Jumat, 18 Mei 2012

Kena Upanisad (2)

lanjutan dari Kena Upaniûad (1)

Kena Upaniûad

MANTRÀ

AaPyayNtu mma½ain vaKp[a,é=u" è[o]mqo blimiNd–yai, c svaRi, --1--
1. àpyàyantu mamàògàni vàk prànaú cakûuá úrotram atho balam indriyàói ca sarvàói
1. Semoga anggota ragaku menjadi kuat, begitu juga bicaraku, nafas, mata, hidung dan juga tenagaku dan seluruh indriyaku.


sv| b[õopinzd' ma_h' b[õ inrak¦ya| ma ma b[õ inrakrotinrakr,mStu Ainrakr,' me_Stu --2--
2. sarvam brahmopaniûadam mà’ham brahma niràkuryàý mà mà brahma niràkarot aniràkaraóam astu aniràkaraóam me’stu.
2. Semuanya adalah brahman dari semua Upaniûad, Semoga aku tidak melupakan brahman. Semoga brahman tidak melupakan aku. Semoga tidak ada yang melupakan aku.

tdaTmin inrte y £pinzTsu /maRSte miy sNtu AO' - xaiNt" - xaiNt" - xaiNt" --3--
3. tad àtmani nirate ya upaniûatsu dharmàs te mayi santu Aum, úàntiá, úàntiá, úàntiá
3. Semoga semua kebenaran yang terdapat dalam Upaniûad hidup dalam diriku dan dipersembahkan kepada àtman, Aum, Úànti, Úànti, Úànti.


Bagian 1

SIAPAKAH WAKIL SESUNGGUHNYA DARI INDIVIDU?


kwneist' ptit p[eist' mn" kwn p[a," p[qm" p[Wit yuµ" -
kwneista' vacimma' vdiNt - c=u" è[o]' k £ dev yuniµ --1--
1. keneûitam patati preûitam manaá kena pràóaá prathamaá praiti yuktaá. keneûitàý vàcam imàý vadanti, cakûuá úrotraý ka u deva yunakti.
1. Atas kemauan siapa dan perintah siapa pikiran menerangi obyeknya? Atas perintah siapa pertama-tama yang hidup (pràóa) bergerak. Atas kemauan siapa seseorang mengucapkan kata-kata ini? Dan Dewata apakah yang mengendalikan mata dan telinga?
  • Pertanyaan yang diajukan dalam mantra ini oleh seseorang murid mencerminkan bahwa pengalaman-pengalaman apa yang dirasakan bukanlah semuanya dan hal ini tergantung dari suatu kenyataan yang kekal, keperluan akan adanya suatu dasar bagi keberadaan yang terbatas dari makhluk diasumsikan di sini. Pertanyaan ini memastikan bahwa ada hubungan antara kenyataan (yang kekal) dengan fenomena ini, bahwa yang nyata memerintah yang merupakan fenomena.


BRAHMAN YANG TIDAK BISA DIMENGERTI ADALAH PERANTARANYA


è[o]Sy è[o]' mnso mno yÜaco h vac' s £ p[a,Sy p[a," -
c=uzé=uritmuCy /¢ra" - p[eTyaSmaæokatm*ta .viNt --2--
2. úrotrasya úrotram manaso mano yad vàco ha vàcaý sa u pràóasya pràóaá. cakûuûaú cakûur atimucya dhìràá, prety àsmàl lokàt amåtà bhavanti.
2. Sebab ini adalah telinganya telinga, pikirannya pikiran, wicara yang sesungguhnya dari wicara, nafasnya nafas, matanya mata, yang arif dengan melepaskan (pikiran yang salah mengenai kemandirian diri) dan meninggalkan dunia ini, dia akan menjadi kekal.
  • Mantra ini berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada mantra pertama.
    telinganya telinga: berarti àtman-lah yang memerintah telinga.
    Ada Yang Nyata Kekal dibelakang pikiran yang hidup dan indriya pikirannya-pikiran, hidupnya hidup. Brahman bukanlah obyek subyek kepada pikiran, wicara dan indriya-indriya. Dia yang mengerti hal ini akan memperoleh hidup kekal dan bukan kepuasan sebahagian saja dari kehidupan duniawi. Di sini pada dunia ruang dan waktu kita selalu mencari Yang Diluar Sana, yang di luar ruang dan waktu. Di sana kita mempunyai kesadaran di luar ruang dan waktu.

n t] c=ugRC^it n vaGgC^it no mn" -
n ivÚo n ivjan¢mo yqWtdnuixZyat( --3--
3. na tatra cakûur gacchati na vàg gacchati no manaá. na vidmo na vijànìmo yathaitad anuúiûyàt.
3. Di sana mata tidak ke mana-mana, wicara tidak ke mana-mana dan pikiran tidak ke mana-mana, kita tidak mengerti, kita tidak tahu bagaimana seseorang bisa mengajarkan hal ini.
  • Kaþha VI. 12. M.U. III. (1)-8; T.U. II.4.
  • Yang Maha Tinggi tidaklah bergantung kepada pikiran, yang hidup dan indriya untuk keberadaan. 
  • “Pengetahuan tentang sebuah benda timbul melalui indriya atau pikiran, dan karena brahman tidaklah dijangkau oleh salah satu dari hal ini, kita tidak tahu bagaimana sifat-Nya. Karena itulah kita tidak bisa mengerti bagaimana seseorang bisa mengajarkan brahman itu kepada siûya-nya. Apa saja yang bisa dimengerti oleh indriya, itu bisa diterangkan kepada orang lain, dengan menggolongkan, membedakan, sifat-sifatnya, fungsi atau hubungan-hubungannya, jàti-guóa-kriyà-viúeûanaiá, Brahman tidak mempunyai satupun dari sifat-sifat ini dan karena itulah bagaimana sukar untuk menerangkan. Ú.
    Lihat juga Ìúa 10, 13.  

ANydev tiÜidtadqo Aividtadi/ -
—it xuè[um pUveRzaMye nStÜ)acci=re --4--
4. anyad eva tad viditàd atho aviditàd adhi. iti úuúruma pùrveûàm ye nas tad vyàcacakûire.
4. Dia lain dari pada yang sudah diketahui dan juga di atas dari yang tidak diketahui. Demikian yang bisa kita dengar dari ajaran kuno yang menerangkannya kepada kita.
  • Dia adalah di atas dari yang diketahui dan tidak diketahui, tetapi hal ini bukanlah tidak bisa diketahui. Mantra ke 6 berkata: tad eva brahma tvam viddhi, “ketahuilah itu sesungguhnya adalah brahman”, mencerminkan bahwa brahman bukanlah sesuatu yang di luar kemampuan kita untuk mengerti. Penulis mengatakan bahwa ajaran ini telah diturunkan oleh tradisi (ajaran kuno). Tidak bisa dimengerti oleh logika, brahma caitanyam àcàryopadeúa parampara-yaivàdhigantavyam, na tarkataá. Ú.
  • “Mereka yang mengerti tidak membicarakannya: yang membicarakannya tidak mengerti”. Tao Te Ching 5c. À. Terjemahan Inggris dari A. Waley atas The Way and the Power.

yÜaca n>yuidt' yen vag>yuÛte -
tdev b[õ Tv' ivi× ned' yiddmupaste --5--
5. yad vàcà nabhyuditam yena vàg abhyudyate. tad eva brahma tvaý viddhi nedam yad idam upàsate
5. Sesuatu yang tidak dinyatakan melalui wicara tetapi sesuatu dengan apa wicara itu dinyatakan, ketahuilah bahwa itulah sesungguhnya brahman bukan seperti yang dipuja orang.
  • Ú menjelaskan bahwa pengarang menekankan perbedaan antara brahman Yang Mutlak yang sebenarnya adalah àtman yang paling dalam pada diri kita dan Ìsvara, yaitu obyek yang disembah Ìsvara. 
  • Iúvara sebagai roh yang bersemayam (di dalam diri kita) dan bukan sebagai obyek (yang di luar kita) adalah apa Yang Nyata itu sebenarnya. Tuhan haruslah menjadi kekuatan di dalam diri kita dengan apa kita hidup dan tidak lagi menjadi Tuhan yang dimengerti dan ditakuti. Tetapi pengalaman ke dalam tentang Tuhan ini hanyalah dirasakan oleh yang maju dalam rohani. Seseorang dengan pikiran sederhana dan tidak reflektif akan mencari Tuhan yang di atas (di bukan di dalam). Doa Nabi Sulaiman: ‘Dengarkanlah Engkau yang di svarga, yang bersemayam di tempat tinggalMu.
  • bukan apa yang orang di sini sukai. Kepribadian Tuhan Yang Murni yang berada di luar semua perbedaan dan determinasi konseptual, ketika dibahas secara kosenptual dan konkrit akan menjadi seperti kata Eckhart sebuah ‘idola’. Seandainya memiliki Tuhan yang bisa kumengerti, aku tidak akan menganggapNya sebagai Tuhan lagi”.
    Roh tidak bisa dijadikan obyek. Wisik dari àtman adalah pada kedalaman kehidupan sesorang dan bukan pada dunia yang obyektif. Bagaimanapun tingginya angan-angan kita, selama angan-angan itu bersifat obyektif, dia adalah tetap bentuk dari pemujaan (idolatry). Ketika kita terikat pada dunia obyektif kita melihat Tuhan sebagai kekuatan luar yang sangat besar, kekuatan maha dahsyat yang wajib untuk didamaikan. Tuhan adalah yang hidup dan hanya akan bisa dilihat dalam kehidupan rohani. Hubungan dengan Yang Maha Tinggi adalah bersifat ke dalam yang memperlihatkan dirinya pada kedalaman kehidupan rohani. Jiva adalah kebebasan yang hidup, merupakan lawan dari kebutuhan, pasivitas dan kematian. Hal ini dan mantra selanjutnya menegaskan bahwa jiva harus membebaskan dirinya dari tunggangan kebutuhan. Lebih dekat hidup kita dengan Tuhan lebih sedikit kita memikirkannya.
  • Bd. Eckhart: Ketika jiva merenungkan Tuhan secara murni dia akan mengambil semua bahan dan hidupnya dan apa saja yang ada dari kedalaman Tuhan: tetapi tidak akan tahu apa-apa, tiada cinta, tiada sesuatupun. Dia akan berdiam secara semesta pada Tuhan dan tidak mengetahui sesuatu kecuali hanya bersama Tuhan. Segera dia sadar bahwa dia melihat, mencintai dan mengerti Tuhan, pada saat itu pula berarti kepergian dariNya. 

yNmnsa n mnute yenahumRno mtm( -
tdev b[õ Tv' ivi× ned' yiddmupste --6--
6. yan manasà na manute yenàhur mano matam. tad eva brahma tvaý viddhi nedam yad idam upàsate.
6. Hal itu yang tidak dipikirkan oleh pikiran (manas) tetapi dengan apa mereka katakan pikiran itu dipikirkan (berpikir) ketahuilah itu sesungguhnya adalah brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.
  • brahman adalah subyek murni dan jangan dikacaukan dengan obyek yang bagaimanapun mulianya.

yCc=uza n pXyit yen c=U'iz pXyit -
tdev b[õ Tv' ivi× ned' yiddmupaste --7--
7. yac cakûuûà na paúyati yena cakûùýûi paúyati. tad eva brahma tvaý viddhi nedam yad idam upàsate
7. Hal itu tidak dilihat oleh mata tetapi dengan apa mata dilihat (melihat) ketahuilah itu sesungguhnya adalah brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.

yCC^ão]e, n è[u,oit yen è[o]imd' è[utm( -
tdev b[õ Tv' ivi× ned' yiddmupaste --8--
8. yac cchrotreóa na úruóoti yena úrotram idaý úrutam. tad eva brahma tvaý viddhi nedam yad idam upàsate.
8. Hal itu tidak bisa didengar oleh telinga tetapi dengan apa telinga didengar (mendengar) ketahuilah itu sesungguhnya adalah brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.

yCp[a,en p[ai,it yen p[a," p[,¢yte -
tdev b[õ Tv' ivi× ned' y —dmupaste --9--
9. yac pràóena pràóiti yena pràóaá praóìyate. tad eva brahma tvaý viddhi nedam ya idam upàsate.
9. Hal itu tidak dinafasi oleh yang hidup tetapi dengan apa yang hidup bernafas; ketahuilah itu sesungguhnya adalah brahman dan bukan apa yang dipuja oleh orang-orang.


Bagian 2

PARADOX DARI TIDAK BISA DIMENGERTINYA BRAHMAN


yid mNyse suvedeit d.[mevaip nUn' Tv' veTq b[õ,o åpm( -
ydSy Tv' ydSy devezu Aq nu m¢ma'Symev te - mNye ividtm( --1--
1. yadi manyase suvedeti dabhram evàpi nùnaý tvaý vettha brahmaóo rùpam. yadasya tvaý yadasya deveûu atha nu mìmàýsyam eva te, manye viditam.
1. Bila engkau merasa bahwa engkau mengerti brahman dengan baik, itu artinya engkau hanya tahu sedikit, baik hal ini mengenai engkau (àtman individu) maupun para dewata. Karena itulah hal ini harus diselidiki olehmu (siûya) walaupun aku berpikir bahwa aku mengetahuinya.
  • dabhram, dibaca juga daharam. Keduanya berarti alpam, atau kecil. Apa saja yang manusiawi atau ketuhanan dibatasi oleh kata sifat dan karena itu tidak berbeda dengan kecilnya atau terbatasnya. brahman yang bebas dari kata sifat bukanlah obyek dari pengetahuan. Para siûya diwajibkan untuk merenungkan kebenaran ini dan dia dengan pertimbangan dan pengalaman intuisi akan sampai kepada kesimpulan dan mendekati gurunya seraya berkata, ‘Saya pikir bahwa sekarang saya mengerti brahman,’
    evam àcàryoktaá úiûya ekànte upaviûþaá samàhitassan, yathoktam àcàryeóa-àgamam arthato vicàrya tarkataú ca nirdhàrya, svànubhàvaý kåtvà, àcàrya-sakàúam upagamya, uvàca manye’ham, athedànìý viditam brahmeti. Ú.

nah' mNye suvedeit no n vedeit ved c -
yo nStÜed tÜed no n vedeit ved c --2--
2. nàham manye suvedeti no na vedeti veda ca. yo nas tad veda tad veda no na vedeti veda ca.
2. Saya tidak berpikir bahwa saya mengetahui hal ini dengan baik; juga saya tidak berpikir bahwa saya tidak mengetahui hal ini. Dia yang diantara kita mengerti hal ini, memang mengerti hal ini dan dia juga tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
  • “Bukanlah bahwa aku tidak mengetahuinya, bukan pula bahwa aku mengetahuinya” juga merupakan tafsiran yang dibenarkan.
  • Ada pengetahuan yang kita peroleh melalui proses falsafah tetapi ada juga pengetahuan jenis lain. St. Anthony, pendiri model dari monachisme di Mesir, menurut Cassian (kolose IX.31) mengutarakan pendapat ini mengenai doa; ‘Bahwa doa akan tidak sempurna di mana ulamanya mengerti dirinya atau doanya sendiri’. (Lihat Encyclopedia of Religions and Ethics, artikel tentang Katolik Roma).
  • Bd. Dionysius: “Ada pengetahuan paling tinggi tentang Tuhan yang mengambil tempat melalui kebodohan, pada kemanunggalan yang berada di atas akal buddhi ketika akal buddhi meninggalkan benda apapun dan kemudian meninggalkan dirinya sendiri juga dan bersatu dengan sinar yang amat terang, diterangi oleh kearifan yang dalamnya tiada terkira”. Divine Names VII. 3. Louis dari Blois berkata : Jiva setelah bersatu dengan ke-esa-an kepribadian Tuhan dengan sukacita melupakan dirinya; dan dengan diterangi oleh gemerlapannya kegelapan tiada terkira dan melalui pengetahuan menjadi seperti tiada memiliki pengetahuan dan bersemayam pada semacam kebodohan yang arif. Spiritual Mirror, B. XI.

ySyamt' tSy mt' mt' ySy n ved s" -
AivDat' ivjanta' ivDatmivjantam( --3--
3. yasyàmatam tasya matam matam yasya na veda saá. avijñàtaý vijànatàm vijñàtam avijànatàm.
3. Kepada siapa hal ini tidak dimengerti, kepada dia hal ini dimengerti; kepada siapa hal ini dimengerti, dia sebenarnya tidak mengerti. Ini tidak dimengerti oleh dia yang mengerti; ini dimengerti oleh dia yang tidak mengerti.
  • Mantra ini menunjukkan bagaimana kita berjuang dengan cara penyampaian manusia yang terbatas, bagaimana kita mengaku ketidaksempurnaan ucapan mental. 
  • Yang Maha Tinggi bukanlah obyek dari pengetahuan biasa tetapi realisasi intuitive. Jika kita berpikir bahwa kita mengerti brahman dan kita bisa menjelaskan-Nya sebagai obyek yang dimengerti di alam atau sebagai sebab yang ada di alam, maka sesungguhnya kita tidak mengerti Dia. Mereka yang merasa tidak mengerti dan tidak bisa mengenal-Nya dalam hal ini, sebenarnya memiliki pengetahuan mengenai Dia. brahman tidak bisa diterangkan sebagai obyek pengetahuan. Dia bisa disadari sebagai subyek pada semua pengetahuan. Ú. mengatakan bahwa pengetahuan sesungguhnya adalah pengalaman intuitive, samyag darúanam. Proses abstraksi yang dilakukan para ahli falsafah memberikan kepada kita gagasan yang abstrak, tetapi kekhawatiran intuitive dengan apa jiva dibawa di atas akal budhhi kedalam persatuan langsung dengan Tuhan adalah berbeda dengan abstraksi dan penyangkalan intelektuil.
  • Vajracchedika Sùtra, f.38 XXVI: “Mereka yang melihat Aku dalam bentuk apapun atau berpikir tentang Aku dalam kata apapun, cara berpikir mereka palsu dan mereka sama sekali tidak melihat Aku. Yang mulia itu semestinya dilihat dalam kitab suci kepunyaan mereka adalah badan kitab suci, Buddha dengan tepat harus dimengerti sebagai sifat kitab suci, dia tidak bisa dimengerti dengan cara lain”.
  • Plotinus: “Dengan kata lain, mereka telah melihat Tuhan dan tidak mengingatnya? Tidak mungkin adalah bahwasannya mereka melihat Tuhan selalu dan selama mereka melihara mereka tidak bisa menerangkan kepada diri mereka sendiri mereka mempunyai visi (memperoleh wisik); ingatan seperti ini adalah untuk jiva yang telah melupakannya” Enneads, IV 4-6. Nicolas dan Cusa, De Vis, Dei, B.XV: “apa yang memuaskan intelek adalah apa yang tidak dimengerti oleh intelek”.
  • Bd. Dionysius, Areopagite: Tuhan tidak terlihat dari sinar yang berlebihan. Dia yang mengerti Tuhan sebenarnya berada dalam kegelapan. Keberadaan Tuhan dalam kegelapan adalah ter-sembunyi dari setiap sinar dan menutup semua tanda-tanda. Dan bila seseorang melihat Tuhan dan mengenal serta mengerti apa yang dia lihat maka sebenarnya dia tidak melihat-Nya.


NILAI DARI PENGETAHUAN BRAHMAN


p[itbo/ividt' mt' Am*tTv' ih ivNdte -
AaTmna ivNdte v¢y| ivÛya ivNdte Am*tm( --4--
4. pratibodha-viditam matam amåtatvaý hi vindate. àtmanà vindate vìryaý vidyayà vindate amåtam.
4. Apabila hal ini dimengerti melalui semua tingkat kesadaran, ini artinya diketahui secara benar, sebab (dengan pengetahuan seperti ini) seseorang mencapai kekekalan hidup. Melalui àtman-nya sendiri seseorang memperoleh kekuatan dan melalui kearifan seseorang memperoleh kekekalan.
  • pratibodha-viditam: melalui setiap tingkat kesadaran. bodham bodham prati viditam. Ú. àtman adalah saksi dalam semua keadaan. Sarva-pratyaya darúi-cicchakti-svarùpa-màtraá. Mengetahui hal demikian adalah pengetahuan yang benar. Hal ini adalah apriori yang mutlak, landasan yang pasti untuk semua pengetahuan. Bila pratibodha-viditam diartikan sebagai jalan untuk sampai kepada kesimpulan tentang àtman, ini berarti àtman menjadi inti yang mempunyai sifat mengetahui dan bukan pengetahuan itu sendiri. Bodha-kriya-úaktimàn àtmà dravyam, na bodha-svarùpa eva. Ú. Pengetahuan muncul dan tenggelam. Ketika pengetahuan muncul, àtman dicari; ketika pengetahuan àtman menjadi inti yang tidak berakal. tathà naûþa-bodho, dravyamàtram nirviúeûaá. Ú. àtman menjadi subyek dari perubahan-perubahan.
  • Bila pratibodha-viditam berarti pengetahuan tentang àtman oleh àtman, obyek yang dimengerti adalah brahman yang terbatas dan bukan Yang Nyata yang tak terbatas. “Kerohanian yang murni hanya terikat oleh ingatan ke dalam dan pembicaraan mental dengan Tuhan. Jadi walaupun seseorang mungkin mempergunakan intervensi ini, hal ini hanya akan untuk sementara; jiva-nya akan seketika bergabung dengan Tuhan dan dia akan lupa semua benda-benda indriya”.
  • “Dari semua bentuk-bentuk dan tingkah laku pengetahuan, jiva harus mengosongkan dirinya sehingga tidak ada sisi pengetahuan apapun yang tertinggal; jiva harus tetap telanjang, seolah-olah ini tidak pernah melewatinya dan dalam keadaan sama sekali terlupakan”.

—h cedved¢dq sTymiSt n ceidhaveidNmht¢ ivniì" -
.Utezu .Utezu ivicNTy /¢ra" p[eTyaSmaæokadm*ta .viNt --5--
5. iha ced avedìd atha satyam asti na ced ihàvedin mahatì vinaûþiá. bhùteûu bhùteûu vicintya dhìràá pretyàsmàl lokàd amåtà bhavanti.
5. Bila ada seseorang mengerti hal ini dengan sendirinya ada kebenaran dan bila dia tidak mengerti maka ini berarti kehilangan besar. Karena itu, melihat atau mencari Yang Nyata pada semua makhluk, orang yang arif akan menjadi kekal pada saat meninggalkan dunia ini.
  • vicintya: vijñaya, sàkûàtkåtya. Ú. v. vicitya
  • Yang arif melihat brahman yang sama pada setiap makhluk.
  • di sini: Bila di sini, di dunia ini pada raga fisik ini kita sampai pada keberadaan kita yang sejati dan tidak lagi terikat pada proses pada perkembangan, kita artinya diselamatkan. Bila kita tidak menemukan kesadaran, kerugian kita sangatlah besarnya, sebab kita akan hilang pada kehidupan pikiran dan raga saja dan tidak akan naik ke atas hal ini yaitu ketingkat keberadaan supramental


Bagian 3

KIASAN TENTANG AVIDYÀ PARA DEWATA MENGENAI BRAHMAN


b[õ h deve>yo ivijGye - tSy h b[õ,o ivjye deva Amh¢yNt -
t EW=NtaSmakmevay' ivjyo_Smakmevay' mihma —it --1--
1. brahma ha devebhyo vijigye, tasya ha brahmaóo vijaye devà amahìyanta, ta aikûantàsmàkam evàyam vijayo’smàkam evàyam mahimà iti.
1. Dikatakan bahwa suatu kali  brahman melakukan penaklukan untuk para dewata dan para dewata mengagungkan diri pada kemenangan Brahman itu. Mereka berpikir bahwa ini adalah kemenangan mereka dan ini juga berkat kehebatan mereka. (Jadi bukan kemenangan dan keagungan brahman).
  • Yang Maha Tinggi yang tidak bisa dimengerti lebih tinggi dan semua dewata dan merupakan sumber kemenangan para dewata dan kekalahan para raksasa. brahman sebagai Ìúwara mengalahkan musuh jagat dan mengembalikan stabilitas.
  • Kita melihat dalam kiasan ini digantikannya dewata veda dengan brahman. Lihat B.U.I. 3. 1-7.

tÖ( hWza' ivjDO - te>yo h p[adubR.Uv -
tÞ Vyjant ikimd' y=imit --2--
2. tadd haiûàm vijajñau, tebhyo ha pràdur babhùva, tan na vyajànata kim idam yakûam iti.
2. Brahman sebenarnya mengetahui tipu muslihat mereka. Dia muncul di depan mereka. Mereka tidak tahu makhluk apa ini.
  • yakûam; jiwa, pùjyam mahad bhùtam iti. Ú.
  • Yang Maha Tinggi dengan kekuatan-Nya muncul di depan para dewata.
  • svayoga-màhàtmya-nirmitenàtyadbhutena vismàpanìyena rùpeóa devànàm indriya-gocare pràdurbabhùva. Ú.

te_ig{mb[uvn( - jatved EtiÜjan¢ih ikmetÛ=imit - tqeit --3--
3. te’gnim abruvan, jàta-veda etad vijànìhi kim etad yakûam iti, tatheti.
3. Mereka berkata kepada Agni: ‘Jàta-Veda, coba selidiki ini makhluk apa’. ‘Ya’ katanya.
  • jàta veda disebut maha tahu. Sarvajña-kalpam. Ú. jàtaý sarvaý vetti iti jàta-vedàá. Ini adalah nama yang diberikan kepada Agni dalam R.V.

td>yd–vt( - tm>yvdTko_St¢it -
Aig{vaR AhmiSm —Tyb[v¢t( - jatveda AhmiSm —it --4--
4. tad abhyadravat, tam abhyavadat ko’stìti, agnir và aham asmi ity abravìt, jàta-vedà aham asmi iti.
4. Dia mendekatinya dan berkata: ‘Siapa kamu?’ Agni menjawab; “Aku adalah Agni. Akulah Jàta-Veda.

tiSm'STviy ik' v¢yRimit - Ap¢d' sv| dhey' yidd' p*iqVya' —it --5--
5. tasmiýs tvayi kiý vìryam iti, apìdaý sarvam daheyam yad idam påthivyàý iti.
5. Dia bertanya lagi: ‘Kekuatan apa yang ada padamu?’ Agni menjawab: ‘Aku sanggup membakar apa saja yang ada di bumi’.

tSmW t*,' ind/O EtÖh —it - tdupp[eyay svRjven - tÞ xxak dG/um( - s tt Ev invv*te - nWtdxk' ivDatu' ydetÛ=imit --6--
6. tasmai tåóaý nidadhau etad daha iti, tad upapreyàya sarva-javena, tan na úaúàka dagdhum, sa tata eva nivavåte, naitad aúakaý vijñàtum yad etad yakûam iti.
6. Dia menempatkan sebatang rumput di depan Agni dan berkata, ‘Bakarlah’. Dia mendekat dengan kecepatan penuh tetapi tidak bisa membakarnya. Dia kembali dan berkata: ‘Aku tidak mengetahui makhluk apa ini’.

Aq vayumb[uvn( - vayvetiÜjan¢ih ikmetÛ=imit - tqeit --7--
7. atha vàyum abruvan, vàyav etad vijànìhi kim etad yakûam iti, tatheti.
7. Kemudian mereka berkata kepada Vàyu (Angin): ‘Wahai. Vàyu cobalah cari tahu Makhluk apa ini’. ‘Ya’, katanya. 

td>yd–vt( - tm>yvdt( ko_St¢it - vayuvaR AhmSm¢Tyb[v¢n( -
matirëa AhmSm¢it --8--
8. tad abhyadravat, tam abhyavadat ko’stìti, vàyur và aham asmìty abravìn, màtariúvà aham asmìti.
8. Dia mendekat dan berkata kepada Vàyu: ‘Siapa kamu?’ Vàyu menjawab: ‘Akulah Vàyu, akulah Màtariúvà.
  • màtari antarikûe úvayatìti màtariúvà. Ú.

tiSm'STviy ik' v¢yRimit - Ap¢d' svRmadd¢yMyidd' p*iqVyaimit --9--
9. tasmiýs tvayi kiý vìryam iti, apìdaý sarvam àdadìyam yad idam påthivyàm iti.
9. Dia bertanya (kepada Vàyu): ‘Kekuatan apa yang ada padamu’ Vàyu menjawab: ‘Aku sanggup meniup apa saja yang ada di bumi’.

tSmW t*,' ind/O EtdadTSveit - tdupp[eyay svRjven - tÞ xxakdatum( - s tt Ev invv*te - nWtdxk' ivDatuMydetÛ=imit --10--
10. tasmai tåóaý nidadhau etad àdatsveti, tad upapreyàya sarva-javena, tan na úaúàkadàtum, sa tata eva nivavåte, naitad aúakaý vijñàtum yad etad yakûam iti.
10. Dia menempatkan sebatang rumput di depan Vàyu dan berkata, ‘Tiuplah’. Vàyu mendekat dengan kecepatan penuh tetapi tidak bisa meniupnya. Dia kembali dan berkata: ‘Aku tidak mengetahui makhluk apa ini’.

AqeNd–mb[uvn( - m`vn( - EtiÜjan¢ih ikmetÛ=imit -
tqeit - td>yd–vt( - tSmaiTtrod/e --11--
11. athendram abruvan, maghavan, etad vijànìhi kim etad yakûam iti, tatheti, tad abhyadravat; tasmàt tirodadhe.
11. Kemudian mereka berkata kepada Indra: Wahai, Maghavan, cobalah cari. Makhluk apa ini?’ ‘Ya’ dia berkata. Dia cepat mendekat tetapi yang didekatnya segera menghilang.

s tiSmn{evakaxe iS]ymajgam bhuxo.manamuma' hWmvt¢' ta' hovac ikmetÛ=imit --12--
12. sa tasminn evàkàúe striyam àjagàma bahu-úobhamànàm umàý haimavatìý tàý hovàca kim etad yakûam iti.
12. Ketika pada daerah yang sama di langit, Indra bertemu dengan seorang wanita, yang sangat cantik, Umà putri Imavat dan berkata kepadanya: ‘Makhluk apakah ini?’
  • bahu-úobhamànàm umàm: yang tercantik. Umà adalah pelambang kearifan.
    Umà: nama ini dikatakan berasal dari kata u mà, janganlah melakukan tapa, yaitu ucapan yang disampaikan kepada Pàrvàti oleh ibunya.
  • Ceritera tentang Dewi Umà ini, putri dari Himàlaya yang menjelaskan idealisme gaib Upaniûad kepada para dewata adalah pernyataan imagninatif dari kebenaran bahwa pikiran-pikiran Upaniûad dikembangkan oleh penghuni-penghuni hutan di kawasan hutan luas Himàlaya.
    haimavatìm: putri Himavat. Orang-orang suci berdiam di sana dan peziarah pergi ke sana dan selama berabad-abad jiva manusia telah ditujukan kepada rangkaian pegunungan ini. 
  • Kearifan adalah hal yang paling indah dari segala hal yang indah. Sarveûàý hi úobhamànànàý úobhanatamà vidyà. Ú. virùpo’pi vidyàvàn bahu úobhate. Kecantikan adalah pencerminan dari kemurnian di dalam. Dosa meninggalkan bekas luka pada jiva atau malah merusak bentuknya. Umà adalah Yang Arif yang melenyapkan kebodohan Indra. Pengetahuan saja tanpa berkah Tuhan (divine grace) tidak akan menghasilkan apapun. Pada kehidupan orang-orang suci kita melihat bahwa terlihatnya malaikat atau mendengar suaranya akan membanjiri para orang suci dengan kekuatan baru dan memberikan penerangan.
  • Dalam Devì Saptaúatì dikatakan bahwa Ibu Jagat ini akan turun ke Bumi atau menjelma apabila ada gangguan yang disebabkan oleh makhluk dengan sifat-sifat raksasa.
    ittham yadà yadà bàdhà dànavotthà bhaviûyati,
    tadà tadàvatìryàhaý kariûyamy ari-saýkûayam
    màrkaóðeya Puràóa, Devi Saptaúati II.55.
    Durgà: kadang-kadang disembah sebagai Kàtyàyani, mewakili kearifan Tuhan, brahma-vidyà. Bd. mokûàrthibhir munibhir asta-samasta doûair vidyàsi sà bhagavatì, paramà hi devì: Wahai Dewi-ku Paduka adalah Kearifan, Dewi Maha Tinggi disembah oleh pencari kebebasan, oleh para åûi, di mana seluruh nafsu sirna, Durgà-saptaúatì.
  • Bd. Peter Abailard: Bagaimana lamanya pun Anda berdebat, Anda akan menghabiskan tenaga Anda cuma-cuma, kecuali anugerah dari svarga menjadikan pikiran Anda mampu untuk rahasia yang demikian besar. Latihan setiap hari dapat melengkapi pikiran dengan pengetahuan dari ilmu-ilmu yang lain, tetapi falsafah hanyalah dapat diperoleh dari anugrah semata dan apabila anugrah ini tidak mempersiapkan pikiran Anda ke dalam, falsafah Anda hanya akan memukul udara luar yang tidak ada gunanya.  


Bagian 4

PENGETAHUAN BRAHMAN ADALAH YANG PALING UTAMA


sa b[õeit hovac - b[õ,o va EtiÜjye mh¢y?vimit -
tto hWv ivda'ckar b[õ —it --1--
1. sà brahmeti hovàca, brahmaóo và etad vijaye mahìyadhvam iti, tato haiva vidàýcakàra brahma iti.
1. Dia (Uma) menjawab: ‘Yang pasti inilah brahman dan dalam kemenangan brahman, sesungguhnya kebesaran dewata berada. Sesudah itulah baru Indra mengerti bahwa itu adalah brahman
  • Tujuan cerita ini adalah untuk menggambarkan Maha Tingginya brahman dari semua perwujudan termasuk para dewata.
  • brahman di sini adalah Ìúvara atau kepribadian Tuhan yang menguasai jagat.
  • Bd. ‘Semua benda menangis kepada-Mu, teruskanlah, aku bukanlah Tuhan’. Eckhart.

tSmaÜa Ete deva AittraimvaNyaNdevaNydig{vaRyuirNd–" -
te öenn{eidî' pSp*xu" - te öenTp[qmo ivda'ckar b[õeit --2--
2. tasmàd và ete devà atitaràmivànyàn devàn yad agnir vàyur indraá, te hy enan nediûþham paspåúuá, te hy enat prathamo vidàýcakàra brahmeti.
2. Karena itu tiga dewata ini, Agni, Vàyu dan Indra memang melebihi dewata yang lain, sebab ketiganyalah dapat paling dekat brahman dan karena itu ketiganya pula yang pertama mengerti bahwa itulah brahman.

tSmaÜa —Nd–o_ittraimvaNyaNdevan( - s öenn{eidî' pSpxR -
s öenTp[qmo ivda'ckar b[õeit --3--
3. tasmàd và indro’titaràmivànyàn devàn, sa hy enan nediûþham pasparúa, sa hy enat prathamo vidàýcakàra brahmeti.
3. Karena itu Indra melebihi sangat jauh dewata yang lain. Dia sesungguhnya yang datang paling dekat dengan brahman. Dia sesungguhnya yang mengerti paling dahulu bahwa itu adalah brahman.
  • Dari ketiga-tiganya, Indra memperoleh pengetahuan bahwa itu adalah brahman melalui berkah Umà. brahman adalah Yang Maha Tinggi dan melalui kekuatan-Nya sajalah dewata memperoleh kebesaran. 
  • Lihat Kaþha VI.3.


BRAHMAN, KENYATAAN INDIVIDU DAN KOSMIS


tSyWz Aadexo ydetiÜÛuto VyÛutda —t¢NNym¢imzda -
—Tyi/dWvtm( --4--
4. tasyaiûa àdeúo yad etad vidyuto vyadyutadà itìn nyamìmiûadà, ity adhidaivatam.
4. Tentang brahman ini ada ajaran demikian: Ini adalah seumpama, seperti kilat yang memancarkan cahayanya ke mana-mana atau seperti kedipan mata. Ajaran ini menyangkut dewata.
  • ‘Seperti kilat yang tiba-tiba’: yathà sakåd vidyutam. Penggambaran kilat dipakai untuk menjelaskan terjadinya penyinaran seketika yang dihasilkan oleh persatuan dengan azas transendental dari kearifan semesta. Seperti kilat brahman memperlihatkan diriNya sekali kepada dewata dan menghilang. Ada pembesaran pikiran, kilatan sinar yang menerangi buddhi, bergejolaknya semangat yang menyebabkan emosi yang luar biasa dan kegembiraan tak terlukiskan. 
  • Para åûi menceritakan kepada kita bahwa kata-kata rahasia itu datang kepada mereka secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat, ketika semua hal didiamkan dalam kebekuan yang dalam.
  • Bd. The Cloud of Unknowing: ‘Di sanalah Dia suatu ketika mengirimkan sinar malaikat, menembus kabut kebodohan yang berdiri antara kamu dan Dia; dan memperlihatkan kepadamu beberapa sifatnya, yang seseorang tidak mungkin bisa melukiskannya’, B. XXVI.
    Bd. Augustine dikutip Eckhart: ‘Pada kilatan pertama pada saat seolah-olah disambar kilat, ketika Anda pertama-tama mendengar “Kebenaran” di sana masih seolah-olah Anda tidak bisa’. Rudolf Otto: Mysticism: East and West (1932), h. 34. 
  • Kedua gambaran mengenai pancaran kilat dan kedipan mata mencerminkan adanya pandangan yang tiba-tiba, sakåd-vijñànam, ke dalam Yang Nyata yang harus diubah menjadi kesadaran abadi ‘Kebenaran akhir hanya akan bisa diajarkan dengan contoh-contoh: nirupamasya brahmaóo yenopamànena upadeúaá. Ú.

Aqa?yaTmm( - ydetTgC^t¢v c mn" -
Anen cWtdupSmrTy.¢+,' s'kLp" --5--
5. athàdhyàtmam, yadetat gacchatìva ca manaá anena caitad upasmaraty abhìkûóaý saýkalpaá.
5. Sekarang ajaran tentang àtman. Ini adalah ke arah mana pikiran bergerak; dengan (pikiran) yang sama seorang mengingatnya terus-menerus; kemauan juga adalah sama.
  • Proses mental dengan apa kita mengingat, berpikir dan membayangkan brahman. Ada pendapat umum bahwa ada analogi antara jiwa Tuhan, dunia kosmis dan jiva individu. Pada beberapa kalimat seperti di sini dikatakan: ‘Demikianlah yang berhubungan dengan Tuhan; sekarang yang berhubungan dengan jiva’.

tÖ( h tÜn' nam - tÜnimTyupaistVym( -
s y Etdev' vedai. hWn' svaRi, .Utain s'vaH^iNt --6--
6. tadd ha tad-vanaý nàma, tad-vanam ity upàsitavyam, sa ya etad evaý vedàbhi hainaý sarvàói bhùtàni saývàñchanti.
6. brahman, obyek dari semua nafsu, itulah sesungguhnya yang paling dikasihi dari semuanya. Kepada hal inilah seharusnya samàdhi (tadvanam). Siapa yang mengerti hal ini, dialah yang semua orang akan mencarinya
  • tad-vanam: yang paling dikasihi; tasya pràói-jàtasya pratyag àtmà-bhùtatvàd vananìyaý sambhàjanìyam atas tadvanam nàma prakhyàtam, brahma tadvanam. Ú.
    vàñchanti: mencari, mencita-citakan, pràrthayanti. Ú.
     

£pinzd' .o b[Uih —it - £µa £pinzt( -
b[aõ¢' va v t £pinzdmb[Um - —it --7--
7. upaniûadam bho brùhi-iti, uktà upaniûat, bràhmìý và va ta upaniûadam abrùma, iti
7. Sang murid: ‘Junjunganku, ajarkanlah rahasia (Upaniûad kepada hamba’. Guru: ‘Rahasianya telah diajarkan kepada Anda. Kami telah mengajarkan Anda rahasia yang berhubungan dengan Brahman’.

tSyWtpodmkmeRit p[itîa - veda" svaR½ain - sTymaytnm( --8--
8. tasyaitapo-dama-karmeti pratiûþhà, vedàá sarvàògàni, satyam àyatanam.
8. Tapa, pengendalian diri dan perbuatan adalah penopangnya; Vedà adalah semua satuan-satuannya; kebenaran adalah tempat bersemayamnya
  • tapaá: tapa, ini diambil dari akar kata tap, membakar. Ini mencerminkan panas. Para orang suci dikatakan menjalankan tapa bertahun-tahun untuk memperoleh kesaktian. Yang Maha Tinggi dikatakan menjalankan tapa untuk mencipta. 
  • Tapa adalah latihan kehidupan rohani. Secara negative, ini adalah membersihkan jiva kita yang penuh dosa dan tidak sempurna; secara positive dia adalah pembinaan apa yang baik dan suci. Dalam sejarah agama, tapa dianggap sebagai jalan untuk tujuan rohani. Tirakat makan, minum, tidak tidur, berjemur dipanas, di tempat dingin dilakukan untuk mengalahkan tubuh. Dalam sejarah Hindu dan Kristen, penganiyaan tubuh banyak dilakukan seperti mempergunakan rantai, paku, benda-benda tajam, cemeti.

yo va Eta' Ev' vedaphTy paPmanmNte SvgeR lokw Jyeye p[ititîit - p[ititîit --9--
9. yo và etàm evam vedàpahatya pàpmànam ante svarge loke jyeye pratitiûþhati, pratitiûþhati.
9. Siapa yang mengerti hal ini, dialah yang sesungguhnya mengalahkan dosa, dan pada akhirnya akan dengan kukuh berdiri pada dunia Yang Maha Tinggi di svarga; ya, dia berdiri dengan tegap.
  • ante: pada akhirnya, v. anante, tanpa batas, yang dianggap sebagai sifat svarga. Jadi dalam hal ini svarga bukanlah svarga (dalam pengertian bahasa Indonesia) melainkan kebahagiaan tanpa batas di mana tidak akan kembali lagi ke badan duniawi. na punas samsàram àpadyata ity abhipràyatan. 

Baca juga:

1 komentar:

  1. tulisan ini sangat bermanfaat bagi saya, saya ucapkan terima kasih banyak. semoga karya tulis ini makin banyak yang membaca. dan jika berkenan tolong perbaiki font yang yang tidak terbaca di blog.

    BalasHapus