Jumat, 25 Mei 2012

Aitareya Upanisad

AITAREYA UPANIÛAD

 Upaniûad ini tergabung dalam Rg. Weda, yang bersinar berhiaskan enam bab yang menggambarkan prinsip àtman yang mutlak. Itulah sebabnya ia terkenal sebagai àtmasataka, atau enam bab tentang àtman. 


Pandangan tentang àtma yang berasal dari penghancuran khayalan dan ketidaktahuan, menjadi mungkin bagi para calon spiritual melalui pemahaman Upaniûad ini. Istilah dipergunakan dalam dua cara yaitu : wyawahàra dan wisista. Penggunaan dalam pengertian wyawahàra, menyatakan sang jìwi; dalam setiap jìwi, àtma menyatakan dirinya melalui indriya-indriya persepsi atau jñànendriya ke dunia luar. Kata àtma berasal dari akar kata Ath . . . . . yang menyatakan “perluasan, pemakaian, pergerakan”, di antara benda-benda lainnya sehingga perkataan àtma menyatakan immanen semesta, asimilasi semesta dan pergerakan terus menerus (abadi), yakni menyatakan tentang Brahman itu sendiri.

Dalam tahapan jaga, ia menikmati segala yang dialami; dalam tahapan mimpi, semua indriya persepsi dan indriya gerak menghentikan kegiatannya, tetapi ia menciptakan sendiri bentuk-bentuk dan kumpulkan dari dunia luar; dan dalam tahapan tidur lelap, ia menjadi immanen di mana-mana dan mengambil peranan dasar dari kebahagiaan murni, tak menyadari suatu benda yang di luar maupun di dalam. Maksud dari alam dunia ini adalah dalam persesuaian dengan pengalaman dari ketiga tahapan tersebut. Disebabkan oleh pembatasan yang tampak dalam waktu, ruang, dan kondisi, àtma juga menjadi terkondisikan dan dibatasi; tetapi hal tersebut bukanlah sifat yang sesungguhnya, karena ia tanpa akhir, tanpa awal dan tanpa perubahan. Ia mengetahui semuanya, dapat mencapai semuanya dan tidak memiliki atribut. Ia abadi, tak bernoda, sadar, bebas, tiada duanya khas, keseluruhan tanpa bagian-bagian.

Di luar dikenali melalui persepsi langsung; sehingga semuanya mampu dinyatakan sebagai ini atau itu, atau dinyatakan dengan nama atau suatu wujud yang disimpulkan dengan pemikiran tentang “ciptaan”, atau srsti. Penciptaan maksudnya suatu kegiatan; suatu hasil; sehingga apa yang ada sebelum penciptaan ? “Idam agre, àtma ewa aseth”- “Sebelum ini, hanya àtma saja yang ada”. Jagat atau alam dunia merupakan suatu produk yang terpendam; yang selanjutnya menjadi paten (nyata). Pada tahapan laten (terpendam), ia tak berwujud dalam àtma itu sendiri. Bila dorongan hati untuk berlipat ganda telah tampak, penggandaan dari nama berkembang keluar dan segala keragaman ini timbul menampakkan diri, dan menjadi dapat dihayati oleh indriya-indriya. Inilah percobaan dari perwujudan.

Nama pada dasarnya adalah suara, yang berwujud sebagai kata-kata. Dalam suatu pernyataan : ini adalah raòga, bila suara raòga dihasilkan, para pendengar akan menoleh pada seseorang yang dinyatakan dengan kata tersebut terhadapnya dan mengidentifikasikannya sebagai raòga. Kata-kata beserta artinya tak dapat dipisahkan; keduanya tidak ada sebelum diciptakan. Oleh karena itu, àtma dan jagat yang tak berwujud, tak terjangkau oleh kecerdasan dan oleh alam dunia yang dibuatnya. Setelah penciptaan, karena nàma dan rùpa menjadi inti dari kesemuanya ini, maka setiap benda dapat dijangkau dengan kata-kata dan artinya. Yang tiada duanya, yang ada sebelumnya, sekarang dan akan ada nantinya, adalah àtma; sedang perwujudan jamak dari keragaman yang ada dengan sendirinya dalam nama dan wujud, adalah Jagat. Tetapi, secara mendasar, ia hanya merupakan satu wastu (bahan) yang unik.

Satu samudra yang seragam, tampak sebagai busa, gelembung, ombak dan riak gelombang; demikian pula penciptaan menjadi berwujud yang tampak jamak dari Tuhan Yang Esa tanpa perubahan. Kejamakan disebabkan oleh ketidaktahuan. Tak perlu untuk memperumpamakan suatu kesatuan yang kedua, selain dari pada àtma. Ketidak tahuan, atau maya, hanyalah suatu produk dari kehendak àtma, yang tidak berbeda dengan àtma. Kekuatan tidak berbeda dengan seorang yang kuat, bukan? àtma, terlepas dari perbedaan, dari jenis yang sama atau dari spesies yang berbeda ataupun dari ciri-ciri seseorang; yang secara jenis dinyatakan sebagai eka ewa, atau hanya satu.

Tetapi, hal itu tidak begitu saja menjadi jelas, bahwa semuanya ini adalah satu. Pemikirannya adalah seperti seutas tali yang tampak seperti seekor ular, atau tipuan yang màyà; demikian pula àtma yang mengelirukan kita sebagai Jagat; yang kesemuanya itu merupakan tipuan seorang tukang sulap, dimanipulasikan oleh kehendak dari Yang Mutlak. Tali, merupakan penyebab awal bagi khayalan tentang ular pada tali tersebut. Àtma melampaui pencapaian dari indriya-indriya; yang tak memiliki anggota badan atau badan. Hanya penjelasan bahwa kesemuanya ini khayalan yang tidak nyata saja dapat memuaskan pengeritik yang bertanya mengapa Jagat dapat muncul dari àtma, yang hanya merupakan Kesadaran murni saja. 

Segala sesuatunya adalah àtma, bahkan màyà yang merupakan tipuan dari keragaman. Demikian kuatnya penyebab terlaksananya perbuatan melalui peralatan organ pengamat; sehingga kamu menyatakan bahwa hal itu merupakan kehendak dan daya kekuatan kita yang melakukan perbuatan tersebut, walaupun hal itu merupakan tipuan yang diwujudkan oleh àtma yang membuatnya.

Alam dunia diciptakan demikian tanda kesadaran, sehingga ia harus dipelihara seperti sebuah mantra atau alat. Bagaimana sebuah mesin dapat beroperasi setelah dibangun atau dipasang, tanpa seorang mekanik atau masinis ? Ia menciptakan wiràt-puruûa, dari lima unsur; dan juga memberinya kepala serta badan. Seperti gambaran dari tanah liat yang dibuat oleh pengrajin keramik dari tanah yang digalinya sendiri, demikian juga wiràt-puruûa dihasilkan dari unsur-unsur. Dari anggota badan wiràt-puruûa, diciptakan, lokapala. Lalu, tiap-tiap indriya dipisahkan dan diperlengkapi dengan seorang dewatà yang sesuai. Di depannya, pada muka dan mulut, dan Agni sebagai dewatà dari wàk atau perkataan, yang memfungsikan mulut; hidung, mata dengan cara yang sama dengan indriya lainnya, beserta dengan para dewatà-nya masing-masing diciptakan dan diperlengkapi demikian itu.

Para dewatà ini memberkahi indriya-indriya dan melihat bahwa mereka semua berfungsi dengan semestinya. Penampakan luar dari mata, hidung dan telinga mungkin benar, namun tanpa bantuan masing-masing ketua dewatà-nya, maka semuanya tak akan berfungsi sama sekali. Sapi dan kuda diciptakan dari air dan dipersembahkan kepada para dewa; tetapi mereka belum puas, sehingga untuk menanggapi doa-doa mereka, puruûa diciptakan serupa dengan wiràt-puruûa. Karena puruûa dihubungkan dengan pembedaan atau Wiweka, para dewa merasa disenangkan. Semua badan, selain badan manusia hanya peralatan-peralatan guna mengalami buah perbuatan. Hanya badan manusia sajalah yang merupakan peralatan untuk pembebasan.

Tuhan, setelah memasuki badan menjadi pengatur dari kerjasama indriya-indriya dengan pikiran terhadap dunia objektif. Seperti seorang aktor, Ia berhubungan dengan dunia luar dan mengalami semua pelajaran dari kelahiran sebelumnya. Pada kehadiran Tuhan, sang Buddhi menjaga dan mengendalikan pergerakan indriya-indriya dari satu objek ke objek lainnya.

Jadi, Tuhan menyinari segala sesuatu melalui wujud dari jìwi paramàtma, yang dibatasi sebagai jìwàtma, memiliki tiga wilayah rekreasi, yaitu mata, kerongkongan dan hati. Kedua mata bersinar dengan kesemarakan khusus apabila realisasi Brahman dicapai ataupun diusahakan. Hal ini merupakan kenyataan yang jelas. Apabila jìwi telah mendapatkan pengetahuan tentang realitasnya, kemungkinan tak mampu untuk menggambarkan, mengapa semuanya bukan apa-apa dibandingkan dengan àtma; tetapi ia akan mendapatkan pengetahuan bahwa Brahman sendiri tampak sebagai semuanya ini. Mereka yang menyelidiki dengan dalam, pada kesatuan dari jìwa dan Brahman, secara pasti telah menemukan tujuan kehidupan ini dan tak usah diragukan lagi.

Tahapan jaga sepenuhnya, mimpi dan tidur lelap tak ada hubungannya dengan àtma. Mereka hanya dihubungkan dengan indriya phisik penyebab dan akibat. Setiap mahluk manusia memiliki dua badan, yaitu badannya sendiri dan keturunan. Kewajiban untuk belajar, mengajarkan, japam dan tugas-tugas yang diperuntukkan baginya ini ditangani oleh ayah kepada putranya pada saat kematiannya dan mereka dilanjutkan olehnya sebagai wakil dari sang ayah atas namanya. Lalu, sang ayah meninggalkan badan ini, mengenakan badan lainnya yang lebih sesuai dengan kegiatan dan kecenderungan yang telah diusahakan serta ditegakkan kepada kelahiran ini. Itu merupakan kelahiran yang ketiga bagi sang ayah. Tiga mantra pertama menspiritual, dan sekarang yang ketiga ditambahkan, sebagai sambungan oleh si anak.

Åûi Wamadewa memahami àtma swarùpa dalam wujud ini dan menjadi bebas dari segala gejolak yang tetap dari dunia objektif ini.

Aitareya Upaniûad termasuk dalam Åg.Veda dan Upaniûad yang sesungguhnya terdiri dari tiga bab. Berikut ini adalah bagian dari Aitareya Àraóyaka dan Upaniûad-nya dimulai dari Bab IV dari Àraóyaka kedua yang terdiri dari Bab IV dan Bab VI. Bagian-bagian sebelumnya membicarakan mengenai upacara-upacara yajña seperti mahàvrata dan tafsir-tafsir mereka. Adalah maksud daripada Upaniûad ini untuk menuntun pikiran dari mereka yang menjalankan yajña dari hal-hal yang bersifat (upacara-upacara) luar kepada makna yang sesungguhnya. Semua yajña yang sesungguhnya mempunyai makna ke dalam. S menunjukkan bahwa ada tiga golongan yang ingin memperoleh kearifan. Yang paling mulia adalah mereka-mereka yang menjauhi keduniawian, yang pikiran mereka berbeda dan terpusat , yang punya keinginan penuh untuk pembebasan. Untuk mereka-mereka inilah Upaniûad ini (Aitareya Àraóyaka II. 4-6) ditujukan. Ada juga mereka yang ingin terbebas secara terbatas dengan melalui dunia-nya hiraóya-garbha (Aitareya Àraóyaka II. 1-3). Ada pula mereka yang hanya mengingini pemilikan hal-hal yang bersifat duniawi. Untuk hal yang terakhir ini, sembahyang, samàdhi dari samhità adalah yang diinginkannya (Aitareya Àraóyaka III)


MANTRA

va;( me mnis --
vàò me manasi pratiûþhità, mano me vàci pratiûþhitam; àvir àvìr ma edhi: vedasya ma àóìsthaá. úrutam me mà prahàsìá anenàdhìtenàhoràtràn saýdadhàmy, åtaý vadiûyàmi. satyaý vadiûyàmi: tan màm avatu, tad vaktàram avatu, avatu màm, avatu vaktàram, avatu vaktàram aum, úàntiá, úàntiá, úàntiá. àum, úàntih, úàntih, úàntih.
Bicaraku berdiri secara baik dalam pikiranku. Pikiranku berdiri secara baik pada bicaraku. Wahai, Engkau yang terwujud, terwujudlah untukku. Jadilah paku untuk Veda yang kupelajari. Tahanlah supaya apa yang aku pelajari tidak hilang. Dengan apa yang sudah aku pelajari, aku mempertahankan siang dan malam. Aku akan berkata yang pantas, aku akan berkata yang benar. Semoga hal itu akan melindungiku. Semoga hal ini melindungi pembicaranya. Semoga hal itu akan melindungi pembicaranya. Aum úànti, úànti, úànti.
  • Menjadi paku: semoga semangat dari susastera selalu ada.



BAB I
Bagian I

PENCIPTAAN WUJUD KOSMIS


AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja —it --1--

I.1.1. àtmà và idam eka evàgra àsìt, nànyat kiò misat. Sa aikûata lokàn såjà iti.
1. Àtman sajalah sesungguhnya yang ada pada permulaannya. Tidak ada apapun yang berkedip. Dia berpikir “Biarkanlah aku menciptakan dunia-dunia sekarang”.
  • Lihat: B.U.I,4,1. ------ idam: (semuanya) ini dunia yang terwujud. ------ àtman sajalah: semuanya diturunkan oleh àtman, yang tiada duanya. ------ ‘Tiada apapun yang berkedip’. Ini sebenarnya penolakan dari kegandaan Sàýkhya. Benda bukanlah  wujud yang dianggap bisa memberi keterangan tentang penciptaan tidaklah berada di luar Yang Maha Tinggi.


AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja —it --2--

I.1.2. sa imàýl lokàn asåjata, ambho marìcìr maram apo ‘do ‘mbhaá parena divam; dyauá pratiûþhà, antarikûam marìcayaá, påthivì maro ya adhastàt tà àpaá. 
2. Dia menciptakan dunia ini, air, sinar, kematian dan air itu. Air ini  berada di atas svarga. Svarga adalah penopangnya. Sinar adalah antariksanya Kematian adalah tanah. Apa yang dibawanya adalah semuanya air.
  • Tanah/bumi disebut mara atau kematian, sebab semua makhluk di bumi/tanah mati. Mriyante asmin bhùtàni.------ “Walaupun dunia terdiri dari lima unsur (zat), tetapi karena airlah yang terbanyak, maka sering banyak benda diberi nama yang juga artinya air, misalnya saja ambha, dll. Ú.


AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja —it --3--

I.1.3. sa ìkûata ime nu lokà, loka-pàlàn nu såjà iti; so’dbhya eva puruûaý samuddhåtyà-mùrchayat. 
3. Dia berpikir, “Nah, inilah dunia-dunia. Sekarang aku ingin menciptakan penjaganya”. Dari semua air dia menciptakan wujud itu dan memberinya bentuk.
.

AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja —it --4--

I.1.4. tam abhyatapat, tasyàbhitaptasya mukhaý nirabhidyata yathàóðam: mukhàd vàg, vàco’gnir nàsike nirabhidyetàm, nàsikàbhyàm pràóaá vàyuá, akûióì nirabhidyetàm, akûibhyàý cakûuá, cakûuûa àdityaá, karóau nirabhidyetàm, karóàbhyàm úrotram, úrotràd diúaá, tvaò nirabhidyata, tvaco lomàni, lomabhya oûadhi-vanaspatayaá, hådayaý nirabhidyata hådayàn manaá, manasas candramàá, nàbhir nirabhidvata, nàbhyà apànaá, apànàn måtyuá, úiúnaý nirabhidyata, úiúóad retaá, retasa àpaá. 
4. Kemudian dia mengeramnya. Dari yang dikeram itu, mulutnya  dibuka seperti telor. Dari mulutnya keluarlah wicara dan dari wicara api. Lubang hidung dibuka terpisah juga: dari lubang hidung keluarlah nafas dan dari nafas udara. Mata juga dibuka: dari mata penglihatan, dari penglihatan matahari. Kemudian kuping dibuka; dari kuping pendengaran dan dari pendengaran adalah ruang. Kemudian kulit dibuka: dari kulit rambut, dari rambut pohon-pohonan. Jantung juga dibuka: dari jantung pikiran, dari pikiran bulan. Pusar dibuka; dari pusar nafas ke luar (apàna), dan dari nafas ke luar (apàna) kematian. Alat kelamin dibuka; dari alat kelamin air mani, dari air mani air.

  • Seperti telor: seperti telor waktu dikeram: yathà pakûióaá aóðaý nirbhidyate evam. Ú. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar