AITAREYA UPANIÛAD
Upaniûad ini tergabung dalam Rg. Weda, yang bersinar
berhiaskan enam bab yang menggambarkan prinsip àtman yang mutlak. Itulah
sebabnya ia terkenal sebagai àtmasataka, atau enam bab tentang àtman.
Pandangan tentang àtma yang berasal dari penghancuran khayalan dan
ketidaktahuan, menjadi mungkin bagi para calon spiritual melalui pemahaman Upaniûad
ini. Istilah dipergunakan dalam dua cara yaitu : wyawahàra dan wisista.
Penggunaan dalam pengertian wyawahàra, menyatakan sang jìwi;
dalam setiap jìwi, àtma menyatakan dirinya melalui indriya-indriya
persepsi atau jñànendriya ke dunia luar. Kata àtma berasal dari
akar kata Ath . . . . . yang menyatakan “perluasan, pemakaian,
pergerakan”, di antara benda-benda lainnya sehingga perkataan àtma menyatakan
immanen semesta, asimilasi semesta dan pergerakan terus menerus (abadi), yakni
menyatakan tentang Brahman itu sendiri.
Dalam tahapan jaga, ia menikmati
segala yang dialami; dalam tahapan mimpi, semua indriya persepsi dan indriya
gerak menghentikan kegiatannya, tetapi ia menciptakan sendiri bentuk-bentuk dan
kumpulkan dari dunia luar; dan dalam tahapan tidur lelap, ia menjadi immanen di
mana-mana dan mengambil peranan dasar dari kebahagiaan murni, tak menyadari
suatu benda yang di luar maupun di dalam. Maksud dari alam dunia ini adalah
dalam persesuaian dengan pengalaman dari ketiga tahapan tersebut. Disebabkan
oleh pembatasan yang tampak dalam waktu, ruang, dan kondisi, àtma juga
menjadi terkondisikan dan dibatasi; tetapi hal tersebut bukanlah sifat yang
sesungguhnya, karena ia tanpa akhir, tanpa awal dan tanpa perubahan. Ia
mengetahui semuanya, dapat mencapai semuanya dan tidak memiliki atribut. Ia
abadi, tak bernoda, sadar, bebas, tiada duanya khas, keseluruhan tanpa
bagian-bagian.
Di luar dikenali melalui persepsi
langsung; sehingga semuanya mampu dinyatakan sebagai ini atau itu, atau
dinyatakan dengan nama atau suatu wujud yang disimpulkan dengan pemikiran
tentang “ciptaan”, atau srsti. Penciptaan maksudnya suatu kegiatan;
suatu hasil; sehingga apa yang ada sebelum penciptaan ? “Idam agre, àtma ewa
aseth”- “Sebelum ini, hanya àtma saja yang ada”. Jagat atau
alam dunia merupakan suatu produk yang terpendam; yang selanjutnya menjadi
paten (nyata). Pada tahapan laten (terpendam), ia tak berwujud dalam àtma itu
sendiri. Bila dorongan hati untuk berlipat ganda telah tampak, penggandaan dari
nama berkembang keluar dan segala keragaman ini timbul menampakkan diri, dan
menjadi dapat dihayati oleh indriya-indriya. Inilah percobaan dari perwujudan.
Nama pada dasarnya adalah suara, yang
berwujud sebagai kata-kata. Dalam suatu pernyataan : ini adalah raòga,
bila suara raòga dihasilkan, para pendengar akan menoleh pada seseorang
yang dinyatakan dengan kata tersebut terhadapnya dan mengidentifikasikannya
sebagai raòga. Kata-kata beserta artinya tak dapat dipisahkan; keduanya
tidak ada sebelum diciptakan. Oleh karena itu, àtma dan jagat yang tak
berwujud, tak terjangkau oleh kecerdasan dan oleh alam dunia yang dibuatnya.
Setelah penciptaan, karena nàma dan rùpa menjadi inti dari
kesemuanya ini, maka setiap benda dapat dijangkau dengan kata-kata dan artinya.
Yang tiada duanya, yang ada sebelumnya, sekarang dan akan ada nantinya, adalah àtma;
sedang perwujudan jamak dari keragaman yang ada dengan sendirinya dalam nama
dan wujud, adalah Jagat. Tetapi, secara mendasar, ia hanya merupakan
satu wastu (bahan) yang unik.
Satu samudra yang seragam, tampak
sebagai busa, gelembung, ombak dan riak gelombang; demikian pula penciptaan
menjadi berwujud yang tampak jamak dari Tuhan Yang Esa tanpa perubahan.
Kejamakan disebabkan oleh ketidaktahuan. Tak perlu untuk memperumpamakan suatu
kesatuan yang kedua, selain dari pada àtma. Ketidak tahuan, atau maya,
hanyalah suatu produk dari kehendak àtma, yang tidak berbeda dengan àtma.
Kekuatan tidak berbeda dengan seorang yang kuat, bukan? àtma, terlepas
dari perbedaan, dari jenis yang sama atau dari spesies yang berbeda ataupun
dari ciri-ciri seseorang; yang secara jenis dinyatakan sebagai eka ewa,
atau hanya satu.
Tetapi, hal itu tidak begitu saja
menjadi jelas, bahwa semuanya ini adalah satu. Pemikirannya adalah seperti
seutas tali yang tampak seperti seekor ular, atau tipuan yang màyà;
demikian pula àtma yang mengelirukan kita sebagai Jagat; yang
kesemuanya itu merupakan tipuan seorang tukang sulap, dimanipulasikan oleh
kehendak dari Yang Mutlak. Tali, merupakan penyebab awal bagi khayalan tentang
ular pada tali tersebut. Àtma melampaui pencapaian dari indriya-indriya;
yang tak memiliki anggota badan atau badan. Hanya penjelasan bahwa kesemuanya
ini khayalan yang tidak nyata saja dapat memuaskan pengeritik yang bertanya
mengapa Jagat dapat muncul dari àtma, yang hanya merupakan
Kesadaran murni saja.
Segala sesuatunya adalah àtma,
bahkan màyà yang merupakan tipuan dari keragaman. Demikian kuatnya
penyebab terlaksananya perbuatan melalui peralatan organ pengamat; sehingga
kamu menyatakan bahwa hal itu merupakan kehendak dan daya kekuatan kita yang melakukan
perbuatan tersebut, walaupun hal itu merupakan tipuan yang diwujudkan oleh àtma
yang membuatnya.
Alam dunia diciptakan demikian tanda
kesadaran, sehingga ia harus dipelihara seperti sebuah mantra atau alat.
Bagaimana sebuah mesin dapat beroperasi setelah dibangun atau dipasang, tanpa
seorang mekanik atau masinis ? Ia menciptakan wiràt-puruûa, dari
lima unsur; dan juga memberinya kepala serta badan. Seperti gambaran dari tanah
liat yang dibuat oleh pengrajin keramik dari tanah yang digalinya sendiri,
demikian juga wiràt-puruûa dihasilkan dari unsur-unsur. Dari anggota
badan wiràt-puruûa, diciptakan, lokapala. Lalu, tiap-tiap indriya
dipisahkan dan diperlengkapi dengan seorang dewatà yang sesuai. Di
depannya, pada muka dan mulut, dan Agni sebagai dewatà dari wàk
atau perkataan, yang memfungsikan mulut; hidung, mata dengan cara yang sama
dengan indriya lainnya, beserta dengan para dewatà-nya masing-masing
diciptakan dan diperlengkapi demikian itu.
Para dewatà ini memberkahi
indriya-indriya dan melihat bahwa mereka semua berfungsi dengan semestinya.
Penampakan luar dari mata, hidung dan telinga mungkin benar, namun tanpa
bantuan masing-masing ketua dewatà-nya, maka semuanya tak akan berfungsi
sama sekali. Sapi dan kuda diciptakan dari air dan dipersembahkan kepada para
dewa; tetapi mereka belum puas, sehingga untuk menanggapi doa-doa mereka, puruûa
diciptakan serupa dengan wiràt-puruûa. Karena puruûa dihubungkan
dengan pembedaan atau Wiweka, para dewa merasa disenangkan. Semua badan,
selain badan manusia hanya peralatan-peralatan guna mengalami buah perbuatan.
Hanya badan manusia sajalah yang merupakan peralatan untuk pembebasan.
Tuhan, setelah memasuki badan menjadi
pengatur dari kerjasama indriya-indriya dengan pikiran terhadap dunia objektif.
Seperti seorang aktor, Ia berhubungan dengan dunia luar dan mengalami semua
pelajaran dari kelahiran sebelumnya. Pada kehadiran Tuhan, sang Buddhi menjaga
dan mengendalikan pergerakan indriya-indriya dari satu objek ke objek lainnya.
Jadi, Tuhan menyinari segala sesuatu
melalui wujud dari jìwi paramàtma, yang dibatasi sebagai jìwàtma,
memiliki tiga wilayah rekreasi, yaitu mata, kerongkongan dan hati. Kedua mata
bersinar dengan kesemarakan khusus apabila realisasi Brahman dicapai
ataupun diusahakan. Hal ini merupakan kenyataan yang jelas. Apabila jìwi telah
mendapatkan pengetahuan tentang realitasnya, kemungkinan tak mampu untuk
menggambarkan, mengapa semuanya bukan apa-apa dibandingkan dengan àtma;
tetapi ia akan mendapatkan pengetahuan bahwa Brahman sendiri tampak sebagai
semuanya ini. Mereka yang menyelidiki dengan dalam, pada kesatuan dari jìwa dan
Brahman, secara pasti telah menemukan tujuan kehidupan ini dan tak usah
diragukan lagi.
Tahapan jaga sepenuhnya, mimpi dan
tidur lelap tak ada hubungannya dengan àtma. Mereka hanya dihubungkan
dengan indriya phisik penyebab dan akibat. Setiap mahluk manusia memiliki dua
badan, yaitu badannya sendiri dan keturunan. Kewajiban untuk belajar,
mengajarkan, japam dan tugas-tugas yang diperuntukkan baginya ini
ditangani oleh ayah kepada putranya pada saat kematiannya dan mereka
dilanjutkan olehnya sebagai wakil dari sang ayah atas namanya. Lalu, sang ayah
meninggalkan badan ini, mengenakan badan lainnya yang lebih sesuai dengan
kegiatan dan kecenderungan yang telah diusahakan serta ditegakkan kepada
kelahiran ini. Itu merupakan kelahiran yang ketiga bagi sang ayah. Tiga mantra
pertama menspiritual, dan sekarang yang ketiga ditambahkan, sebagai
sambungan oleh si anak.
Åûi
Wamadewa memahami
àtma swarùpa dalam wujud ini dan menjadi bebas dari segala gejolak yang
tetap dari dunia objektif ini.
Aitareya Upaniûad termasuk dalam Åg.Veda dan Upaniûad yang sesungguhnya terdiri dari tiga bab. Berikut ini adalah bagian dari Aitareya Àraóyaka dan Upaniûad-nya dimulai dari Bab IV dari Àraóyaka kedua yang terdiri dari Bab IV dan Bab VI. Bagian-bagian sebelumnya membicarakan mengenai upacara-upacara yajña seperti mahàvrata dan tafsir-tafsir mereka. Adalah maksud daripada Upaniûad ini untuk menuntun pikiran dari mereka yang menjalankan yajña dari hal-hal yang bersifat (upacara-upacara) luar kepada makna yang sesungguhnya. Semua yajña yang sesungguhnya mempunyai makna ke dalam. S menunjukkan bahwa ada tiga golongan yang ingin memperoleh kearifan. Yang paling mulia adalah mereka-mereka yang menjauhi keduniawian, yang pikiran mereka berbeda dan terpusat , yang punya keinginan penuh untuk pembebasan. Untuk mereka-mereka inilah Upaniûad ini (Aitareya Àraóyaka II. 4-6) ditujukan. Ada juga mereka yang ingin terbebas secara terbatas dengan melalui dunia-nya hiraóya-garbha (Aitareya Àraóyaka II. 1-3). Ada pula mereka yang hanya mengingini pemilikan hal-hal yang bersifat duniawi. Untuk hal yang terakhir ini, sembahyang, samàdhi dari samhità adalah yang diinginkannya (Aitareya Àraóyaka III)
Aitareya Upaniûad termasuk dalam Åg.Veda dan Upaniûad yang sesungguhnya terdiri dari tiga bab. Berikut ini adalah bagian dari Aitareya Àraóyaka dan Upaniûad-nya dimulai dari Bab IV dari Àraóyaka kedua yang terdiri dari Bab IV dan Bab VI. Bagian-bagian sebelumnya membicarakan mengenai upacara-upacara yajña seperti mahàvrata dan tafsir-tafsir mereka. Adalah maksud daripada Upaniûad ini untuk menuntun pikiran dari mereka yang menjalankan yajña dari hal-hal yang bersifat (upacara-upacara) luar kepada makna yang sesungguhnya. Semua yajña yang sesungguhnya mempunyai makna ke dalam. S menunjukkan bahwa ada tiga golongan yang ingin memperoleh kearifan. Yang paling mulia adalah mereka-mereka yang menjauhi keduniawian, yang pikiran mereka berbeda dan terpusat , yang punya keinginan penuh untuk pembebasan. Untuk mereka-mereka inilah Upaniûad ini (Aitareya Àraóyaka II. 4-6) ditujukan. Ada juga mereka yang ingin terbebas secara terbatas dengan melalui dunia-nya hiraóya-garbha (Aitareya Àraóyaka II. 1-3). Ada pula mereka yang hanya mengingini pemilikan hal-hal yang bersifat duniawi. Untuk hal yang terakhir ini, sembahyang, samàdhi dari samhità adalah yang diinginkannya (Aitareya Àraóyaka III)
MANTRA
va;( me mnis --
vàò
me manasi pratiûþhità, mano me vàci pratiûþhitam; àvir àvìr ma edhi: vedasya ma
àóìsthaá. úrutam me mà prahàsìá anenàdhìtenàhoràtràn saýdadhàmy, åtaý
vadiûyàmi. satyaý vadiûyàmi: tan màm avatu, tad vaktàram avatu, avatu màm,
avatu vaktàram, avatu vaktàram aum, úàntiá, úàntiá, úàntiá. àum, úàntih,
úàntih, úàntih.
Bicaraku
berdiri secara baik dalam pikiranku. Pikiranku berdiri secara baik pada
bicaraku. Wahai, Engkau yang terwujud, terwujudlah untukku. Jadilah paku untuk
Veda yang kupelajari. Tahanlah supaya apa yang aku pelajari tidak hilang.
Dengan apa yang sudah aku pelajari, aku mempertahankan siang dan malam. Aku
akan berkata yang pantas, aku akan berkata yang benar. Semoga hal itu akan
melindungiku. Semoga hal ini melindungi pembicaranya. Semoga hal itu akan
melindungi pembicaranya. Aum úànti, úànti, úànti.
- Menjadi paku: semoga semangat dari susastera selalu ada.
BAB I
Bagian I
PENCIPTAAN WUJUD KOSMIS
AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja
—it --1--
I.1.1.
àtmà và idam eka evàgra àsìt, nànyat kiò misat. Sa aikûata lokàn såjà iti.
1. Àtman
sajalah sesungguhnya yang ada pada permulaannya. Tidak ada apapun yang
berkedip. Dia berpikir “Biarkanlah aku menciptakan dunia-dunia sekarang”.
- Lihat: B.U.I,4,1. ------ idam: (semuanya) ini dunia yang terwujud. ------ àtman sajalah: semuanya diturunkan oleh àtman, yang tiada duanya. ------ ‘Tiada apapun yang berkedip’. Ini sebenarnya penolakan dari kegandaan Sàýkhya. Benda bukanlah wujud yang dianggap bisa memberi keterangan tentang penciptaan tidaklah berada di luar Yang Maha Tinggi.
AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja
—it --2--
I.1.2.
sa imàýl lokàn asåjata, ambho marìcìr maram apo ‘do ‘mbhaá parena divam; dyauá
pratiûþhà, antarikûam marìcayaá, påthivì maro ya adhastàt tà àpaá.
2. Dia
menciptakan dunia ini, air, sinar, kematian dan air itu. Air ini berada di atas svarga. Svarga adalah
penopangnya. Sinar adalah antariksanya Kematian adalah tanah. Apa yang
dibawanya adalah semuanya air.
- Tanah/bumi disebut mara atau kematian, sebab semua makhluk di bumi/tanah mati. Mriyante asmin bhùtàni.------ “Walaupun dunia terdiri dari lima unsur (zat), tetapi karena airlah yang terbanyak, maka sering banyak benda diberi nama yang juga artinya air, misalnya saja ambha, dll. Ú.
AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja
—it --3--
I.1.3.
sa ìkûata ime nu lokà, loka-pàlàn nu såjà iti; so’dbhya eva puruûaý
samuddhåtyà-mùrchayat.
3. Dia berpikir, “Nah, inilah dunia-dunia. Sekarang aku
ingin menciptakan penjaganya”. Dari semua air dia menciptakan wujud itu dan
memberinya bentuk.
.
AaTma va —dmek Evag[ Aas¢t( - naNyiTk;( imst( - s Ee=t lokaNs*ja
—it --4--
I.1.4.
tam abhyatapat, tasyàbhitaptasya mukhaý nirabhidyata yathàóðam: mukhàd vàg,
vàco’gnir nàsike nirabhidyetàm, nàsikàbhyàm pràóaá vàyuá, akûióì nirabhidyetàm,
akûibhyàý cakûuá, cakûuûa àdityaá, karóau nirabhidyetàm, karóàbhyàm úrotram,
úrotràd diúaá, tvaò nirabhidyata, tvaco lomàni, lomabhya oûadhi-vanaspatayaá,
hådayaý nirabhidyata hådayàn manaá, manasas candramàá, nàbhir nirabhidvata,
nàbhyà apànaá, apànàn måtyuá, úiúnaý nirabhidyata, úiúóad retaá, retasa àpaá.
4.
Kemudian dia mengeramnya. Dari yang dikeram itu, mulutnya dibuka seperti telor. Dari mulutnya keluarlah
wicara dan dari wicara api. Lubang hidung dibuka terpisah juga: dari lubang
hidung keluarlah nafas dan dari nafas udara. Mata juga dibuka: dari mata
penglihatan, dari penglihatan matahari. Kemudian kuping dibuka; dari kuping
pendengaran dan dari pendengaran adalah ruang. Kemudian kulit dibuka: dari
kulit rambut, dari rambut pohon-pohonan. Jantung juga dibuka: dari jantung
pikiran, dari pikiran bulan. Pusar dibuka; dari pusar nafas ke luar (apàna),
dan dari nafas ke luar (apàna) kematian. Alat kelamin dibuka; dari alat kelamin
air mani, dari air mani air.
- Seperti telor: seperti telor waktu dikeram: yathà pakûióaá aóðaý nirbhidyate evam. Ú.
Bersambung: Aitareya Upanisad (bagian 2)
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar