketika telinga mendengar, semuanya nafas vital mendengar sesudah itu. Ketika nafas bernafas, semua nafas vital bernafas sesudah itu. “Karena itulah”, kata Indra ; “selalu ada kelebihan yang utama dari nafas vital”.
  • prajñàtmà : àtman-nya yang arif, buddhi-våtti-pratiphalita-prajñà-naika-svabhàvaá.
  • Indra adalah hidup atau sumber hidup dari semua makhluk, sarva-pràóinàý jìvana-kàraóam.
ic] ga --3--
III.3. jìvati vàg-apeto mùkàn hi paúyàmaá, jìvati cakûur-apeto’ndhàn hi paúyàmaá, jìvati úrotràpeto badhiràn hi paúyàmaá, jìvati mano’peto bàlàn hi paúyàmaá, jìvati bàhuchinno jìvaty ùru-chinna ity evaý hi paúyàmaá iti, atha khalu pràóa eva prajñàtmedaý úarìram parigåhyotthàpayati, tasmàd etad evoktham upàsìteti, saiûà pràóe sarvàptir yo vai pràóaá sà prajñà, yà và prajñà sa pràóaá, tasyaiûaiva dåûþir etad vijñànam, yatraitat puruûaá suptaá svapnaý na kañcana paúyaty athàsmin pràóa evaikadhà bhavati, tad enam vàk sarvaiá nàmabhiá sahàpyeti, cakûuá sarvaiá rùpaiá sahàpyeti, úrotraý sarvaiá nàmabhiá sahàpyeti, manaá sarvaiá dhyànaiá sahàpyeti, sa yadà pratibudhyate yathàgner jvalataá sarvà diúo visphuliògà vipratiûþherann evam evaitasmàd àtmanaá pràóà yathàyatanaý vipratiûþhante pràóebhyo devàá, devebhyo lokàá, sa eûa pràóa eva prajñàtmedam úarìram parigåhyotthàpayati, tasmàd etad evoktham upàsìteti, saiûà pràóe sarvàptiá, yo vai pràóaá sà prajñà yà và prajñà sa pràóaá, tasyaiûaiva siddhir etad vijñànam, yatraitat puruûa àrto mariûyanàbalyam etya sammoham eti, tam àhur udakramìt cittam, na úåóoti, na paúyati, na vàcà vadati, na dhyàyati, athàsmin pràóa evaikadhà bhavati, tad enaý vàk sarvaiá nàmabhiá sahàpyeti, cakûuá sarvaiá rùpaiá sahàpyeti, úrotraý sarvaiá úabdaiá sahàpyeti, manaá sarvaiá dhyànaiá sahàpyeti, sa yadàsmàc charìràd utkràmati sahaivaitaiá sarvaiá utkràmati.
3. Satu kehidupan tanpa wicara dan kita ketemu si bisu ; satu kehidupan tanpa mata dan kita ketemu si buta ; satu kehidupan tanpa telinga dan kita ketemu si tuli ; satu kehidupan tanpa pikiran dan kita lihat yang kekanak-kanakan ; satu kehidupan tanpa tangan ; satu kehidupan tanpa kaki dan demikian kita lihat. Tetapi sekarang adalah jiwa yang bernafas saja, àtman arif yang menguasai raga ini dan membuatnya terbangun. Inilah karena itu seseorang seharusnya samàdhi atas uktha, kata orang. Ini adalah semua yang bisa didapat dari dia yang bernafas. Apakah itu jiwa yang bernafas, itulah àtman yang arif. Apakah àtman yang arif, itulah jiwa yang bernafas. Inilah pandangannya, inilah pengertiannya. Apabila seseorang demikian ngantuknya, sehingga tidak melihat mimpi sama sekali, dia menjadi satu dengan jiwa bernafas itu sendiri. Kemudian wicara dengan semua nama-nama pergi kepadanya ; mata dengan semua bentuk pergi kepadanya; telinga dengan semua suara pergi kepadanya; pikiran dengan semua yang dipikirkan pergi kepadanya. Ketika dia terbangun, seperti letupan api mengarah ke semua jurusan dari api yang sedang membara, demikian juga dari àtman ini, nafas vital bergerak ke arah tempatnya masing-masing dari kekuatan vital kepada dewata (kekuatan indriya) dan dari dewata ke dunia. Jiwa bernafas ini pula, àtman yang arif menguasai raga dan membuatnya bangkit. Ini, sesungguhnya dan karena itu, seseorang mestinya melakukan samàdhi sebagai uktha, demikian dikatakan. Ini adalah yang bisa mendapat semua dari jiwa bernafas. Apa yang merupakan jiva bernafas, itu jugalah àtman arif, dan apa sesungguhnya àtman yang arif itu jugalah jiwa bernafas. Inilah sesungguhnya bukti, inilah pengertiannya. Bila seseorang yang sakit dan hampir meninggal menjadi demikian lemahnya dan menyebabkan dia sekarat mereka mengatakan bahwa pikirannya telah meninggalkannya, dan dia tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara dengan wicara, dan dia tidak berpikir. Dua menjadi satu dalam jiva bernafas itu saja. Dan kemudian wicara dengan semua pikiran pergi kepadanya. Dan ketika dia meninggalkan raga ini, dia meninggalkannya dengan semua ini. “Apakah jiwa bernafas yang juga àtman yang arif; apakah àtman yang arif yang juga jiwa bernafas”. Dalam beberapa naskah kita menemukan juga, “karena mereka bersama hidup dalam raga ini dan bersama pula mereka pergi daripadanya”.
  • Saha hy etàv asmin úarìre vasataá sahotkramataá.
  • Àtman yang arif menangkap nafas dan membuat daging bisa berdiri. Bd. St. Aquinas : “Kekuatan jiva yang berada pada air mani, melalui jiva yang dibungkusnya membentuk raga”. Summa Theo. III.32.1.
  • vipràtiûþhante : bergerak ke arah yang berbeda-beda, vividhaý nirgacchanti.
  • mariûyan : hampir meninggal, maraóam kariûyan, àsanna-maraóa iti, abalyam : kelemahan, abalasya durbalasya bhàva abalyam, hasta-pàdàdy avaúatvam.
  • udakramìt : telah meninggal, utkramaóam akarot.


NAFAS-HIDUP YANG MEMPEROLEH SEMUA
ic] ga --4--
III.4. vàg evàsmin sarvàói nàmàny abhivisåjyante; vàcà sarvàói nàmàny àpnoti. pràóa evàsmin sarve gandhà abhivisåjyante, pràóena sarvàn gandhàn àpnoti, cakûur evàsmin sarvàói rùpàóy abhivisåjyante, cakûuûà sarvàói rùpàóy àpnoti. úrotram evàsmin sarve úabdà abhivisåjyante, úrotreóa sarvàn úabdàn àpnoti, mana evàsmin sarvàói dhyànàny abhivisåjyante, manasà sarvàói dhyànàny àpnoti. saha hy etàvàsmin úarìre vasataá sahot-kràmataá, atha yathàsyai prajñàyai sarvàói bhùtàny ekam bhavanti, tad vyàkhyàsyàmaá.
4. Wicara menyerahkan kepadanya (yang terserap dalam nafas hidup) semua nama-nama; dengan nafas dia memperoleh semua nama. Nafas memberikan kepadanya semua bau; dengan nafas dia memperoleh semua bau. Mata menyerahkan kepadanya semua bentuk; dengan mata dia memperoleh semua bentuk. Telinga menyerahkan kepadanya semua bunyi; dengan telinga dia memperoleh semua suara. Pikiran menyerahkan kepadanya semua yang dipikirkan dengan pikiran dia memperoleh semua yang dipikirkan. Sesungguhnya kedua ini berdiam bersama pada raga dan bersama pula mereka meninggalkannya. Sekarang kita mau menerangkan bagaimana semua makhluk menjadi satu dengan buddhi ini.
  • abhivisåjyante: v.abhivisåjate: menyerah, sarvataá parityajati: pràóa: yang hidup; v, ghràóa : hidung.
  • Setelah membicarakan tentang pikiran ada tambahan kalimat ini pada beberapa naskah : saiûà pràóe sarvàptir yo vai pràóaá sà prajnà yà và prajna sa pràóaá.
  • Ini adalah yang bisa memperoleh apa saja pada jiwa bernafas. Dan apakah jiva bernafas itu, itulah buddhi dan apakah buddhi itu, itulah jiva bernafas.
  • Kedua-duanya, yang vital dan buddhi, hidup bersama dan pergi bersama.

ic] ga --5--
III.5. vàg evàsyà ekam aògam udùíham, tasyai nàma parastàt prativihità bhùta-màtrà, pràóa evàsyà ekam aògam udùíham, tasya gandhaá, parastàt prativihità bhùta-màtrà, cakûur evàsyà ekam aògam udùíham, tasya rùpaý parastàt prativihità bhùta-màtrà, úrotram evàsyà ekam aògam udùíham, tasya úabdaá parastàt prativihità bhùta-màtrà, jihvavàsyà ekam aògam udùíham tasyà anna-rasaá parastàt prativihità bhùta-màtrà, hastàv evàsyà ekam aògam udùíham, tayor karma parastàt prativihità bhùta-màtrà, úarìram evàsya ekam aògam udùíham, tasya sukha-duákhe parastàt prativihità bhùta-màtrà, upastha evàsyà ekam aògam udùíham, tasyànando ratiá prajàtiá parastat prativihità bhùta-màtrà, pàdàv evàsyà ekam aògam udùíham, tayor ityàá parastàt prativihità bhùta-màtrà, mana evàsyà ekam aògam udùíham, tasya dhìá kàmàá parastàt prativihità bhùta-màtrà.
5. Wicara adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal itu. Nama adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Nafas adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Keteraturan adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Mata adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Bentuk adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Telinga adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Suara adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Lidah adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Rasa makanan adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Kedua tangan adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Pekerjaan adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Raga adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Kesenangan adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Alat kelamin adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Sukacita, kegembiraan dan berkembang biak adalah unsur obyek yang berhubungan secara luas. Kedua kaki adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Gerak adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar. Pikiran adalah satu bagian yang dikeluarkan dari hal ini. Buah pikiran dan nafsu-nafsu adalah unsur obyek yang berhubungan secara luar.
  • Wicara dan lain-lain adalah bagian dari kearifan prajñàyà vibhàgam dan obyek yang berhubungan dengannya di dunia luar. Obyek-obyek ini digambarkan sebagai unsur-unsur yang berada di luar.
  • udùíham : dikeluarkan, diangkat dari. Yang menafsirkan membacanya adùdham adùduhat, diperah.


KEUTAMAAN DARI BUDDHI

ic] ga --6--
III.6. prajñayà vàcaý samàruhya vàcà sarvàói nàmàny àpnoti prajñayà pràóam samàruhya pràóena sarvàn gandhàn àpnoti, prajñayà cakûuá samàruhya cakûuûà sarvàói rùpàóy àpnoti, prajñayà úrotraý samàruhya úrotreóa sarvàn úabdàn àpnoti, prajñayà jihvàý samàruhya jihvayà sarvàn anna-rasàn àpnoti, prajñayà hastau samàruhya hastàbhyàý sarvàói karmàóy àpnoti, úarìraý samàruhya úarìreóa sukha-duákhe àpnoti, prajñà-yopasthaý samàruhyopasthenànandam ratiý prajàtim àpnoti, prajñayà pàdau samàruhya pàdàbhyàý sarvà ityà àpnoti, prajñayà manaá samàruhya manasà sarvàói dhyànàny àpnoti.
6. Setelah dapat mengendalikan wicara dengan kearifan, dengan wicaralah seseorang memperoleh nama-nama. Setelah dapat mengendalikan nafas dengan kearifan, dengan nafaslah dia memperoleh semua bau-bauan. Setelah dapat mengendalikan mata dengan kearifan, dengan matalah dia memperoleh semua bentuk-bentuk. Setelah dapat mengendalikan telinga dengan kearifan, dengan telingalah dia memperoleh suara. Setelah dapat mengendalikan lidah dengan kearifan, dengan lidahlah seseorang dapat memperoleh semua rasa makanan. Setelah dapat mengendalikan tangan dengan kearifan, dengan tanganlah seseorang dapat memperoleh semua tindakan-tindakan. Setelah dapat mengendalikan raga dengan kearifan, seseorang memperoleh rasa nikmat dan kesakitan. Setelah dapat mengendalikan alat kelamin dengan kearifan, dengan alat kelaminlah seseorang memperoleh sukacita, kesenangan dan keturunan. Setelah dapat mengendalikan kedua kaki dengan kearifan, dengan kedua kakilah seseorang memperoleh gerakan. Setelah dapat mengendalikan pikiran dengan kearifan, dengan pikiranlah seseorang memperoleh semua buah pikirannya.
  • samàruhya : setelah dapat mengendalikan. Harfiah, setelah menunggangi, samyak àrohaóam kåtvà.

ic] ga --7--
III.7. na hi prajñàpetà vàò nàma kiñcana prajñàpayet, anyatra me mano-bhùd ity àha nàham etan nàma prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetaá pràóo gandhaý kañcana prajñàpayet, anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etaý gandham prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetam cakûùrùpam kiñcana prajñàpayet, anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etad rùpam prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetaý úrotraý úabdaý kañcana prajñàpayet anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etam úabdaý prajñàsiûam iti; na hi prajñàpetà jihvànna-rasam kañcana prajñàpayet anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etam anna-rasam prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetau hastau karma kiñcana pràjñàpayetàm anyatra me mano’bhùd ity àha nàhàm etat karma prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetaý úarìraý sukhaý na duákhaý kiñcana prajñàpayet anyatra me mano bhùd ity àha nàham etat sukhaý na duákhaý prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetà upastha ànandam na ratiý me prajàtiý kàñcana prajñàpayet anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etam ànandaý na ratiý na prajàtim prajñàsiûam iti, na hi prajñàpetau pàdàv ityàý kàñcana prajñà-payetàm anyatra me mano’bhùd ity àha nàham etàm ityàm prajñàsiûam iti na hi prajñàpetà dhìá kàcana sidhyen na prajñà-tavyam prajñàyeta.
7. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, wicara tidak dapat menyampaikan nama apapun (kepada àtman). “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak mengenal nama itu”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, nafas tidak akan bisa mengenal bau apapun. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak mengenal bau itu”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, mata tidak akan bisa mengetahui bentuk apapun. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak mengenal bentuk itu”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, telinga tidak aka nmengenal suara apapun. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak mengenal suara itu”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, lidah tidak akan mengetahui rasa makanan yang manapun. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak mengenal rasa makanan itu”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, kedua tangan tidak akan bisa mengetahui tindakan apapun. “Pikiranku ada di tempat lain”, mereka berkata : “Kita tidak mengetahui tindakan apapun”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, tubuh tidak akan mengenal kenikmatan dan kesakitan. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata : “Aku tidak merasakan kenikmatan dan kesakitan”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, alat kelamin tidak akan mengenal sukacita, kesenangan dan keturunan. “Pikiranku ada di tempat lain”, dia berkata “Aku tidak mengenal sukacita, kesenangan dan keturunan”. Sebab sesungguhnya tanpa kearifan, kedua kaki tidak akan mengerti gerakan apapun, “Pikiran kami ada di tempat lain”, mereka berkata: “Kami tidak mengenal gerakan itu”. Tanpa kearifan, tidak akan ada pikiran apapun yang bisa berdaya guna. Tiada sesuatupun yang bisa dikenal menjadi bisa dikenal.

SUBYEK DARI SEMUA PENGETAHUAN DAN TUJUAN POKOKNYA


ic] ga --8--
III.8. na vàcaý vijijñàsìta vaktaraý vidyàt, na gandhaý vijijñàsìta ghràtàraý vidyàt, na rùpaý vijijñàsìta draûþàraý vidyàt, na úabdaý vijijñàsìta úrotàram vidyàt, nànna-rasaý vijijñàsì-tànnara-sasya vijnàtàraý vidyàt, na karma vijijñàsìta kàrtàraý vidyàt, na sukha-duákhe vijijñàsìta sukha-duákhayor vijñàtàraý vidyàt nànandaý na ratim na prajàtiý vijijñàsìtànandasya rateá prajàter vijñàtàraý vidyàt, netyam vijijñàsìtaitàraý vidyàt, na mano vijijñàsìta mantàraý vidyàt, tàvà età daúaiva bhùta-màtrà adhiprajñam, daúa prajñà-màtrà adhibhùtaý yadd hi bhùta-màtrà na syur na prajñà-màtràá syur, yad và prajñà-màtrà na syur na bhùta-màtràá syuá, na hy anyatarato rùpaý kiñcana sidhyen no etan nànà tad yathà rathasyàreûu nemir arpito nàbhàv arà arpità evam evaità bhùta-màtràá prajñà-màtràsv arpitàá, prajñà-màtràá pràóe’rpitàá, sa eûa pràóa eva prajñàtmà-nando’jaro’måtaá, na sàdhunà karmaóà bhùyàn bhavati evàsàdhunà kanìyàn, eûa hy eva sàdhu karma kàrayati tam yam ebhyo lokebhya unninìûata eûa u evàsàdhu karma kàrayati taý yam adho ninìûate, eûa lokapàla eûa lokàdhipatiá, eûa lokeúaá, sa ma àtmeti vidyàt, sa ma àtmeti vidyàt.
8. Wicara bukanlah apa yang seseorang ingin mengerti, seseorang seharusnya mengerti siapa pembicaranya. Bau-bauan bukanlah sesuatu yang seseorang ingin mengerti, tetapi seorang harus mengerti siapa yang mempunyai bau itu. Bentuk bukanlah sesuatu yang seseorang ingin mengetahuinya, melainkan seorang seharusnya mengerti yang melihat (dari bentuk itu). Suara bukanlah sesuatu yang seseorang ingin mengetahuinya, melainkan seseorang semestinya mengetahui pendengarnya. Rasa makanan bukanlah sesuatu yang seseorang ingin ketahui, melainkan seharusnya mengerti orang yang bisa membedakan rasa makanan. Perbuatan bukanlah sesuatu yang seseorang ingin artikan, melainkan seseorang semestinya mengetahui pelaku perbuatan itu. Kenikmatan dan kesengsaraan, bukanlah sesuatu yang seseorang ingin ketahui, melainkan seseorang semestinya mengetahui dia yang bisa membedakan kenikmatan dan kesengsaraan. Sukacita, kesenangan dan menghasilkan keturunan bukanlah sesuatu yang seseorang ingin mengetahuinya, melainkan seseorang semestinya mengetahui dia yang bisa mengerti sukacita, kesenangan dan menghasilkan keturunan. Gerak bukanlah sesuatu yang seseorang ingin ketahui, melainkan yang seseorang semestinya mengetahui pemikirnya. Kesepuluh unsur keberadaan ini adalah yang ada hubungannya dengan kearifan. Unsur-unsur kearifan yang jumlahnya sepuluh ini adalah yang dalam hubungannya dengan keberadaan. Sebab sesungguhnya apabila tidak ada unsur keberadaan, tidak akan ada unsur kearifan. Sesungguhnya bila tidak ada unsur kearifan, tidak akan ada unsur keberadaan. Sebab tidak akan ada bentuk apapun yang bisa dihasilkan hanya dari satu hal saja. Dan kearifan dari àtman ini tidaklah jamak. Sebab seperti pada karma dimana velg itu ditempatkan pada jari-jari dan jari-jari ditempatkan pada as, demikian juga unsur-unsur keberadaan ini ditempatkan pada unsur-unsur kearifan dan unsur-unsur kearifan ditempatkan pada jiwa bernafas. Jiwa bernafas yang sama ini sesungguhnya adalah àtman dari kearifan, ànanda (sukacita), abadi. Dia tidak menjadi besar karena perbuatan-perbuatan baiknya dan dia tidak akan menjadi besar karena perbuatan-perbuatan buruknya. Dia ini sesungguhnya, menyebabkan dia yang diinginkannya untuk menuntun dari dunia ini dan menjalankan perbuatan-perbuatan baik. Ini juga yang menyebabkan dia yang memang diinginkannya untuk turun dan melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Dia adalah pelindung dunia, dia adalah yang berdaulat atas dunia, dia adalah penguasa semuanya. Dia adalah àtman-ku, inilah yang semestinya diketahui seseorang; dia adalah àtman-ku, inilah yang semestinya diketahui.
  • Kita harus mengerti subyek dan juga obyeknya. Mengerti dan keberadaan adalah berhubungan. Hubungan antara faktor yang subyektif (prajñà-màtrà) dan yang obyektif (bhùta-màtrà) diketahui. Interaksi antara keduanya memberikan kita pengetahuan tentang dunia luar. Bd. Dìgha Nikàya : “Haruslah ada alat indriya, obyek yang pantas dan rasa mengerti. Pada pertemuan dari ketiga hal ini pada satu operasi mental-lah terletak kemungkinan dari adanya rasa (sensation)”.
  • Subyek yang sesungguhnya adalah àtman Semesta. Kegiatan dari àtman individu diperoleh dari Yang Maha Tinggi. Dia tidaklah berdiri sendiri dari ìúvara : jìvasya kartåvaý paràd eva bhavati; na tu tat ìúvara-nira-pekûam. Ú.B.II.3.41.


BAB IV
PENGERTIAN BRAHMAN YANG PROGRESIF

ic] ga --1--
IV.1. atha ha vai gàrgyo bàlàkir anùcànaá saýspaûþa àsa, so’ vasad uúìnareûu savasan matsyeûu kurupañcàleûu kàúivideheûv iti, sa hàjàtaúatruý kàúyam àbrajyovàca : brahma te bravàóìti, taý hovàca ajàtaúatruá sahasraý dadma iti, etasyàm vàci janako janaka iti và u janà dhàvantìti.
1. Alkisah, Gàrgya Bàlàki, yang termashur karena sangat terpelajar dalam susastra, dan diceritakan, bahwa dia berdiam diantara para Usìnaras, diantara para Matsyas, Kurupancàlas, Kàsividehas. Dia, setelah datang kepada Ajàtasatru dari Kàsi, berkata : Akan kuajarkan brahman kepada Anda. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Seribu ekor sapi akan kuberikan kepada Anda”. Dalam perkataan seperti ini, sesungguhnya, orang-orang akan berlari dan berseru, Janaka, Janaka.
  • Lihat B.U.II.1
  • Jiwa bernafas yang dihubungkan dengan prajnà atau kecerdasan diuraikan dalam bab berikut. Bahkan ini, sekarang bisa dikatakan bukanlah àtman yang maha tinggi.
  • saýspaûþaá : termashur, sarvatra prathita-kìrtiá.
  • savasan matsyeûu : v. satvanmatsyeûu : diantara para satvanmatsyas.
  • Janaka : ayah, nama raja Mithila, yang termashur karena pengetahuannya tentang brahman : brahma-vidyàyàá sopàyàyàá dàtà vaktà ca pitety evam …. mithileúvaram eva gacchanti.

ic] ga --2--
IV.2. àditye båhac, candramasy annam, vidyuti satyam, stanayitnau úabdo, vàyàv indro vaikuóþha, àkàúe pùróam, agnau viûàsahir iti, apsu teja ity adhidaivatam ; athàdhyàtmam; àdarúe pratirùpaúchàyàyàý dvitìyaá, pratiúrutkàyàm asur iti úabde måtyuá, svapne yamaá, úarìre prajàpatiá, dakûióe akûiói vàcaá, savye’kûiói satyasya.
2. Pada matahari yang agung, pada bulan makanan, pada kilat kebenaran, pada guntur suara, pada angin Indra Vaikuntha, pada angkasa penuhnya, pada api penakluk, pada air sinar, itulah dalam hubungannya dengan para dewata. Sekarang dalam hubungannya dengan àtman : pada cermin bayangan pada bayangan, kembarannya, pada auman suara yang hidup, pada suara kematian, pada tidur Yama pada raga Prajà-pati, pada mata kanan wicara, pada mata kiri kebenaran.
  • Mantra ini seolah-olah daftar isi dari pembicaraan berikutnya.


BRAHMAN DALAM BERBAGAI FENOMENA KOSMIS

ic] ga --3--
IV.3. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa àditye puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhà båhat-pàóðura-vàsà atiûþhàá sarveûàm bhùtànàm mùrdheti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste’ tiûþhàá sarveûàm bhùtànàm mùrdhà bhavati.
3. Kemudian Balaki berkata : “Wujud yang berada pada matahari, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepada dia yang agung, berbaju putih, yang maha tinggi, pemimpin semua makhluk. Dia yang samàdhi kepadanya akan menjadi yang maha agung, pemimpin semua makhluk”.

ic] ga --4--
IV.4. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa candramasi puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhà annasyàtmeti và aham etam upàsa iti. sa yo haitam evam upàste’ nnasyàtmà bhavati.
4. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada di bulan, kepadanya sesungguhnya aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai àtman dari makanan. Seseorang yang samàdhi kepadanya akan menjadi àtman-nya makanan”.
  • Dalam sifat yang bagaimana kita samàdhi kepada Yang Maha Kuasa, kita akan memiliki sifat itu.

ic] ga --5--
IV.5. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa vidyuti puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá satyasyàtmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste, satyasyàtmà bhavati.
5. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada kilat, kepadanyalah aku samàdhi. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai àtman dari kebenaran. Seseorang yang samàidhi kepadanya akan menjadi àtman-nya kebenaran”.
  • Àtman-nya kebenaran ; v. tejasyàtmà : àtman-nya sinar.

ic] ga --6--
IV.6. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa stanayitnau puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, úabdasyàtmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste úabdasyàtmà bhavati.
6. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada guntur, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepada dia sebagai àtman-nya suara. Seseorang yang samàdhi kepadanya akan menjadi àtman-nya suara”.

ic] ga --7--
IV.7. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa vàyau puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá indro vaikuóþho’ paràjità seneti và aham etam upàsa in sa yo haitam evam upàste jiûóur ha và aparàjayiûóur anyatastyajàyì bhavati.
7. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada di udara, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepada dia kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai Indra Vaikuntha, angkatan perang yang tidak terkalahkan. Seseorang yang samàdhi kepadanya akan terus memperoleh kemenangan, yang tidak bisa dikalahkan penakluk yang lain.
  • jiûóuá : memperoleh kemenangan, jayana-úìlaá.
  • aparàjayiûóuá : tidak terkalahkan, parair jetum aúakya-úìlaá.

ic] ga --8--
IV.8. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa àkàúe puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, pùróam apravåtti brahmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste pùryate prajayà paúubhir yaúasà brahma-varcasena svargeóa lokena sarvam àyur eti.
8. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada di angkasa, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai brahman yang penuh dan non aktif. Dia yang samàdhi kepadanya akan mempunyai banyak keturunan, ternak, kemashuran, kecemerlangan pengetahuan brahman dan dunia svarga. Dia akan mencapai umur yang penuh dalam hidupnya”.
  • a-pravåtti : non-aktif, kriyà-úùnyam.

ic] ga --9--
IV.9. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûo’gnau puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, viûàsahir iti và aham etam upàsa iti sa yo haitam evam upàste viûàsahir ha và anyeûu bhavati.
9. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada di api, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai orang yang tidak bisa dibendung. Kemudian dia yang samàdhi kepadanya akan menjadi seorang yang sukar dibendung, diantara orang-orang”.
  • viûàsahiá : tidak bisa dibendung, vividha-sahana-úìlaá atau duásahaá.

ic] ga --10--
IV.10. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûo’psu puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, tejasa àtmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste tejasa àtmà bhavati, iti adhidaivatam, athàdhyàtmam.
10. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada di air, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai àtman-nya sinar. Seseorang yang samàdhi kepadanya akan menjadi àtman-nya sinar”. Itulah keterangan yang ada hubungannya dengan para dewata. Sekarang yang berhubungan dengan àtman.
  • àtman dari sinar : v. nàmnasya àtmà, àtman dari nama, sumbernya, kàraóam.

ic] ga --11--
IV.11. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa àdarúe puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, pratirùpa iti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste pratirùpo haivàsya prajàyàm àjàyate nàpratirùpaá.
11. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang ada pada cermin, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai bayangan yang sama. Dia yang samàdhi kepadanya akan mempunyai keturunan yang mirip dengan dia, bukannya tidak mirip”
  • pratirùpaá : mirip sadåúaá.

ic] ga --12--
IV.12. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa chayàyàm puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývadayiûþhàá, dvitìyo’napaga iti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste pratirùpo haivàsya prajàyàm àjàyate nàpratirùpaá.
12. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada dalam bayangan, kepa-danyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai yang kedua yang tidak terpisahkan. Dia, kemudian yang samàdhi kepadanya akan memperoleh dari yang keduanya dan menjadi pemilik dari keduanya”.
  • anapagaá : tiada terpisahkan, apagamana-úùnyaá.
  • dari yang keduanya : istrinya.
  • memiliki yang keduanya : mempunyai keturunan putra-pautràdibhir bhavati.

ic] ga --13--
IV.13. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa pratiúrutkàyàm puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, asur iti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste na purà kàlàt sammoham eti.
13. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada auman suara, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai yang hidup. Dia yang samàdhi kepadanya tidak akan menjadi tidak sadar sebelum waktunya”.
  • - auman suara v. chàyà bayangan.
  • - Dia tidak akan sadar, tidak akan mati sebelum waktunya : sammoham maranam.

ic] ga --14--
IV.14. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa úabde puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývadayiûþhàá, måtyur iti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste na purà kàlàt praitìti.
14. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada suara, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Jangan membiarkan aku bicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya, sebagai kematian. Dia yang samàdhi kepadanya tidak akan mati sebelum waktunya”.

ic] ga --15--
IV.15. sa hovàca bàlàkiá, ya evaitat puruûaá suptaá svapnayà carati tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývàdayiûþhàá, yamo ràjeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste sarvaý hàsmà idaý úraiûþhyàya yamyate.
15. Kemudian Bàlàki berkata : “Dia, yang ketika tertidur, bergerak kemana-mana dalam mimpinya, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai Maharaja Yama. Dia kemudian yang samàdhi kepadanya, semua keinginannya di sini akan terkabul (kesejahteraan)”.
  • - úraiûþhyàya : untuk kesejahteraannya, adhikatvàya.

ic] ga --16--
IV.16. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa úarìre puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývadayiûþhàá, prajàpatir iti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste prajàyate prajayà paúubhir yaúasà brahma-varcasena svargeóa lokena sarvam àyur eti.
16. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada raga, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai Prajà-pati (Tuhan Pencipta). Dia yang samàdhi kepadanya akan bertambah keturunannya, ternaknya, kemashurannya, kecemerlangannya dan kesuciannya, svarga duniawi, dan dia mencapai waktu penuh dari hidupnya”.
  • - prajàyate menjadi bertambah, våddhir bhavati.

ic] ga --17--
IV.17. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa dakûióe’ kûiói puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývadayiûþhàá, vàca àtmàgner àtmà jyotiûa àtmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste eteûàý sarveûàm àtmà bhavati.
17. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada mata kanan, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai àtman dari wicara, àtman dari api, àtman dari sinar. Dia yang samàdhi kepadanya akan menjadi àtman dari semuanya ini”.

ic] ga --18--
IV.18. sa hovàca bàlàkiá, ya evaiûa savye’ kûiói puruûas tam evàham upàsa iti, taý hovàca ajàtaúatruá, mà maitasmin saývadayiûþhàá, satyasyàtmà, vidyuta àtmà, tejasa àtmeti và aham etam upàsa iti, sa yo haitam evam upàste eteûàý sarveûàm àtmà bhavati.
18. Kemudian Bàlàki berkata : “Wujud yang berada pada mata kiri, kepadanyalah aku samàdhi”. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Janganlah membiarkan aku berbicara tentang dia. Aku samàdhi kepadanya sebagai àtman kebenaran, àtman dari kilat, àtman dari sinar. Dia yang samàdhi kepadanya akan menjadi àtman dari semuanya ini”.


ÀTMAN SEMESTA PADA JANTUNG

ic] ga --19--
IV.19. tata u ha bàlàkis tùûóìm àsa, taý hovàca ajàtaúatruá, etàvann u bàlàkà iti, etàvad iti hovàca bàlàkiá, taý hovàca ajàtaúatruá, måûà vai khalu mà saývàdayiûþhà brahma te bravàóìti, yo vai bàlàka eteûàm puruûàóàý kartà, yasya vai tat karma, sa vai veditavya iti : tata u ha bàlàkiá samit pàóiá praticakrama upàyànìti, taý hovàca ajàtaúatruá, pratiloma rùpam eva tan manye yat kûatriyo bràhmaóam upanayetaihi vyeva, tvà jñapayiûyàmìti, taý ha pàóàv abhipadya pravavràja tau ha suptam puruûam àjagmatuá, taý hàjàtaúatruá àmantrayàýcakre, båhat pàóðara-vàsaá soma-ràjann iti, sa u ha úiúya eva, tata u hainaý yaûþyàvicikûepa sa tata eva samuttasthau taý hovàca ajàtaúatruá, kvaiûa etad bàlàke puruûo’ úayiûþa, kvaitad abhùt, kuta etad àgàd iti, tata u ha bàlàkir va vijajñe, taý hovàca ajàtaúatruá, yatraiûa etad bàlàke puruûo’ úayiûþa, yatraitad pabhùt, yata etad àgàd iti, hità nàma puruûasya nàdyo hådayàt urìtatam abhipratanvanti, tad yathà sahasradhà keúo vipàþitas tàvad aóvyaá piògalasyàóimnà tiûþhanti, úuklasya kåûóasya pìtasya lohitasya ca, tàsu tadà bhavati yadà suptaá svapnaý na kañcana paúyati.
19. Sesudah itu Bàlàki menjadi terdiam. Kemudian Ajàtasatru berkata kepadanya : “Hanya sampai di sinikah yang Anda ketahui Bàlàki ?” “Sampai di situ saja” jawab Bàlàki. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Tiada gunanya jadinya Anda membuat aku berbicara ketika Anda mengatakan : Marilah kuterangkan brahman kepada Anda. Dia susungguhnya, wahai, Bàlàki, yang menjadi pencipta wujud-wujud ini (yang telah Anda sebutkan berturut-turut), dia yang semuanya ini adalah perbuatannya, dia sendirilah yang sesungguhnya perlu diketahui”. Karena itu, dengan ghee di tangannya, Bàlàki mendekat dan berkata : “Terimalah aku sebagai murid”. Kepadanya kemudian dengan menuntunnya Ajàtasatru berkata : “Ini saya anggap sebagai tindakan yang tidak umum bahwa seorang ksatriya harus menerima seorang Bràhmaóa sebagai murid. Marilah aku akan membuat Anda mengerti”. Kemudian dengan menuntunnya, dia melanjutkan perjalanan. Keduanya kemudian menjumpai seseorang yang sedang tertidur. Kemudian Ajàtasatru berkata kepadanya : “Engkau yang agung, berpakaian serba putih, Raja Soma”. Tetapi orang itu hanya diam saja. Karena itu dia mendorongnya dengan tongkat. Dia seketika terbangun. Kepadanya kemudian Ajàtasatru berkata : “Dalam hal ini wahai Bàlàki, dimana sebenarnya orang ini berada, apa yang terjadi padanya di sini, dari mana dia sebelum kembali ke sini?” Mengenai hal ini Bàlàki sama sekali tidak tahu. Kepadanya kemudian dia berkata : Dalam hal ini, wahai Bàlàki orang ini telah terbaring, apa yang terjadi atas dirinya di sini, dari mana dia kemudian kembali ke sini, seperti yang aku tanyakan, adalah saluran dari wujud itu yang disebut hità, yang mulai dari jantung dan sampai kepada saluran raga (pericardium). Lebih kecil dari rambut yang dibelah seribu, mereka berisi sari halus yang berwarna putih, hitam, kuning dan merah. Pada hal-hal inilah seseorang itu berada pada saat dia tertidur dan tidak melihat mimpi apapun.
  • Lihat B.U.II.1l.16.
  • måûà : sia-sia, vitatham.
  • veditavyaá : yang semestinya diketahui, secara langsung dimengerti sàkûàtkàraóìyaá.
  • Ketika seorang bràhmaóa merendahkan dirinya, sang raja menerimanya sebagai murid, apagata-garvam bràhmaóam dìnatamàm avasthàm pràptam.
  • úiúye : terbaring diam, úayanaý cakre ; v. úiûya : murid.
  • avicikûepa : didorong, à samantàt tàðitavàn.


KEMANUNGGALAN SESUNGGUHNYA PADA ÀTMAN


ic] ga --20--
IV.20. athàsmin pràóa evaikadhà bhavati, tad enaý vàk sarvair nàmabhiá sahàpyeti, cakûuá sarvaiá rùpaiá sahàpyeti, úrotraý sarvaiá úabdaiá sahàpyeti, manaá sarvair dhyànaiá sahàpyeti, sa yadà pratibudhyate yathàgner jvalataá sarvà diúo visphuliògà vipratiûþherann evam evaitasmàd àtmanaá pràóa yathàyatanaý vipratiûþhante, pràóebhyo devà devebhyo lokàá, sa eûa pràóa eva prajñàtmedaý úarìram àtmànam anupraviûþa àlomabhyà ànakhebhyaá, tad yathà kûuraá kûura dhàne’vopahito viúvambharo và viúvambharakulàya evam evaiûa prajñàtmedaý úarìram àtmànam anupraviûþa àlomabhya ànakhebhyaá, tam etam àtmànam eta àtmano’nvavasyante : yathà úreûþhinam svàs tad yathà úreûþho svair bhuòkte yathà và svàá úreûþhinam bhuñjanty evam evaiûa prajñàtmaitair àtmabhir bhuòktam evam evaita àtmàna etam àtmànam bhuñjanti sa yàvaddha và indra etam àtmànaý na vijajñe, tàvad enam asurà abhibabhùvuá, sa yadà vijajñe’ tha hatvàsuràn vijitya, sarveûàý ca devànàm, sarveûàý ca bhùtànàm úraiûþhyaý svàràjyam, àdhipatyam paryait tatho evaivam vidvàn sarvàn pàpmano’ pahatya sarveûàý ca bhùtànàý úraiûþhyam, svàràjyam, àdhipatyam paryeti ya evaý veda, ya evaý veda.
20. Kemudian dalam nafas hidup ini saja dia menjadi satu. Kemudian wicara dengan semua nama pergi kepada hal ini. Mata dengan semua bentuk pergi kepada hal ini. Telinga bersama dengan semua suara pergi kepada hal ini. Pikiran dan semua yang dipikirkan pergi kepada hal ini. Kemudian ketika dia terbangun, kemudian seperti percikan api yang mengarah ke semua tempat, demikian pula dari àtman ini, nafas vital bergerak kepada tujuannya masing-masing; dari nafas vital, kepada kekutan-kekuatan indriya ; dari kekuatan-kekuatan indriya kepada dunia. Jiwa hidup ini, bahkan àtman kecerdasan telah memasuki àtman yang memiliki raga ini sampai kepada rambut-rambut dan kuku. Seperti pula pisau cukur disembunyikan pada kotaknya dan api pada tempat api, demikian juga àtman yang memiliki kearifan ini telah memasuki àtman yang memiliki raga ini sampai kepada rambut dan kuku. Kepada àtman itulah àtman yang lain ini bergantung, seperti komandan kepada anak buahnya. Seperti juga komandan menikmati (orangnya) sendiri, atau seperti pula orang-orangnya siap melayani komandannya, begitu pula indriya yang arif ini menikmati àtman yang lain, bahkan juga àtman yang lain ini melayani àtman yang memiliki kearifan ini. Sesungguhnya selama indriya tidak mengerti àtman ini, selama ini pula raksasa akan mengalahkannya. Ketika dia mengerti, kemudian setelah àtman memukul jatuh dan mengalahkan para raksasa, dia menjadi termashyur di antara para dewata dan manusia, kedaulatan dan kekuasaan. Demikian juga dia yang mengerti akan hal ini, mengalahkan semua kejahatan, memperoleh kemashyuran, kedaulatan dan penguasaan atas semua makhluk dia yang mengerti akan hal ini, ya dia yang mengerti akan hal ini.
  • viúvambharaá : api, agniá.
  • bhuòkte : menikmati atau memberi makan, annam atti.
  • abhibabhùvuá : mengalahkan, menghina, abhibhavam paràbhavaý cakruá.

Baca uga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar