Minggu, 29 April 2012

Upanisad 1 Brahmana Kedua

Upaniûad 1 Bràhmaóa Kedua
Bràhmaóa Kedua

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


nWveh ik'cnag[ Aas¢t( - m*TyunWvedmv*tmas¢t( - Axnayya - Axnaya ih m*Tyu" - tNmno_k¦ät - AaTmNv¢ Syaimit - so_cRn{crt( - tSyacRt - Aapo_jayNt AcRte vW me km.Uidit - tdevaâkSy AâkTvm( - k' h va ASmW .vit - y EvmetdâkSy AâkTv' ved --

1. naiveha kiýcanàgra àsìt. måtyunaivedam avåtam àsìt, aúanàyayà, aúanàyà hi måtyuá; tan mano’kuruta, àtmanvì syàm iti. so’rcann acarat, tasyàrcata. àpo’jàyanta arcate vai me kam abhùd iti: tad evàrkasya arkatvam; kaý ha và asmai bhavati, ya evam etad arkasya arkatvaý veda.  
1. Pada mulanya adalah hampa, tidak ada sesuatupun di sini. Oleh kematianlah semuanya ini ditutupi atau oleh kelaparan, sebab lapar adalah kematian. Dia menciptakan pikiran, yang berpikir: “akan kuciptakan àtman.” Kemudian dia bergerak dan menyembah. Dari sembahnya itu terciptalah air. “Sesungguhnya.” dia berpikir, “ketika aku sedang menyembah, muncullah air dan karena itu air disebut arka (api)”. Air sesungguhnya akan-muncul pada seseorang yang mengerti mengapa air disebut arka (api).

  • Semuanya ini adalah yang tak berwujud yang diselimuti oleh kematian yang adalah Hiraóya-garbha. Dengan pikirannya maka alam semesta ini diciptakan.
  • Kematian adalah Hiraóya-garbha. Ini adalah hal yang mana dia saling mempengaruhi. Ini adalah tama atau kegelapan yang diwakili oleh tubuhnya: Bd Subàla Upaniûad. yasyàvyaktaý úarìram yasyàkûaraý úarìraý, yasya måtyuú úarìram eûa sarva-bhùtàntaràtmà apahata-pàpmà divyo devaá eko nàràyaóaá. Hiraóya-garbha adalah tamaú úarìraka paramàtmà, àtman Yang Maha Mulia dengan tubuh dari kegelapan.
  • Dia berpikir: “akan kuciptakan àtman,” yaitu akan kuciptakan dunia yang sadar dan obyek-obyek yang tiada sadar. cetanàcetana-prapañca-úarìrakas-syàm iti saýkalpa manaá kåtavàn. R.
  • kam: air atau kebahagiaan kam udakaý sukham và. Ú.
 

Aapo va Aâk" - tÛdpa' xr Aas¢t( tTsmhNyt - sa p*iqVy.vt( - tSyamè[aMyt( - tSy è[aNtSy tPtSy tejo rso inrvtRtaig{" --
2.  àpo và arkaá. tad yad apàý úara àsìt, tat samahanyata, sà påthivy abhavat, tasyàm aúràmyat. tasya úràntasya taptasya tejo raso niravartatàgniá. 
2. Air sesungguhnya adalah arka. Busa dari air yang mulai memadat; itu yang menjadi bumi. Di atas bumi ini dia beristirahat. Dari dia yang beristirahat dan dipanaskan (melalui latihan tapa) ini kilauannya keluar ke segala jurusan sebagai api.

  • Setelah penciptaan bumi, Prajà-pati beristirahat: sarvo hi lokaá karyaý kåtvà úràmyati, prajapateú ca tan mahat kàryam yat påthivìsargaá. Ú. 
  • tejo-rasaá: inti kilauannya, tejas-sàra-bhùtaá. R.


s ]e/aTman' Vyk¦ät - AaidTy' t*t¢ym( - vayu' t*t¢ym( - s Ez p[a,S]e/a iviht" - tSy p[ac¢ idiKxr" - AsO casO cWmOR - Aqa ASy p[t¢c¢ idKpuC^m( - AsO casO c sKQyO - di=,a cod¢c¢ c paëeR - ÛO" p*îm( - ANtir=mudrm( - —ymur" - s Ezo_Psu p[itiît" - y] Kv cWit tdev p[ititîTyev' ivÜan( --

3. sa tredhàtmànaý vyakuruta, àdityaý tåtìyam, vàyuý tåtìyam, sa eûa pràóas tredhà vihitaá. tasya pràcì dik úiraá, asau càsau cairmau; athà asya pratìcì dik puccham, asau càsau ca sakthyau; dakûióà codìcì ca pàrúve, dyauá påûþham, antarikûam udaram, iyam uraá, sa eûo’psu pratiûþhitaá, yatra kva caiti tad eva pratitiûþhaty evaý vidvàn.  
3. Dia membagi dirinya menjadi tiga bagian, api adalah sepertiganya, matahari sepertiganya, dan udara sepertiganya. Dia juga adalah hidup yang terbagi tiga, arah timur adalah kepalanya, dan tangan-tangannya adalah yang ini dan yang itu (sisi kiri dan sisi kanan). Juga arah barat adalah ekornya dan kedua tulang pinggulnya adalah yang ini dan yang itu. Arah selatan dan utara adalah kedua sisinya. Langit adalah punggungnya, udara perutnya. Bumi ini adalah dadanya. Demikianlah dia berdiri kukuh di air. Dia yang mengerti hal ini akan berdiri kukuh kemana saja dia pergi.

  • pratitiûþhati: berdiri kukuh atau memperoleh tempat berpijak sthitiý labhate. Ú.



so_kamyt - iÜt¢yo m AaTma jayeteit - s mnsa vac' imqun' sm.vdxnaya m*Tyu" - tÛd–et Aas¢t( - s s'vTsro _.vt( - n h pura tt" s'vTsr Aas - tmetavNt' kalmi.." yavaNs'vTsr" - tmetavt" - kalSy prStads*jt - t' jatmi.VyaddaTs .a,( AkroTsWv va( A.vt( --
 4.  so’kàmayata, dvitìyo ma àtmà jàyeteti, sa manasà vàcam mithunaý samabhavad aúanàyà måtyuá, tad yad reta àsìt, sa saývatsaro ‘bhavat; na ha purà tataá saývatsara àsa. tam etàvantaý kàlam abhibhaá yàvàn saývatsaraá, tam etàvataá, kàlasya parastàd asåjata; taý jàtam abhivyàdadàt sa bhàó akarot saiva vàg abhavat.  
4.  Dia menginginkan, hendaklah àtman yang kedua (tubuh atau bentuk) terlahir dariku. Dia, lapar atau kematian, membawa penyatuan wicara oleh pikiran. Apa yang menjadi benihnya di situ akan menjadi tahun. Sebelum itu tidak ada tahun. Dia memeliharanya kurang lebih setahun dan sesudah itu dia mengirimkannya kemana-mana. Ketika dia terlahir, dia (Kematian) membuka mulutnya (untuk menelannya). Sang bayi menangis dan berteriak, bhàn. Itulah sesungguhnya menjadi wicara.

  • Hidup adalah sebenarnya akibat dari pengetahuan dan perbuatan yang lalu, reto bìjaý jñànà-karma-rùpàý janmàntara-kåtam. Ú.


s Ee=t - yid va —mmi.m'Sye - kn¢yo_n{' kirZy —it - s tya vaca tenaTmned' svRms*jt yidd' ik' c - ¨co yju'iz samain ^Nda'is yDaNp[ja" pxUn( - s yÛdevas*jt - tt( ldTtumi/[yt - sv| va ATt¢it tdidteriditIvm( - svRSyWtSyaTta .vit - svRmSyan{' .vit - y EvmetdidteriditTv' ved --
5. sa aikûata: yadi và imam abhimaýsye, kanìyo’nnaý kariûya iti: sa tayà vàcà tenàtmanedaý sarvam asåjata yad idaý kiý ca, åco yajuýûi sàmàni chandàýsi yajñàn prajàá paúùn. sa yad yad evàsåjata, tat lad attum adhriyata; sarvam và attìti tad aditer adititvam, sarvasyaitasyàttà bhavati, sarvam asyànnam bhavati, ya evam etad aditer adititvaý veda.  
5. Dia berpikir “Bila aku membunuhnya aku akan mendapatkan’ sedikit makanan.” Dengan wicara itu, dengan àtman itu dia menciptakan apa saja yang ada di sini, (virama dari) Åg. Veda, (rumus-rumus dari) Yajur Veda dan (mantra-mantra) Sàma Veda, Kidung, yajña, orang-orang dan ternak. Apapun yang diciptakan dia pun memakannya. Karena itulah, karena dia makan apa saja, dia mempunyai sifat dari aditi (yaitu Aditi itu disebut demikian karena sifatnya). Dia yang mengerti sifat aditi dari Aditi akan menjadi pemakan segalanya di sini, dan segala sesuatu menjadi makanan baginya

  • aikûata:pemikiran, acintayat. R. 
  • Dalam bait sebelumnya dikatakan bahwa kematian diciptakan dari penyatuan/pertemuan wicara dan pikiran, tahun dan lain-lain; di sini dikatakan dia menciptakan lagi Veda dan lain-lain. Ú. menjelaskan bahwa kalau persatuan sebelumnya bersifat tidak terwujud. avyàkta, yang sekarang ini adalah yang termanifestasikan, bàhya. 
  • Ú. mengutip Åg. Veda (1.59.10) Aditi adalah langit. Aditi adalah antarikûa Aditi adalah sang ibu, sang ibu adalah sang ayah.” 



so_kamyt - .Uysa yDen .Uyo yjeyeit - so_è[aMyt( - s tpo_tPyt - tSy è[aNtSy tPtSy yxo v¢yRmud¹amt( - p[a,a vW yxo v¢yRm( - tTp[a,ezUT¹aNtezu xr¢r' ëiytumi/[yt - tSy xr¢r Ev mn Aas¢t( --
 I.2.6. so’kàmayata, bhùyasà yajñena bhùyo yajeyeti; so’úràmyat, sa tapo’tapyata: tasya úràntasya taptasya yaúo vìryam ud akràmat. pràóà vai yaúo vìryam; tat pràóeûùtkrànteûu úarìraý úvayitum adhriyata, tasya úarìra eva mana àsìt.  
6. Dia menginginkan: “aku akan melakukan yajña lagi, yajña yang lebih besar.” Dia beristirahat, dia menjalankan tapa. Ketika dia terdiam begitu dan melakukan; tapa, kemashuran dan kekuatan menyebar. Nafas-nafas vital (pràóa) sesungguhnya adalah kemashuran dan kekuatan. Demikianlah kalau nafas vital meninggalkan tubuh, tubuhnya mulai membengkak tetapi pikiran tertanam dalam tubuh.

  • bhùyaá: lagi, punar api. Ú. menjelaskan bahwa Prajà-pati telah menjalankan aúvamedha pada kehidupannya yang lalu dan pikirannya itu ada pada dirinya sekarang.
  • satapo’ tapyata. Dia melakukan tapa. Tapa sesungguhnya adalah membakar. ‘Ini adalah panas yang dihasilkan oleh pemusatan tenaga mental. Melalui tapalah semua ciptaan dipengaruhi. Kekuatan pikiran, yang dikendalikan dan dipusatkan, mempunyai kekuatan atas benda-benda (Lihat R.V. X. 190). Perlahan-lahan hal ini diartikan sebagai latihan tapa. Untuk membuat diri kita logam murni, kita harus melewati api membara. Kita tidak bisa diciptakan menjadi baru kecuali kalau kila lebih dahulu menjadi abu. Tuhan mengambil semua yang kita miliki, dengan demikian kila akan menjadi dekat dengan Dia.


so_kamyt - me?y' m —d' Syat( - ATmNVynen Syaimit - tto_ë" sm.vt( - ydët( - tNme?ym.Uidit tdevaëme/Syaëme/Tvm( - Ez h va Aëme/' ved - y Enmev' ved - tmnvä?yWvmNyt - t' s'vTsrSy prStdaTmn Aalbt - pxUNdevta>y" p[TyOht( - tSmaTsvRdevTy' p[oi=t' p[japTymal.Nte - Ez h va Aëme/o y Ez tpit - tSy s'vTsr AaTma - Aymig{râk" - tSyeme loka AaTman" - tavetavâkaëme/O - so punrekWv devta .vit - m*Tyurev - Ap punm*RTyu' jyit - nWn' m*TyumaPnoit - m*TyurSyaTma .vit - Etasa' devtanameko .vit --
 7. so’kàmayata, medhyam ma idaý syàt, atmanvy anena syàm iti, tato’úvaá samabhavat, yad aúvat, tan medhyam abhùd iti tad evàúva-medhasyàúva-medhatvam; eûa ha và aúva-medhaý veda, ya enam evaý veda. tam anavarudhyaivamanyata; taý saývatsarasya parastàd àtmana àlabata: paúùn devatàbhyaá pratyauhat. tasmàt sarva-devatyaý prokûitam prajàpatyam àlabhante; eûa ha và aúva-medho ya eûa tapati: tasya saývatsara àtmà, ayam agnir arkaá, tasyeme lokà àtmànaá; tàv etàv arkàúvamedhau. so punar ekaiva devatà bhavati, måtyur eva; apa punar-måtyuý jayati, nainam måtyum àpnoti, måtyur asyàtmà bhavati, etàsàý devatànàm eko bhavati.  
7. Dia menginginkan: “semoga tubuhku ini layak untuk yajña dan semoga aku memiliki tubuh melalui hal ini.” Karena itulah dia menjadi seekor kuda, karena dia membengkak, dia layak untuk di pergunakan dalam yajña (pemikirannya). Karena itulah yajña kuda biasa dikenal dengan aúva-medha. Dia yang mengerti hal ini sesungguhnya tahu tentang aúva-medha. Biarkan itu tetap bebas,pikirnya; dan pada akhir tahun, dia mempersembahkan hal ini kepada dirinya sendiri (mengorbankan dirinya untuk dirinya). Dia menyerahkan binatang-binatang yang lain kepada para dewata. Karena itu (orang, pendeta) menghaturkan kepada Prajà-pati (kuda) yang disucikan yang dipersembahkan kepada seluruh dewata. Sesungguhnya (matahari) itu yang menyebarkan panas kemana-mana adalah yajña-kuda. Tubuhnya adalah tahun. Api dunia ini adalah arka-nya dan dunia-dunia ini adalah tubuh-tubuhnya. Jadi ada dua hal, yaitu api yajña (arka) dan yajña-kuda. Tetapi sekali lagi, hanya ada satu dewata dan bahkan satu kematian. Dia yang mengerti hal ini akan mengatasi kematian yang berulang-ulang, kematian tidak bisa mengalahkannya, kematian menjadi tubuhnya dan dia menjadi satu dengan dewata.

  • àtmanvì. menjadi mempunyai tubuh, àtmavàn, úarìravàn. Ú.
  • àlabhata: dipersembahkan, dikorbankan kepada dirinya, àlambham kåtavàn.
  • prokûitam’. disucikan. mantra-saýskåtam. A.
  • Dia mengatasi kematian, mempunyai tubuh kematian, dia mengungguli waktu.




Bersambung ke Upanisad 1 Brahmana Ketiga

Baca juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar